KHUTBAH
PERTAMA
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ ا كْبَرْ كُلَّمَا
هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ
اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ. وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ
وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ.
اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
 اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَر
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَر
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَر
 وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ.
ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ.
 اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama’ah
sholat Idul Fitri rahimakumullah
          Sejak
tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih,
tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang telah kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang telah kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
 Artinya :Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Dan dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda:
زَيِّنُوْا
اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati
sebagai pengakuan atas kebesaran kekuasaan dan keagungan Allah SWT sedangkan
selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan
untuk mensucikan Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan
untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh
hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa
Dia lah Dzat yang maha Esa dan Maha Kuasa atas segala sesuatu yang mana seluruh
alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
اللهُ
اَكْبَرْ (x3) وَ
للهِ اْلحَمْدُ
Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
          Setelah satu bulan penuh kita menunaikan
ibadah puasa dan atas karunia dan rahmat-Nya pada hari ini, kita dapat berhari
raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita
bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat
limpahan rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah
hadis Qudsi:
hadis Qudsi:
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ
وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ
تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ
اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di
bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka
Allah pun berkata: ‘Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian
dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Sesorang kemudian berseru: ‘Wahai ummat
Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah
diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata: ‘Wahai hambaku, kalian
telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang
telah mendapatkan ampunan.”
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia
Seiring
dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum, hikmah, faidah
dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam
mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah
sebuah madrasah. Sebab 13 jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan
menjadi haram atau tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa kita tidak boleh rakus terhadap nikmat Allah kepada kita karena di dalamnya ada rezeki orang lain yang dititipkan lewat kita.
mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah
sebuah madrasah. Sebab 13 jam x 30 hari mulai terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan
menjadi haram atau tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal ini memberikan kita pelajaran bahwa kita tidak boleh rakus terhadap nikmat Allah kepada kita karena di dalamnya ada rezeki orang lain yang dititipkan lewat kita.
Lihatlah
diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, paling kuasa dan
paling segalnya, seolah-olah semua manusia yang lain  kecil dan harus takluk di hadapan kita. Kita
berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita
sadar, bahwa kita sesungguhnya hanyalah makhluk yang sangat-sangat lemah yang
selalu bergantung kepada  Allah SWT yang
telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang-Nyalah kita punya kesempatan
menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau
melangkah ke  masjid ?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau
menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu
mengucapkan dzikir dan takbir ??
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit
merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikiran kita sehingga tidak
mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke
neraka ?
Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan
hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu
mendorong kepada kejelekan?.
Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga
sedemikan berani kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…
Ma’syiral
muslimin rahimakumullah…
Berbahagialah
kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan
Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah
semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita
menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati
Allah swt. Maka hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala
karunia yang sentiasa tercurahkan kepada kita. Apalah artinya kesenangan sesaat
di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah
selepas ramadhan, kita semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh
??.Hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikannya.
Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan
Ramadhan yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama sesudah Ramadhan yang
mulia ini.
Pesan
pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi
Artinya, kita harus selalu mawas diri pada
musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu. Hawa nafsu adalah musuh terbesar
dan terkuat  yang tidak pernah mau
berdamai dengan kita sehingga Rasulullah SAW menyatakan bahwa Jihad yang paling
besar adalah jihad melawan nafsu diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fîtTarbiyah
diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia
dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat.
Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan
adalah naluri Syahwat.Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, yang mana tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, dan hanya satu sifat yang berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Keempat sifat tersebut ialah yang: Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); yang tanda-tandanya adalah suka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya melakukan kezhaliman dan sedikit keadilan.
Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar.
Dan sifat yang ketiga adalah sifat syaithaniyah; tanda-tandanya suka mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan
adalah naluri Syahwat.Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, yang mana tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, dan hanya satu sifat yang berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan. Keempat sifat tersebut ialah yang: Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); yang tanda-tandanya adalah suka menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya melakukan kezhaliman dan sedikit keadilan.
Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar.
Dan sifat yang ketiga adalah sifat syaithaniyah; tanda-tandanya suka mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
          Jika ketiga tiga sifat ini lebih
dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi
sebuah perubahan tatanan social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan.
Dimana keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah,
undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana
yang suap, penguasa lupa akan tugas dan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar
akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan
menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan
dan seterusnya.
Sedangkan
satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran
yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang yang dapat
mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan
hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur’an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang
luhur (akhlaqul karimah). Sehingga ia akan menjadi insan muttaqin,insan pasca
Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini
menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya yaitu: menahan diri dari hawa nafsu,
memberi ma`af dan berbuat baik pada sesama manusia.
Jama`ah
Idul Fithri yang berbahagia.
Pesan kedua Ramadhan adalah pesan sosial
Pesan
sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru terlihat pada
detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat
muslim mengeluarkan zakat fitrah kepada Ashnafuts
Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima
zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi serta
semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi
dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir,
baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan
kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang
miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang
hidup kesehariannya serba kekurangan.
Dalam
kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya
sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana
yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
        اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ
اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ
صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ
صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Aku semalam bermimpi melihat
kejadian yang menakjubkan. Aku
melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala
api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api
neraka.”
melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala
api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api
neraka.”
Jama’ah
sholat Idul Fitri rahimakumullah
Adapun Pesan ketiga Ramadhan adalah pesan jihad
          Jihad yang dimaksud di sini, bukan
jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan
tetapi jihad dalam pengertiannya yang luas,
yaitu:
yaitu:
بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ
Artinya “Mengecilkan arti segala
sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan
keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya.”
keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya.”
Pengertian
jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala
yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai
keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut
sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan
terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam
kondisi damai, jihad tetap dijalankan.
Dalam
konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad
mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya
sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta
bersendikan atas nilai-nilai agama dan ketaatan kepada Allah. Bukan jihad
dengan meledakkan diri dengan bom seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu
di beberapa daerah di Indonesia yang tidak ada maslahatnya bagi agama dan
syariat islam, justeru cara seperti itu semakin mengokohkan opini non muslim
bahwa islam adalah agama teroris. Padahal islam dibawakan oleh Rasulullah adalah
islam yang memberikan kedamaian kepada seluruh jagad raya ini atau yang biasa
kita sebut “ Rahmatan lil alamiin”.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Jama’ah Sholat Idul Fithri rahimakumullah
Dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa
sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika
berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: “Wahai Nabi Allah, kami ingin
sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa
menjadikannya sebagai bisnis kami”. Kemudian diturunkan ayat:
berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: “Wahai Nabi Allah, kami ingin
sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa
menjadikannya sebagai bisnis kami”. Kemudian diturunkan ayat:
يآاَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلىَ تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ.
تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ بِاَمْوَالِكُمْ
وَاَنْفُسِكُمْ ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. يَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِى جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ اْلفَوْزُ اْلعَظِيْمُ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
sukakah kamu aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS
Ash-Shaff:10-12)
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS
Ash-Shaff:10-12)
Dalam
konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor
sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada
pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada
momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi
gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada
pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada
momentum lebaran saat ini, bukan hanya pakaian yang baru akan tetapi
gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
Demikianlah
tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita
bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke
dalam bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu
kita sendiri, untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain; menjalin hubungan silaturrahim serta
kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial, serta menyandang
semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat,
berkeadilan dan sejahtera.
Marilah
kita saling memaafkan atas segala khilaf dan salah agar kita bisa kembali
menjadi manusia baru yang terbebas dari dosa karena magfiroh dari Allah SWT,
sehingga kita bisa meraih tujuan puasa yang sebenarnya yaitu agar kita menjadi
orang-orang bertaqwa kepada Allah SWT.
Semoga
Allah SWT memperpanjang umur kita agar bisa berjumpa dengan Ramadhan
berikutnya, dan semoga Allah SWT menetapkan hati kita di dalam iman dan islam
hingga yaumul akhir. Aamin ya rabbal
alamiin.
جَعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ وَأدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ،
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بِسْمِ الله ِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلُ الْقَرَى ءَامَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالأَرْض وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَنُوْا يَكْسِبُوْنَ
وَقُلْ رَبّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.ِ
Sekian
 khutbah Idul Fitri 1439 H yang dapat admin publikasikan, semoga bisa 
bermanfaat untuk kita semua. Untuk file ms, word-nya bisa DIDOWNLOAD DISINI