A.  
Riwayat
Hidup Usman bin Affan
Usman bin Affan lahir di kota Mekah pada tahun 576
M. Nama lengkap Usman bin Affan adalah Usman bin Affan bin Abil Ash. Usman bin
Affan  termasuk Suku Qurays dari Kabilah
Ummah. Ayahnya bernama Affan bin Al Ash bin Umayah. Ibunya bernama Arwa binti
Kuraiz
Usman bin Affan sejak kecil hidup
dalam lingkungan keluarga yang berada. Ayahnya seorang saudagar kaya raya dan
terpandang di suku Qurays. Karena keberadaannya inilah maka keluarganya sangat
disegani di kalangan orang-orang Qurays.
Sejak kecil sampai dewasa Usman bin
Affan dididik untuk berdagang ke Syam dan Hira 
bersama pedagang-pedagang lain dari suku Qurays. Pada saat itu Syam
menjadi daerah jajahan Romawi, dan Hira adalah jajahan Persia.
Karena ketekunan dan keuletannya,
Usman bin Affan berhasil dalam berdagang dan menjadi saudagar kaya raya yang
juga disegani oleh orang-orang Qurays sebagaimana orang tuanya.
Silsilah Usman bin Affan dengan Nabi
Muhammad  bertemu pada kakeknya yang
bernama Abdul Manaf.  Selain itu, Usman
bin Affan juga menantu Nabi Muhammad. Ia menikah dengan putri Rasulullah yang
bernama Ruqayah. Ruqayah meninggal dunia pada saat terjadi Perang Badar karena
terserang penyakit campak. Lalu Rasulullah menikahkannya dengan putri
Rasulullah yang lain yaitu Ummi Kulsum. Sehingga ia mendapat gelar “Dzunnuraini” yang artinya pemilik dua
cahaya, maksudnya adalah karena ia menikah dengan dua orang putri Rasulullah.
Usman bin Affan masuk Islam secara sembunyi-sembunyi,
atas ajakan Abu Bakar As Siddiq. Ia banyak membantu Rasulullah dalam menyebarkan
ajaran Islam. Setelah diketahui masuk Islam, ia sering diganggu dan dimusuhi
oleh kaum kafir Qurays, sehingga ia dan istrinya berhijrah ke Habsyi sampai dua
kali.
B.  
Kepribadian
Usman bin Affan
Usman bin Affan mempunyai pribadi yang
tampan, berjenggot dan berkulit sawo matang. Usman bin Affan memiliki akhlak
mulia, pemalu, terhormat dan terkenal sebagai seorang yang dermawan.
Usman bin Affan sangat peduli terhadap
orang-orang yang tidak mampu. Ia sering mengeluarkan hartanya untuk menyantuni
anak-anak yatim dan fakir miskin. Ia juga banyak  memerdekakan para budak yang telah masuk
Islam, terutama bagi mereka yang mendapat penganiayaan dari majikannya.
Budak-budak itu dibelinya dari majikan mereka kemudian dibebaskan.
Usman bin Affan terkenal karena
kedermawanannya. Ia sering menyedekahkan hartanya di jalan Allah. Pada suatu
saat orang Muhajirin kesusahan mendapatkan air bersih di Madinah. Mereka hanya
bisa mendapatkan air dari sumur orang Yahudi yang airnya dijual sangat mahal.
Rasulullah kemudian bersabda:”Barang
siapa yang mau membeli sumur itu dan disedekahkan kepada umat muslim, maka
Allah akan membebaskannya dari rasa haus di akhirat nanti.” Ketika Usman mendengarnya
sabda Rasulullah itu, Usman bin Affan langsung menemui orang Yahudi pemilik
sumur tersebut. Usman bin Affan membelinya dengan harga 18 dirham, maka sumur
itu telah menjadi milik Usman bin Affan. Kemudian sumur itu diserahkan kepada
penduduk setempat dan bagi mereka yang memerlukan air. Sejak saat itu kaum
muslimin tidak kesulitan mendapatkan air.
C.  
Kedermawanan
Usman bin Affan
Usman bin Affan adalah seorang yang
kaya raya. Sejarah mencatatnya, bahwa kekayaan yang ia miliki banyak
disumbangkan untuk kepentingan umat Islam. Bukti kedermawanan Usman bin Affan
yaitu:
1.     
Membiayai segala
keperluan Umat Islam pada waktu Perang Tabuk
2.     
Mencukupi
kebutuhan bahan makanan bagi Kaum Muslimin di Madinah pada saat kekurangan
makanan.
3.     
Memperbesar
bangunan masjid di Madinah
4.     
Membeli
sumur “Ar Rumah” milik orang Yahudi untuk kaum muslimin yang terkena bencana
kemarau panjang
5.     
Menyantuni
anak-anak yatim piatu yang orang tuanya mati syahid
6.     
Mencukupi
segala kebutuhan peralatan pada saat kaum muslimin melakukan pengembangan di
wilayah lain.
Kedermawanan Usman bin Affan tidak
menjadikannya jatuh miskin. Namun membuat dirinya semakin kaya. Itulah beberapa
bukti kedermawanan Usman bin Affan yang patut kita jadikan contoh.
D.  
Usman bin
Affan diangkat menjadi Khalifah
Khalifah Umar bin Khattab pada akhir
hayatnya telah berpesan kepada para sahabat untuk memilih satu diantara enam
sahabat yang ditunjuknya untuk menggantikan kedudukannya sebagai Khalifah dalam
memimpin umat Islam. Keenam sahabat itu adalah: Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Saad bin Abi
Waqas.
 Pada akhirnya Usman bin Khattab  yang terpilih menjadi khalifah ketiga
menggantikan Khalifah Umar bin Khattab. Mengapa Usman bin Affan yang terpilih
menjadi Khalifah ? Usman bin Affan adalah orang yang dekat dengan Rasulullah
dan merupakan salah satu menantu Rasulullah yang memiliki pribadi yang baik.
Usman bin Affan akhirnya dibaiat menjadi khalifah pada usia 70 tahun. Usman bin
Affan diangkat menjadi khalifah pada Bulan Dzulhijah tahun 23 H.
Secara umum, masa pemerintahan Usman
bin Affan dibagi menjadi dua periode yang masing-masing berlangsung selama enam
tahun. Pada periode pertama, ditandai dengan berbagai keberhasilan dan
kejayaan. Periode kedua ditandai dengan berbagai perpecahan, pergolakan dan
pemberontakan di dalam negeri
Pada periode pertama, Usman bin Affan
meneruskan kebijakan yang pernah diambil oleh Khalifah Umar bin Khattab. Umar
bin Khattab  berpesan agar gubernur yang
memerintah di setiap provinsi jangan diganti selama setahun kedepan agar tidak
terjadi pergolakan umat muslim. Usman bin Affan benar-benar melaksanakan amanat
itu. Setelah tahun kedua, Usman bin Affan mulai mengganti beberapa gubernur
dengan kerabatnya sendiri, selain itu juga mengganti beberapa pejabat
pemerintahan yang diambil dari keluarganya sendiri. Seperti pengangkatan Marwan
bin Hakam sebagai Sekretaris Negara.
Kebijakan yang diambil oleh Usman bin
Affan mendapat tanggapan yang kurang baik, karena setelah Marwan bin Hakam
diangkat menjadi Sekretaris Negara, seakan-akan kekuasaan untuk memerintah ada
pada dirinya, sedangkan Usman bin Affan hanya sebagai simbol saja.
Sejak saat itulah, permasalahan selalu
muncul. Menurut Usman bin Affan, Khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan
kekayaan negara untuk kemaslahatan umat. Selama menjabat, Usman bin Affan
berhak mengatur kepentingan kaum muslimin. Sikap inilah yang membedakan Usman
bin Affan dengan khalifah-khalifah sebelumnya. 
E.  
Penyusunan
Mushaf Al Qur’an  
Pada masa Khalifah Abu Bakar As
Siddiq,  mushaf Al Qur’an yang masih
dalam bentuk lembaran- lembaran telah berhasil dikumpulkan dan disusun, namun
belum sempurna. Mushaf Al Qur’an itu disimpan di rumah Hafshah binti Umar.
Kebutuhan Al Qur’an semakin dirasakan
karena wilayah kekuasaan Islam terus berkembang menjadi luas. Di setiap wilayah
baru, disitu pula Al Qur’an ditinggalkan. Yang ditinggalkan tidak hanya tulisan
saja, namun juga para penghafalnya. Tulisan Al Qur’an yang ditinggalkan beragam
bentuknya dan dialeknya. Hal inilah yang menimbulkan banyak perselisihan,
perpecahan dan pertengkaran di kalangan umat Islam.
Sahabat yang pertama kali menaruh
perhatian dalam hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ia mengusulkan agar Khalifah
Usman bin Affan memperhatikan masalah ini. Langkah pertama yang diambil Khalifah
Usman bin Affan adalah meminta kumpulan naskah Al Qur’an yang disimpan di rumah
Hafshah binti Umar. 
Oleh karena itulah Usman bin Affan
segera membentuk tim untuk menyusun dan menulis kembali Al Qur’an dalam bentuk
buku dengan sempurna seperti yang diajarkan oleh Rasulullah. Tim ini terdiri
dari empat orang yaitu: Zaid bin Tsabit sebagai ketuanya, dibantu oleh Abdullah
bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Harits.
Tim ini juga bertugas untuk
menggandakan menjadi tujuh buah. Salinan kumpulan Al Qur’an ini disebut dengan
“Al
Mushaf.” Sebuah disimpan di Madinah dan disebut dengan “mushaf
al imamah” Mushaf yang lainnya disebut dengan Mushaf Al Aimah atau Mushaf
Usmaniyah. Disebut demikian karena mushaf ini
ditulis dan dibukukan pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Mushaf-mushaf ini
dikirim ke wilayah Mekah, Mesir, Syam, Basrah, Yaman, dan Kufah.
F.   
Perluasan
Wilayah Islam 
Pada masa pemerintahan Usman bin
Affan, kaum muslimin melanjutkan penaklukan ke wilayah-wilayah lain. Penaklukan
melalui jalur darat dan laut. 
Ancaman terbesar datang dari Bizantium
Mereka sering menyerang daerah perbatasan pantai Muslim di Suriah dan Mesir.
Pada tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil menduduki Iskandariyah, namun Amr
bin Ash yang menjabat senbagai gubernur di Mesir berhasil mengusir mereka. Pada
tahun 651 M, pasukan Bizantium menyerang Mesir, Abdullah bin Abi Sarah yang
menggantikan Amr bin Ash berhasil mengalahkannya. 
Dari sinilah akhirnya Khalifah Usman
bin Affan menyadari perlunya dibentuk angkatan laut yang kuat. Usman bin Affan
memerintahkan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk membentuk angkatan laut.
Inilah  angkatan laut pertama dalam Islam
yang dibentuk pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dengan adanya angkatan
laut ini, kaum muslimin berhasil memperluas wilayahnya. Beberapa panglima
perang yang terlibat dalam perluasan wilayah Islam ini adalah: Abdullah bin Abi
Sarah, Muawiyah bin Abi Sufyan, Umair bin Usman, Abdullah al Laisi, Abdullah At
Tamimi, Abdullah bin Amir dan Said ibnu Ash.
G. 
Akhir Hayat
Usman bin Affan
Kebijakan-kebijakan khalifah Usman bin Affan banyak
menimbulkan keresahan  dan ketidak puasan
rakyat terhadap pemerintahannya. Di berbagai daerah mulai terjadi pemberontakan
. Banyak daerah yang tidak mau menerima pemimpin yang dipilih oleh Khalifah
Usman bin Affan. Hal ini sangat membahayakan pemerintahan pusat di Madinah,
karena Khalifah Usman bin Affan hanya mendengar laporan baik dari para
pejabatnya di daerah.
Pada akhir tahun 35 H, datanglah satu rombongan dari
Mesir yang dipimpin oleh Muhammad bin Abu Bakar. Bersamaan dengan itu datanglah
para pemberontak dari Irak, Kufah dan Basrah. Mereka menuntut agar khalifah
Usman bin Khattab mengundurkan diri dan para pejabat yang tidak mampu diganti.
Tuntutan ini tidak dipenuhi oleh Khalifah Usman bin Affan.
Penduduk Madinah yang terdiri dari Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin
menawarkan bantuan kepada Khalifah Usman bin Affan untuk memerangi para
pemberontak, namun Khalifah Usman bin Affan menolak dengan tegas. Khalifah Usman
bin Affan tidak ingin ada pertumpahan darah diantara kaum Muslimin.
Para pemberontak akhirnya mengepung rumah Khalifah Usman bin Affan
hingga 40 hari. Pada saat itu hanya ada Khalifah Usman bin Affan beserta
keluarganya. Para sahabat dan kaum Muslimin telah
pulang ke rumah masing-masing atas perintah Khalifah Usman bin Affan.
Pada saat Khalifah Usman bin Affan menjalankan salat,
para pemberontak berhasil masuk ke rumahnya dan menganiaya Khalifah Usman bin
Affan hingga meninggal dunia. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Dzulhijah
tahun 35 H. Khalifdah Usman bin Affan meninggal dunia dalam usia 81 tahun. Khalifah
Usman bin Affan menduduki jabatan khalifah selama 11 tahun.
No comments:
Post a Comment