Saturday, September 3, 2016

Khalifah Usman Bin Affan



A.   Riwayat Hidup Usman bin Affan

Usman bin Affan lahir di kota Mekah pada tahun 576 M. Nama lengkap Usman bin Affan adalah Usman bin Affan bin Abil Ash. Usman bin Affan  termasuk Suku Qurays dari Kabilah Ummah. Ayahnya bernama Affan bin Al Ash bin Umayah. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz
Usman bin Affan sejak kecil hidup dalam lingkungan keluarga yang berada. Ayahnya seorang saudagar kaya raya dan terpandang di suku Qurays. Karena keberadaannya inilah maka keluarganya sangat disegani di kalangan orang-orang Qurays.
Sejak kecil sampai dewasa Usman bin Affan dididik untuk berdagang ke Syam dan Hira  bersama pedagang-pedagang lain dari suku Qurays. Pada saat itu Syam menjadi daerah jajahan Romawi, dan Hira adalah jajahan Persia.
Karena ketekunan dan keuletannya, Usman bin Affan berhasil dalam berdagang dan menjadi saudagar kaya raya yang juga disegani oleh orang-orang Qurays sebagaimana orang tuanya.
Silsilah Usman bin Affan dengan Nabi Muhammad  bertemu pada kakeknya yang bernama Abdul Manaf.  Selain itu, Usman bin Affan juga menantu Nabi Muhammad. Ia menikah dengan putri Rasulullah yang bernama Ruqayah. Ruqayah meninggal dunia pada saat terjadi Perang Badar karena terserang penyakit campak. Lalu Rasulullah menikahkannya dengan putri Rasulullah yang lain yaitu Ummi Kulsum. Sehingga ia mendapat gelar “Dzunnuraini” yang artinya pemilik dua cahaya, maksudnya adalah karena ia menikah dengan dua orang putri Rasulullah.
Usman bin Affan masuk Islam secara sembunyi-sembunyi, atas ajakan Abu Bakar As Siddiq. Ia banyak membantu Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. Setelah diketahui masuk Islam, ia sering diganggu dan dimusuhi oleh kaum kafir Qurays, sehingga ia dan istrinya berhijrah ke Habsyi sampai dua kali.


B.   Kepribadian Usman bin Affan

Usman bin Affan mempunyai pribadi yang tampan, berjenggot dan berkulit sawo matang. Usman bin Affan memiliki akhlak mulia, pemalu, terhormat dan terkenal sebagai seorang yang dermawan.
Usman bin Affan sangat peduli terhadap orang-orang yang tidak mampu. Ia sering mengeluarkan hartanya untuk menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin. Ia juga banyak  memerdekakan para budak yang telah masuk Islam, terutama bagi mereka yang mendapat penganiayaan dari majikannya. Budak-budak itu dibelinya dari majikan mereka kemudian dibebaskan.
Usman bin Affan terkenal karena kedermawanannya. Ia sering menyedekahkan hartanya di jalan Allah. Pada suatu saat orang Muhajirin kesusahan mendapatkan air bersih di Madinah. Mereka hanya bisa mendapatkan air dari sumur orang Yahudi yang airnya dijual sangat mahal.
Rasulullah kemudian bersabda:”Barang siapa yang mau membeli sumur itu dan disedekahkan kepada umat muslim, maka Allah akan membebaskannya dari rasa haus di akhirat nanti.” Ketika Usman mendengarnya sabda Rasulullah itu, Usman bin Affan langsung menemui orang Yahudi pemilik sumur tersebut. Usman bin Affan membelinya dengan harga 18 dirham, maka sumur itu telah menjadi milik Usman bin Affan. Kemudian sumur itu diserahkan kepada penduduk setempat dan bagi mereka yang memerlukan air. Sejak saat itu kaum muslimin tidak kesulitan mendapatkan air.

C.   Kedermawanan Usman bin Affan
Usman bin Affan adalah seorang yang kaya raya. Sejarah mencatatnya, bahwa kekayaan yang ia miliki banyak disumbangkan untuk kepentingan umat Islam. Bukti kedermawanan Usman bin Affan yaitu:
1.      Membiayai segala keperluan Umat Islam pada waktu Perang Tabuk
2.      Mencukupi kebutuhan bahan makanan bagi Kaum Muslimin di Madinah pada saat kekurangan makanan.
3.      Memperbesar bangunan masjid di Madinah
4.      Membeli sumur “Ar Rumah” milik orang Yahudi untuk kaum muslimin yang terkena bencana kemarau panjang
5.      Menyantuni anak-anak yatim piatu yang orang tuanya mati syahid
6.      Mencukupi segala kebutuhan peralatan pada saat kaum muslimin melakukan pengembangan di wilayah lain.
Kedermawanan Usman bin Affan tidak menjadikannya jatuh miskin. Namun membuat dirinya semakin kaya. Itulah beberapa bukti kedermawanan Usman bin Affan yang patut kita jadikan contoh.

D.   Usman bin Affan diangkat menjadi Khalifah

Khalifah Umar bin Khattab pada akhir hayatnya telah berpesan kepada para sahabat untuk memilih satu diantara enam sahabat yang ditunjuknya untuk menggantikan kedudukannya sebagai Khalifah dalam memimpin umat Islam. Keenam sahabat itu adalah: Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Saad bin Abi Waqas.
 Pada akhirnya Usman bin Khattab  yang terpilih menjadi khalifah ketiga menggantikan Khalifah Umar bin Khattab. Mengapa Usman bin Affan yang terpilih menjadi Khalifah ? Usman bin Affan adalah orang yang dekat dengan Rasulullah dan merupakan salah satu menantu Rasulullah yang memiliki pribadi yang baik. Usman bin Affan akhirnya dibaiat menjadi khalifah pada usia 70 tahun. Usman bin Affan diangkat menjadi khalifah pada Bulan Dzulhijah tahun 23 H.
Secara umum, masa pemerintahan Usman bin Affan dibagi menjadi dua periode yang masing-masing berlangsung selama enam tahun. Pada periode pertama, ditandai dengan berbagai keberhasilan dan kejayaan. Periode kedua ditandai dengan berbagai perpecahan, pergolakan dan pemberontakan di dalam negeri
Pada periode pertama, Usman bin Affan meneruskan kebijakan yang pernah diambil oleh Khalifah Umar bin Khattab. Umar bin Khattab  berpesan agar gubernur yang memerintah di setiap provinsi jangan diganti selama setahun kedepan agar tidak terjadi pergolakan umat muslim. Usman bin Affan benar-benar melaksanakan amanat itu. Setelah tahun kedua, Usman bin Affan mulai mengganti beberapa gubernur dengan kerabatnya sendiri, selain itu juga mengganti beberapa pejabat pemerintahan yang diambil dari keluarganya sendiri. Seperti pengangkatan Marwan bin Hakam sebagai Sekretaris Negara.
Kebijakan yang diambil oleh Usman bin Affan mendapat tanggapan yang kurang baik, karena setelah Marwan bin Hakam diangkat menjadi Sekretaris Negara, seakan-akan kekuasaan untuk memerintah ada pada dirinya, sedangkan Usman bin Affan hanya sebagai simbol saja.
Sejak saat itulah, permasalahan selalu muncul. Menurut Usman bin Affan, Khalifah mempunyai wewenang untuk menggunakan kekayaan negara untuk kemaslahatan umat. Selama menjabat, Usman bin Affan berhak mengatur kepentingan kaum muslimin. Sikap inilah yang membedakan Usman bin Affan dengan khalifah-khalifah sebelumnya.


E.   Penyusunan Mushaf Al Qur’an 
Pada masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq,  mushaf Al Qur’an yang masih dalam bentuk lembaran- lembaran telah berhasil dikumpulkan dan disusun, namun belum sempurna. Mushaf Al Qur’an itu disimpan di rumah Hafshah binti Umar.
Kebutuhan Al Qur’an semakin dirasakan karena wilayah kekuasaan Islam terus berkembang menjadi luas. Di setiap wilayah baru, disitu pula Al Qur’an ditinggalkan. Yang ditinggalkan tidak hanya tulisan saja, namun juga para penghafalnya. Tulisan Al Qur’an yang ditinggalkan beragam bentuknya dan dialeknya. Hal inilah yang menimbulkan banyak perselisihan, perpecahan dan pertengkaran di kalangan umat Islam.
Sahabat yang pertama kali menaruh perhatian dalam hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ia mengusulkan agar Khalifah Usman bin Affan memperhatikan masalah ini. Langkah pertama yang diambil Khalifah Usman bin Affan adalah meminta kumpulan naskah Al Qur’an yang disimpan di rumah Hafshah binti Umar.
Oleh karena itulah Usman bin Affan segera membentuk tim untuk menyusun dan menulis kembali Al Qur’an dalam bentuk buku dengan sempurna seperti yang diajarkan oleh Rasulullah. Tim ini terdiri dari empat orang yaitu: Zaid bin Tsabit sebagai ketuanya, dibantu oleh Abdullah bin Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Harits.
Tim ini juga bertugas untuk menggandakan menjadi tujuh buah. Salinan kumpulan Al Qur’an ini disebut dengan “Al Mushaf.” Sebuah disimpan di Madinah dan disebut dengan “mushaf al imamah” Mushaf yang lainnya disebut dengan Mushaf Al Aimah atau Mushaf Usmaniyah. Disebut demikian karena mushaf ini ditulis dan dibukukan pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Mushaf-mushaf ini dikirim ke wilayah Mekah, Mesir, Syam, Basrah, Yaman, dan Kufah.


F.    Perluasan Wilayah Islam
Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, kaum muslimin melanjutkan penaklukan ke wilayah-wilayah lain. Penaklukan melalui jalur darat dan laut.
Ancaman terbesar datang dari Bizantium Mereka sering menyerang daerah perbatasan pantai Muslim di Suriah dan Mesir. Pada tahun 646 M, pasukan Bizantium berhasil menduduki Iskandariyah, namun Amr bin Ash yang menjabat senbagai gubernur di Mesir berhasil mengusir mereka. Pada tahun 651 M, pasukan Bizantium menyerang Mesir, Abdullah bin Abi Sarah yang menggantikan Amr bin Ash berhasil mengalahkannya.
Dari sinilah akhirnya Khalifah Usman bin Affan menyadari perlunya dibentuk angkatan laut yang kuat. Usman bin Affan memerintahkan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk membentuk angkatan laut. Inilah  angkatan laut pertama dalam Islam yang dibentuk pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Dengan adanya angkatan laut ini, kaum muslimin berhasil memperluas wilayahnya. Beberapa panglima perang yang terlibat dalam perluasan wilayah Islam ini adalah: Abdullah bin Abi Sarah, Muawiyah bin Abi Sufyan, Umair bin Usman, Abdullah al Laisi, Abdullah At Tamimi, Abdullah bin Amir dan Said ibnu Ash.


G.  Akhir Hayat Usman bin Affan

Kebijakan-kebijakan khalifah Usman bin Affan banyak menimbulkan keresahan  dan ketidak puasan rakyat terhadap pemerintahannya. Di berbagai daerah mulai terjadi pemberontakan . Banyak daerah yang tidak mau menerima pemimpin yang dipilih oleh Khalifah Usman bin Affan. Hal ini sangat membahayakan pemerintahan pusat di Madinah, karena Khalifah Usman bin Affan hanya mendengar laporan baik dari para pejabatnya di daerah.
Pada akhir tahun 35 H, datanglah satu rombongan dari Mesir yang dipimpin oleh Muhammad bin Abu Bakar. Bersamaan dengan itu datanglah para pemberontak dari Irak, Kufah dan Basrah. Mereka menuntut agar khalifah Usman bin Khattab mengundurkan diri dan para pejabat yang tidak mampu diganti. Tuntutan ini tidak dipenuhi oleh Khalifah Usman bin Affan.
Penduduk Madinah yang terdiri dari Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin menawarkan bantuan kepada Khalifah Usman bin Affan untuk memerangi para pemberontak, namun Khalifah Usman bin Affan menolak dengan tegas. Khalifah Usman bin Affan tidak ingin ada pertumpahan darah diantara kaum Muslimin.
Para pemberontak akhirnya mengepung rumah Khalifah Usman bin Affan hingga 40 hari. Pada saat itu hanya ada Khalifah Usman bin Affan beserta keluarganya. Para sahabat dan kaum Muslimin telah pulang ke rumah masing-masing atas perintah Khalifah Usman bin Affan.
Pada saat Khalifah Usman bin Affan menjalankan salat, para pemberontak berhasil masuk ke rumahnya dan menganiaya Khalifah Usman bin Affan hingga meninggal dunia. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Dzulhijah tahun 35 H. Khalifdah Usman bin Affan meninggal dunia dalam usia 81 tahun. Khalifah Usman bin Affan menduduki jabatan khalifah selama 11 tahun.

No comments:

Post a Comment