Geleng Khas Desa Sade
Desa Sade terletak di wilayah Pujut,
Lombok Tengah. Desa ini
merupakan salah satu dari tiga desa adat yang menjadi tempat tinggal
Suku Sasak di Lombok yang masih dipertahankan keberadaan dan keasliannya
hingga saat ini. Luas desa ini sekitar lima hektar dan konon sudah
ada sejak 600 tahun yang lalu. Selain sebagai desa adat, desa ini juga
merupakan desa wisata yang mengunggulkan keaslian kesenian, bangunan dan
adat asli suku Sasak-Lombok .
Semua penduduk Desa Sade masih tetap menjaga keaslian desa dan tradisi Suku Sasak yang pada Era Informasi dan Globalisasi ini sudah mulai tergeser bahkan tergantikan oleh tradisi barat yang sangat kontradiktif dengan tradisi Suku Sasak itu sendiri . Karena itulah, Desa Sade menjadi sangat unik dan menarik bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal untuk mengunjunginya guna menyaksikan langsung rupa bangunan,kerajinan,adat dan kesenian Suku Sasak tempo doeloe. Bahkan tidak jarang juga dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa Lombok yang ingin menyaksikan langsung tradisi asli nenek moyangnya.
Desa Sade yang merupakan Desa Tradisional tentunya memiliki banyak sekali keunikan yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. Salah satu keunikan yang saya dapatkan ketika berkunjung ke desa ini pada hari Selasa, 2 Juni 2015 yang lalu adalah keunikan Geleng atau lumbung padinya (Geleng adalah bangunan berupa rumah yang khusus digunakan untuk menyimpan padi hasil panen yang akan digunakan nanti apabila stok beras sudah mulai habis, biasanya pada musim kemarau) .
Tidak seperti seperti Geleng pada umumnya yang mana semua kalangan bebas keluar masuk untuk menyimpan maupun mengambil padi yang ada, Geleng yang ada di Desa Sade ini tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Untuk menaikkan atau memasukkan padi hasil panennya ke dalam Geleng hanya dilakukan oleh lelaki dewasa (bapak-bapak), sementara untuk menurunkannya dilakukan oleh ibu-ibu karena dengan cara seperti ini ,menurut kepercayaan masyarakat Sade, dapat memperlancar rezeki. Sedangkan untuk remaja terutama para gadis tidak diperbolehkan untuk mengambil atau menurunkan padi yang ada di dalam Geleng tersebut karena katanya apabila hal ini dilakukan maka dipercaya apabila mereka menikah nanti, maka mereka tidak akakn dikaruniai anak oleh Yang Maha Kuasa.
Satu lagi keunikan Geleng Desa Sade ini yaitu sebuah Geleng dimiliki atau digunakan oleh 4-5 kepala keluarga, tentunya ini berbeda sekali denga geleng-geleng yang ada di masyarakat Lombok pada umumnya yang satu geleng dimiliki dan digunakan oleh satu keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang digunakan untuk membuat Geleng tersebut.
Masih banyak lagi keunikan Suku Sasak yang masih terus dipertahankan oleh Masyarakat Desa Sade-Rembitan Pujut Lombok Tengah ini. Untuk informasi dan keunikan yang lebih menarik lainnya bisa dilihat dan ditanyakan langsung di masyarakat setempat atau bisa membayar jasa guide yang berdomisili di sana untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Semua penduduk Desa Sade masih tetap menjaga keaslian desa dan tradisi Suku Sasak yang pada Era Informasi dan Globalisasi ini sudah mulai tergeser bahkan tergantikan oleh tradisi barat yang sangat kontradiktif dengan tradisi Suku Sasak itu sendiri . Karena itulah, Desa Sade menjadi sangat unik dan menarik bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal untuk mengunjunginya guna menyaksikan langsung rupa bangunan,kerajinan,adat dan kesenian Suku Sasak tempo doeloe. Bahkan tidak jarang juga dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa Lombok yang ingin menyaksikan langsung tradisi asli nenek moyangnya.
Desa Sade yang merupakan Desa Tradisional tentunya memiliki banyak sekali keunikan yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. Salah satu keunikan yang saya dapatkan ketika berkunjung ke desa ini pada hari Selasa, 2 Juni 2015 yang lalu adalah keunikan Geleng atau lumbung padinya (Geleng adalah bangunan berupa rumah yang khusus digunakan untuk menyimpan padi hasil panen yang akan digunakan nanti apabila stok beras sudah mulai habis, biasanya pada musim kemarau) .
Tidak seperti seperti Geleng pada umumnya yang mana semua kalangan bebas keluar masuk untuk menyimpan maupun mengambil padi yang ada, Geleng yang ada di Desa Sade ini tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Untuk menaikkan atau memasukkan padi hasil panennya ke dalam Geleng hanya dilakukan oleh lelaki dewasa (bapak-bapak), sementara untuk menurunkannya dilakukan oleh ibu-ibu karena dengan cara seperti ini ,menurut kepercayaan masyarakat Sade, dapat memperlancar rezeki. Sedangkan untuk remaja terutama para gadis tidak diperbolehkan untuk mengambil atau menurunkan padi yang ada di dalam Geleng tersebut karena katanya apabila hal ini dilakukan maka dipercaya apabila mereka menikah nanti, maka mereka tidak akakn dikaruniai anak oleh Yang Maha Kuasa.
Satu lagi keunikan Geleng Desa Sade ini yaitu sebuah Geleng dimiliki atau digunakan oleh 4-5 kepala keluarga, tentunya ini berbeda sekali denga geleng-geleng yang ada di masyarakat Lombok pada umumnya yang satu geleng dimiliki dan digunakan oleh satu keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang digunakan untuk membuat Geleng tersebut.
Masih banyak lagi keunikan Suku Sasak yang masih terus dipertahankan oleh Masyarakat Desa Sade-Rembitan Pujut Lombok Tengah ini. Untuk informasi dan keunikan yang lebih menarik lainnya bisa dilihat dan ditanyakan langsung di masyarakat setempat atau bisa membayar jasa guide yang berdomisili di sana untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
| Foto bareng di pintu masuk Desa Sade |
No comments:
Post a Comment