Sunday, July 5, 2015

Wisata Alam Air Terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep

Mampir dulu sebentar di Pusuk Sembalun
             Pergi rekreasi ke tempat-tempat tujuan wisata (lebih populer disebut pesiar oleh masyrakat Lombok) pada setiap akhir tahun pelajaran tepatnya setelah selesai Ujian Nasional mungkin sudah menjadi tradisi bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, khususnya sekolah yang ada di Lombok ( termasuk MI NW Jurang Koak).

            Pada hari Senin 15 Juni 2015, semua guru dan staff beserta sebagian besar siswa MI NW Jurang Koak pergi pesiar. Kali ini destinasi yang kami pilih adalah objek wisata Air Terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep yang ada di Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara.

          Berangkat  dari Pesugulan ke Senaru melalui melalui jalur Sembalun memakan waktu kurang lebih 4 jam (07.16- 11.27). Perjalanan ke Desa Senaru cukup memompa adrenalin karena jalan yang kita tempuh cukup terjal dan tambah lagi dengan banyaknya tikungan tajam yang cukup menguji keahlian setiap sopir yang menelusurinya. Namun jalan terjal dan tikungan tajam yang dilalui cukup terbayar dengan sajian hamparan panorama alam yang indah membentang sepanjang perjalanan ditambah lagi dengan hembusan dingin udara pegunungan yang asri dan bebas polusi.

        Sekitar pukul 11.27 a.m kamipun sampai di area parkir Objek Wisata Air Terjun Sindang Gila di Desa Senaru. Setelah beristirahat sekitar 10 menit, kami melanjutkan perjalanan ke air terjun tersebut (dengan berlanan kaki) dengan terlebih dahulu membayar tiket masuk sebesar 5.000/orang ( Saya bersama 12 guru dan staff yang ikut dapat bonus tiket free karena banyak siswa yang ikut hehehe).
Jalan menuju lokasi air terjun

         Dari pintu masuk menuju kawasan air terjun kita harus menuruni ratusan anak tangga yang diteduhi oleh pepohonan yang ada di kiri-kanan jalan. Dari jauh terdengar sayup-sayup suara air terjun Sindang Gila yang memompa semangat untuk berjalan lebih cepat agar lebih cepat sampai di air terjun tersebut.
     
        Setelah berjalan sekitar 17 menit kamipun sampai di lokasi air terjun yang pertama yaitu Air Terjun Sindang Gila. "Woow amazing!" itu adalah ekspresi pertamaku ketika berdiri dan melihat dengan begitu dekat air terjun ini. Disini kami banyak menjumpai turis, baik domestik maupun mancanegara, yang sedang duduk santai menikmati bekal yang dibawa ataupun beli langsung di lokasi sambil menikmati suasana khas air terjun. Selain duduk santai, banyak juga tourist yang mengambil gambar melalui kamera mereka.


Saya dan Pak Alfiyan di dekat Air Terjun Sindang Gila
            Air Terjun Sindang Gila terdiri dari 2 tingkatan tapi dari banyak sudut terlihat seperti satu. Total ketinggian air terjun ini sekitar 35 meter dengan debit air yang cukup besar. Setelah menyantap bekal yang kami bawa, saya mengajak anak-anak dan beberapa guru untuk mandi bersama menikmati kesegaran air terjun ini. Dingin dan fresh khas air pegunungan langsung menyambut mesra kaki kita yang pertama kali bersentuhan langsung dengan air ini. Karena cucuran airnya yang deras tak satupun dari kami ataupun pengunjung yang lain berani mandi langsung di bawah cucuran air terjun ini. Kami hanya mandi di sungai dan cucuran kecil dari air terjun ini.
Ada hal menarik menyangkut air terjun Sindang Gila ini yaitu para penduduk setempat mempercayai bahwa air pada lokasi ini memiliki unsur magis yang bisa membuat seseorang menjadi lebih muda satu tahun dari usianya bila mandi di bawah air terjun tersebut.

         Setelah puas bemandi ria di air terjun Sindang Gila, saya mengajak beberapa guru dan siswa yang agak kuat berjalan untuk pergi ke arah hulu menuju Air Terjun Tiu Kelep. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Air Terjun Tiu Kelep sekitar 30 Menit dengan menelusuri jalan kecil dan harus melintasi aliran sungai yang cukup deras.
Jalan yang harus kita tempuh untuk bisa sampai ke air terjun Tiu Kelep

          Karena jarak tempuh dari Sindang Gila memakan waktu sekitar 30 menit dan kondisi jalan yang kurang baik, para wisatawan biasanya lebih memilih cukup mengunjungi air terjun Sindang Gila saja. Tapi bagi para petualang sejati mungkin akan merasa tertantang untuk dapat menaklukkan medan menuju air terjun Tiu Kelep. Kita akan soft trekking sedikit karena jalurnya berupa hutan dengan jalan setapak, melewati jembatan / saluran air dan menyeberangi sungai kecil yang berbatu cukup licin. Tapi begitu sampai di Tiu Kelep, kita akan lupa rasa lelah dan hanya bisa mengucap syukur akan pesona alam yang luar biasa ini.


Air Terjun Tiu Kelep
          Air terjun Tiu Kelep memiliki ketinggian sekitar 60 meter yang menjasikannya air terjun tertinggi dan terbesar di Pulau Lombok. Tiu Kelep sendiri berarti Air Terbang, dinamakan begitu kkarena percikan air yang terbawa angin akan menyapu dan menyegarkan wajah dan badan kita walau kita berada sekitar 50 meter dari air terjun ini.

        Objek wisata ini agak berbeda dengan  objek wisata lainnya karena kebersihannya sangat dijaga dengan baik. Ada beberapa petugas kebersihan khusus yang tetap setia dan sabar untuk memungut dan mengumpulkan sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para pengunjung secara sadar maupun tidak. Hal ini membuat setiap pengunjung merasa betah dan nyaman untuk belama-lama di objek wisata yang ada di Desa Senaru ini.

         Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 01.30, sayapun mengajak teman-teman untuk makan dan shalat. Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan ke objek wisata pantai yang ada di sepanjang jalan pulang dari Senaru karena jalan yang kami ikuti pulang adalah jalur Sambelia .

       Okey, itu dulu catatan perjalananku kali ini, sampai jumpa di catatan-catatanku berikutnya.
Tapi sebelumnya lihat juga beberapa photo di bawah ini yang saya ambil di air terjun Indang Gila dan Tiu Kelep....








Jalan ke kiri ini adalah jalan menuju Air Terjun Tiu Kelep


Monday, June 8, 2015

NTB terpilih sebagai Provinsi terbaik di bidang pariwisata

Tourist Sumbawa sedang berpose ria di Pantai Kuta-Lombok
          Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terpilih sebagai provinsi terbaik pada bidang pariwisata dalam penghargaan Government Award 2015 yang diselenggarakan oleh Sindo Weekly Magazine. 

          Kepala Bagian Humas dan Protokoler provinsi NTB, Fathul Gani mengatakan penghargaan tersebut akan diberikan kepada Gubernur NTB, TGH Zainul Majdi pada Kamis (19/3) yang akan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo.  “Iya, NTB menerima penghargaan sebagai provinsi terbaik di bidang pariwisata, dimana Gubernur akan menerima penghargaan itu nanti,” ujarnya kepada wartawan di Kota Mataram, Senin (02/3).

              Menurutnya, penghargaan tersebut menunjukan bahwa pariwisata di NTB sudah berkembang dengan baik. Serta memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam kemajuan pariwisata... Selengkapnya klik di sini

Pariwisata NTB salib Bali

          Perkembangan pariwisata Lombok, NTB akan bisa melampaui pariwisata Bali. Dikatakan, hasil kunjungannya kesejumlah destinasi wisata di daerah ini, pulau Lombok memiliki ciri khas tersendiri termasuk alamnya yang masih alami. Konsulat Jendral (Konjen ) Jepang Mr. Kazuwo Shibata yakin perkembangan pariwisata Lombok, NTB akan bisa melampaui pariwisata Bali.          Terkait dengan pariwisata, Konjen Jepang sangat surpraise dengan pariwisata NTB. Dulu dia berfikir bahwa NTB ini potensi pariwisata nomor dua setelah bali. Tetapi setelah melihat, dia mengaku sangat terkesan dengan kealamiannya,ucap Konsulat dari Jepang ini disaat bertemu Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi,(17/3).

           Konjen Jepang yang berkedudukan di Bali itu berharap Pemprov. NTB tetap mengembangkan pariwisatanya dan  tetap mempertahankan kealamian yang dimilikinya tersebut, perlu mendapat perhatian adalah adalah masalah sampah ditempat-tempat destinasi wisata di pulau Lombok yang perlu terus mendapat perhatian . Selengkapnya



Friday, June 5, 2015

Geleng Khas Desa Sade

Geleng Khas Desa Sade

      Desa Sade terletak di wilayah Pujut, Lombok Tengah. Desa ini merupakan salah satu dari tiga desa adat yang menjadi tempat tinggal Suku Sasak di Lombok yang masih dipertahankan keberadaan dan keasliannya hingga saat ini. Luas desa ini sekitar lima hektar dan konon sudah ada sejak 600 tahun yang lalu. Selain sebagai desa adat, desa ini juga merupakan desa wisata yang mengunggulkan keaslian kesenian, bangunan dan adat asli suku Sasak-Lombok .


        Semua penduduk Desa Sade masih tetap menjaga keaslian desa dan tradisi Suku Sasak yang pada Era Informasi dan Globalisasi ini sudah mulai tergeser bahkan tergantikan oleh tradisi barat yang sangat kontradiktif dengan tradisi Suku Sasak itu sendiri . Karena itulah, Desa Sade menjadi sangat unik dan menarik bagi para wisatawan mancanegara maupun lokal untuk mengunjunginya guna menyaksikan langsung rupa bangunan,kerajinan,adat dan kesenian Suku Sasak tempo doeloe. Bahkan tidak jarang juga dikunjungi oleh para pelajar dan mahasiswa Lombok yang ingin menyaksikan langsung tradisi asli nenek moyangnya.

      Desa Sade yang merupakan Desa Tradisional tentunya memiliki banyak sekali keunikan yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. Salah satu keunikan yang saya dapatkan ketika berkunjung ke desa ini pada hari Selasa, 2 Juni 2015 yang lalu adalah keunikan Geleng atau lumbung padinya (Geleng adalah bangunan berupa rumah  yang khusus digunakan untuk menyimpan padi hasil panen yang akan digunakan nanti apabila stok beras sudah mulai habis, biasanya pada musim kemarau) .

      Tidak seperti seperti Geleng pada umumnya yang mana semua kalangan bebas keluar masuk untuk menyimpan maupun mengambil padi yang ada, Geleng yang ada di Desa Sade ini tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Untuk menaikkan atau memasukkan padi hasil panennya ke dalam Geleng hanya dilakukan oleh lelaki dewasa (bapak-bapak), sementara untuk menurunkannya dilakukan oleh ibu-ibu karena dengan cara seperti ini ,menurut kepercayaan masyarakat Sade, dapat memperlancar rezeki. Sedangkan untuk remaja terutama para gadis tidak diperbolehkan untuk mengambil atau menurunkan padi yang ada di dalam Geleng tersebut karena katanya apabila hal ini dilakukan maka dipercaya apabila  mereka menikah nanti, maka mereka tidak akakn dikaruniai anak oleh Yang Maha Kuasa.

      Satu lagi keunikan Geleng Desa Sade ini yaitu sebuah Geleng dimiliki atau digunakan oleh 4-5 kepala keluarga, tentunya ini berbeda sekali denga geleng-geleng yang ada di masyarakat Lombok pada umumnya yang satu geleng dimiliki dan digunakan oleh satu keluarga. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang digunakan untuk membuat Geleng tersebut.

        Masih banyak lagi keunikan Suku Sasak yang masih terus dipertahankan oleh Masyarakat Desa Sade-Rembitan Pujut Lombok Tengah ini. Untuk informasi dan keunikan yang lebih menarik lainnya bisa dilihat dan ditanyakan langsung di masyarakat setempat atau bisa membayar jasa guide yang berdomisili di sana untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap.
       
Foto bareng di pintu masuk Desa Sade