| TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid | 
KELAHIRAN, KELUARGA DAN SILSILAH KETURUNANNYA
Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi 
Pancor Lombok Timur  pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama 
kecil beliau Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad 
Zainuddin setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah 
beliau sendiri, yaitu Haji Abdul Majid. Nama itu diambil dari nama 
seorang ulama’ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlaq dan 
kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syaikh Muhammad 
Zainuddin Serawak. Beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan 
Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan Hajjah Halimatus Sa’diyah. Beliau 
bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah
 Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah. Ayahandanya yang 
terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig 
dan terkenal pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum 
penjajah; sedangkan ibundanya terkenal sangat shaleh.
Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, 
tidak mengherankan kalau ayah-bundanya memberikan perhatian khusus dan 
menumpahkan kecintaan serta kasih sayang demikian besar kepada beliau. 
Ketika beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk 
melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke tanah suci. 
Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali  
belajar di Masjidil Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatussa’diyah 
ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai 
ibundanya yang tercinta itu berpulang ke Rahmatullah tiga setengah tahun
 kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.
Tentang silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat 
dikemukakan secara utuh, karena dokumen dan catatan silsilah keturunan 
beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. 
Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari garis yang 
terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama 
Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di dalam 
perkawinannya sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah 
dianggap mandul, padahal beliau sendiri sangat menginginkan keturunan 
yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan 
menegakkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah melalui organisasi
 Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugrahi dua orang
 anak dan keduanya putri, yaitu :
1. Hajjah Siti Rauhun dari Ummi Jauhariyah
2. Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatulloh.
Karena hanya mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun wa Raihanun”.
PENDIDIKANNYA
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke 
tanah suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 
tahun di Selong Lombok Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam 
pada ayahandanya TGH Abdul Majid, TGH Syarafuddin Pancor dan TGH 
Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lombok Timur. Setelah berusia 17 tahun, 
yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci Makkah
 Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam 
disiplin pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, 
dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.
Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di 
Masjidil Haram. Ayahandanya sangat selektif dalam mencari dan menentukan
 guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. 
Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta 
menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam 
seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid 
berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ 
terkenal zaman itu. Kemudian pada tahun 1928 beliau melanjutkan studinya
 di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh 
Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah, pendiri madrasah 
Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan
 telah banyak menghasilkan ulama’-ulama’ besar. Di Madrasah 
Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu 
pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan 
ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.
Syaikh Zakaria Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, 
teman sekelas beliau mengatakan : “Saya teman seangkatan Syaikh 
Zainuddin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun. Saya sangat 
kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, akhlaqnya mulia. Dia sangat tekun 
belajar, sampai-sampai jam keluar main pun diisinya dengan menekuni 
kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”.
Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai tingkat kecerdasan
 (IQ) yang sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah 
keturunan yang terpandang, kasih sayang serta keikhlasan kedua orang tua
 dan doa restu dari para gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang 
sangat mengagumkan, sehingga berhasil dengan gemilang menyelesaikan 
studinya di Madrasah Ash-Syaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat 
sangat memuaskan Kenyataan ini tertera dalam Ijazah beliau yang khusus 
ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan 
beliau. Nilai beliau sangat memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) 
pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping diberikan tanda 
bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya yang 
mengagumkan itu.
Keberhasilan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang 
menyebabkan beliau mendapat banyak pujian baik dari mahagurunya sendiri 
maupun dari kawan-kawan yang seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama’ 
terkemuka lainnya.Pujian itu, antara lain disampaikan oleh salah seorang mahagurunya, 
Al “allamah Al Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, 
mahaguru yang memberikan kasih sayang cukup besar kepada muridnya yang 
genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan syair berbahasa Arab yang
 maksudnya : 
Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi
dan kecerdasannya yang tiada tertandingi
Jasanya semerbak di mana-mana
menunjukkan satu-satunya permata
yang tersimpan pada moyangnya
Buah tangannya indah lagi menawan
penaka bunga-bungaan
yang tumbuh teratur di lereng pegunungan
Demikian pula pujian yang disampaikan oleh maha gurunya yang lain, 
yaitu Al ‘Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) 
Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan ucapannya : “Madrasah Ash-Shaulatiyah 
tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan 
memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.
Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila. Beliau mengatakan :
“Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya 
belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam 
berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di 
Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. 
Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena kegeniusannya 
yang sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang)
 agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia 
diukirnya, telah berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang 
dihasilkannya. Saya tahu, dia adalah  mukhlis  (orang  ikhlas)  dalam  
berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, 
cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman 
segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya sebutkan tadi,
 yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ 
besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulanasy Syaikh 
Hasan Muhammad Al Masysyath”.
Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi 
oleh mahagurunya yang paling dicintai dan paling banyak memberikan doa 
dan inspirasi dalam perjuangannya, yaitu Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad
 Al Masysyath, dengan ucapan beliau : “Saya tidak akan berdoa ke 
hadlirat Allah S.W.T. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di
 depanku dan bersamaku”. Beliau juga mengatakan bahwa beliau mencintai 
setiap orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai 
orang yang tidak cinta kepada beliau.
Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah 
Al Mukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada 
ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh 
keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan bahwa beliau mencintai 
siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan membenci siapa saja 
yang benci kepada  beliau.
Fadlilatul “Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad “Alawi “Abbas Al Maliki
 Al Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan 
bahwa tak ada seorang pun ahli ilmu di tanah suci Makkah AlMukarramah 
baik thullab maupun ulama’ yang tidak kenal akan kehebatan dan 
ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar 
bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam 
sedunia.Demikianlah pujian yang telah diberikan secara ikhlas dan jujur baik 
oleh kawan seperguruan beliau maupun mahaguru dan ulama-ulama lainnya 
Walillahil hamdu.
KARYA-KARYANYA
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain tergolong tokoh ulama’ 
dengan bobot keilmuan yang dalam, beliau juga penulis dan pengarang yang
 produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini, tumbuh dan
 berkembang dari sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah. 
Akan tetapi karena padat dan banyaknya acara kegiatan keagamaan dalam 
masyarakat yang harus diisi beliau, maka peluang dan kesempatan untuk 
memperbanyak tulisan dan karangannya tampaknya tidak pernah ada.
Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan, beliau mengungkapkan 
keadaan seperti ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada 
kawan seperjuangannya di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah yang juga telah
 tergolong ulama’ besar dan pengarang terkenal seperti Maulanasy Syaikh 
Zakaria Abdullah Bila, Maulanasy Syaikh Yasin Padang dan lain-lain. 
Mereka sekarang ini  memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis 
menulis dan karang-mengarang.
Akan tetapi TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pemah berkecil 
hati, walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam bidang tersebut. 
Beliau menyadari akan hal ini, karena situasi dan kondisi kehidupan 
ummat dan masyarakat yang dihadapi sangat jauh berbeda, yaitu masyarakat
 Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di pihak lain. Beliau 
pernah mengatakan “Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang 
cukup untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan 
karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak, seperti yang telah 
dimiliki Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Syaikh Yasin Padang, Syaikh 
Ismail dan ulama’-ulama’ lain tamatan Madrasah Asy Shaulatiyah Makkah”.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid sekarang ini, tampaknya memang 
tidak cukup waktu dan kesempatan untuk mengarang dan menulis, karena 
sebagian besar dan bahkan seluruh waktu dan kehidupan beliau hanya 
dipakai dan dimanfaatkan untuk mengajar dan terus mengajar, berdakwah 
keliling untuk membina ummat dalam upaya menanamkan iman dan taqwa.
Bertitik pangkal dari jiwa dan semangat kelahiran Nahdatul Wathan 
yang selalu bermuara pada iman dan taqwa, beliau dengan semangat yang 
tak kunjung padam menghabiskan waktunya berjuang untuk kepentingan 
ummat, sebagaimana ucapan dan ikrar beliau sendiri “Aku wakafkan diriku 
untuk ummat”.
Kendatipun demikian, di tengah-tengah kesibukan itu beliau masih 
menyempatkan diri untuk mencoba mengembangkan bakat dan kemampuannya. 
Bagi beliau, mengarang dan tulis menulis, bukanlah suatu tugas dan 
pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan bakat dan kemampuan dasar
 yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Bakat dan kemampuan dasar inilah
 yang terus tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah
 Ash Shaulatiyah Makkah, sehingga tidak mengherankan kalau beliau 
mendapat pujian dari salah seorang maha gurunya, seorang penyair dan 
pujangga besar Arab, yaitu Maulanasy Syaikh As Sayyid Muhammad Amin Al 
Kutbi yang sudah dikemukakan pada uraian yang terdahulu.
Di antara Karya Tulis dan Karangan beliau adalah :
Dalam  Bahasa Arab
1. Risalatut Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2. Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqih)
3. Nahdlatuz Zainiyah dalam bentuk nadham (Ilmu Faraidl)
4. At Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu Faraidl)
5. Al Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu Faraidl)
6. Mi’rajush Shibyan ila Sama-i Ilmil Bayan (Ilmu Balaghah)
7. An Nafahat ‘alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalahul Hadits)
8. Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9. Hizbu Nahdlatul Wathan (Do’a dan Wirid)
10. Hizbu Nahdlatul Banat (Do’a dan Wirid kaum wanita)
11. Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah
12. Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13. Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14. Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat iftitah)
15. Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan do’a)
16. Shalawat Mab’utsi Rahmatan lil “Alamin (Wirid dan do’a)
17. Dan lain-lainnya.
Dalam  Bahasa Indonesia dan Sasak:
1. Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
2. Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3. Wasiat Renungan Masa I & II (Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga NW)
Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia dan Sasak
1. Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
2. Imamunasy Syafl’i
3. Ya Fata Sasak
4. Ahlan bi wafdizzairin
5. Tanawwar
6. Mars Nahdlatul Wathan
7. Bersatulah Haluan
8. Nahdlatain
9. Pacu gama’
10. Dan lain-lainnya.
PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINANNYA
Keberhasilan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak 
ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seseorang pemimpin dalam 
melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan 
perjuangannya. Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling
 kait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan
 yang digunakan dalam kepemimpinan itu baik, dan kepemimpinan yang arif 
dan bijaksana akan melahirkan keberhasilan perjuangan.
Dalam bagian ini akan dikemukakan tentang perjuangan yang dilakukan 
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam menegakkan 
agama, serta membangun nusa dan bangsa, dan bagaimana pola pendekatan 
dan type kepemimpinan beliau.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain menjadi tokoh pendidikan 
dan tokoh ulama’ juga pejuang agama, nusa dan bangsa dengan semangat dan
 militansi yang tidak pernah pudar. Beliau adalah perintis kemerdekaan 
di NTB dengan gerakan “Al Mujahidinnya” yang bergabung dengan 
gerakan-gerakan rakyat pembela kemerdekaan lainnya.
Pejuang dan Perintis Kemerdekaan dalam perjuangan membebaskan bangsa 
dan rakyat Indonesia dari cengkeraman penjajah Belanda dan Jepang Tuan 
Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadikan Madrasah NWDI 
dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Jiwa perjuangan, 
patriotisme dan semangat pantang menyerah tetap beliau kobarkan di dada 
para murid dan santri serta guru-guru  Madrasah NWDI dan NBDI. Karena 
itu, tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha 
untuk menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.
Pada zaman penjajahan Jepang, Tuan Guru Kiai Muhammad Zainuddin Abdul
 Majid berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua
 madrasah tersebut, dengan alasan bahwa kedua madrasah ini digunakan 
sebagai tempat menyusun taktik dan strategi untuk  menghadapi bangsa 
penjajah tersebut, disamping dianggap sebagai wadah yang berindikasi 
bangsa asing, karena diajarkannya Bahasa Arab dikedua madrasah ini.
Kepada Pemerintah Pascis Jepang beliau mengemukakan beberapa 
penjelasan. Di antaranya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an, 
bahasa Islam dan bahasa Umat Islam, bahasa yang dipakai dalam 
melaksanakan ibadah. Ibadah Ummat Islam menjadi rusak kalau tidak 
menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di 
Madrasah NWDI dan NBDI. Dikedua Madrasah ini juga dididik calon-calon 
“Penghulu dan Imam”, yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur 
peribadatan dan perkawinan ummat Islam.
Setelah mendengar penjelasan beliau, segeralah Pemerintah Jepang yang
 ada di Pulau Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja 
Bali. Tidak lama kemudian terbitlah surat keputusan di Singaraja dalam 
bentuk surat kawat, yang berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI
 dibenarkan untuk tetap dibuka dengan ketentuan supaya nama madrasah ini
 diubah menjadi “Sekolah Penghulu dan Imam”.
Kemudian sesudah beberapa bulan kemerdekaan Indonesia 
diproklamasikan, mendaratlah tentara NICA di Pulau Lombok. NICA adalah 
singkatan dari Netherlands Indies Civil Administrations, yaitu 
Pemerintah Sipil Belanda yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata 
Negara-negara Sekutu di masa Perang Dunia II.
Kebiadaban dan keganasan tentara NICA yang sangat terkenal itu 
menimbulkan kemarahan Bangsa Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia 
bangkit dan melakukan perlawanan di mana-mana. Tuan Guru Kiai Haji 
Muhammad Zainuddin Abdul Majid bersama murid, santri dan guru-guru 
Madrasah NWDI dan NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan
 Al Mujahidin”. Gerakan Al Mujahidin ini selanjutnya bergabung dengan 
gerakan rakyat pembela kemerdekaan Indonesia yang ada di Pulau Lombok 
seperti Gerakan Banteng Hitam, Gerakan Bambu Runcing, BKR, Api dan 
lain-lainnya untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan 
dan keutuhan bangsa Indonesia.
Dalam pada itu, akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan 
pengkhianat-pengkhianat bangsa dan negara yang berjiwa budak dan menjadi
 kaki tangan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI diblacklist sebagai markas 
gelap yang menentang penjajah. Beberapa orang guru NWDI dan NBDI 
ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di antaranya TGH Ahmad 
Rifa’i Abdul Majid (adik kandung TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid) 
dipenjarakan di Ambon Maluku, TGH Muhammad Yusi Muhsin Aminullah 
dipenjarakan di Praya Lombok Tengah dan beberapa orang lainnya dikirim 
ke penjara di Bali. Di samping itu, dalam suatu sidang resmi yang 
diadakan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI diputuskan untuk ditutup.  Namun 
sebelum keputusan itu sempat dilaksanakan, terjadilah peristiwa 8 Juni 
1946, yaitu penyerbuan Tangsi Militer NICA di Selong di bawah pimpinan 
adik kandung Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, yaitu 
TGH Muhammad Faishal Abdul Majid. Dalam peristiwa ini gugurlah TGH 
Muhammad Faishal Abdul Majid dan dua orang santri yaitu Sayyid Muhammad 
Shaleh dan Abdullah sebagai Syuhada’ kesuma bangsa yang menjadi pencipta
  dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong{ Lombok Timur). 
Dengan terjadinya peristiwa 8 Juni 1946 tersebut keputusan NICA untuk 
menutup Madrasah NWDI dai NBDI tidak jadi dilaksanakan. Akan tetapi 
ancaman dan intimidasi dari pihak NICA bersama kaki tangannya semakin 
gencar dan langsung ditujukan kepada pribadi Tuan Guru Kiai Haji 
Muhammad Zainuddin Abdul Majic namun berkat perlindungan dan pertolongan
 Allah SWT, semua perbuatan biadab itu gagal total, sesuai dengan 
penegasan Allah Swt di dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 54:
ومكروا ومكرالله والله خيرالماكرين
Artinya : “Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.
Di dalam menghadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang 
bertubi-tubi itu, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid 
sebagai pejuang tidak pernah gentar dan tidak pernah mundur walaupun 
setapak dari gelanggang perjuangan. Beliau tetap tegak dan tegar dengan 
semangat yang berkobar-kobar.
PENCETUS DAN PELOPOR SISTEM SEKOLAH/MADRASAH DI NTB
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain beliau 
dikenal sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan, juga dikenal sebagai 
inovator (tokoh pembaharu) dalam bidang pendidikan, utamanya di Nusa 
Tenggara Barat.
Sesudah beliau kembali ke Indonesia yaitu setelah menamatkan studinya
 di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah tahun 1934 M/1352 H, mula-mula 
beliau mendirikan Pesantren Al Mujahidin (1934 M) kemudian pada tahun 
1936 beliau mendirikan Madrasah NWDI.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi beliau mendirikan 
Madrasah/sekolah yaitu keadaan umum ummat Islam yang terbelakang dan 
berada dalam kebodohan dan sistem pendidikan halaqah dan pengajian 
tradisional yang sejak lama berkembang di Pulau Lombok khususnya 
dianggapnya kurang efektif dan efesien untuk memajukan masyarakat dalam 
bidang agama dan ilmu pengetahuan.
Keadaan inilah yang mendorong beliau berupaya mendirikan lembaga 
pendidikan formal dalam bentuk madrasah sebagai tempat memperdalam 
pengetahuan agama dan umum serta meningkatkan mutu pendidikan, sehingga 
dapat menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi dan memiliki 
semangat perjuangan yang dilandasi iman dan taqwa. Dasar pertimbangan 
lainnya yang mendasari beliau mendirikan madrasah yaitu pendapat beliau 
bahwa mengembangkan Islam melalui pendidikan adalah fardlu ‘ain dan 
mendidik masyarakat utamanya dalam bidang agama adalah tugas mulia. 
Karena dengan pendidikan lahirlah manusia yang mampu mengembangkan diri 
dan keluarga serta masyarakat bangsanya.
Kendati pun beliau mendapat reaksi dari masyarakat atas perjuangannya
 yang mulia ini, akan tetapi sebagai pejuang, beliau tetap tenang dan 
tegar menghadapi segala macam rintangan dan cobaan. Beliau berprinsip 
bahwa “Seorang pejuang harus rela berkorban, karena perjuangan adalah 
pengorbanan. Seorang pejuang hendaklah dapat menempatkan diri sebagai 
figur yang tidak takut terhadap ancaman dan caci maki orang”.
Karena ketekunan beliau dalam bidang pendidikan dengan bantuan do’a 
dari para mahagurunya serta bantuan tenaga dari santri dan jemaahnya, 
maka madrasah/ sekolah Nahdatul Wathan tumbuh dan berkembang sampai 
dengan Perguruan Tinggi.
KEPEMIMPINANNYA
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dikenal sebagai 
ulama’ besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki beliau luas dan 
mendalam. Demikian pula kharisma beliau sebagai sosok figur ulama’ 
demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh 
karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau
 senantiasa diarahkan untuk kepentingan ummat. Penghargaan dan 
penghormatan yang beliau berikan kepada seseorang yang telah berjasa 
kepadanya, terutama kepada guru-guru beliau, diujudkan dalam bentuk yang
 dapat memberikan manfaat kepada ummat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaan beliau kepada 
mahagurunya yang paling dicintai dan disayangi, Maulanasy Syaikh Hasan 
Muhammad Al Masysyath diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah 
NW di Jenggik Lombok Timur, penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy 
Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi diujudkan dalam bentuk Pondok 
Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan untuk 
mahagurunya Maulanasy Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah rencanakan 
untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di Lombok Barat.
Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan
 oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pimpinan 
yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai 
paedagogis dalam artian bersifat mendidik. Beliau tidak mau bahkan tidak
 pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak
 sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa 
menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian
 pula halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan 
dengan kondisi dan jangkauan alam flkiran murid dan santrinya.
Pembawaan dan sikap hidup beliau yang selalu menunjukkan 
kesederhanaan inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para 
warganya dan muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan kharisma 
yang beliau miliki. Keluhan dan rintihan yang disampaikan para muidnya 
ditampung, didengar dan dicarikan jalan penyelesaian dengan penuh 
kearifan dan kebijaksanaan, dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan gerak juang Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau
 sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan 
militansi tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun dari segi 
bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan 
keinginannya, agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan 
sepuluh bahkan seratus kali lebih tinggi dari pada ilmu pengetahuan yang
 dimiliki beliau. Demikian motivasi yang selalu beliau kumandangkan, 
agar para murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam 
memperdalam ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dalam menghadapi dan menerima para santri dan muridnya, beliau tidak 
pernah membeda-bedakan yang satu dengan lainnya. Semua murid dan 
santrinya diberikan cinta dan kasih sayang yang sama besarnya seperti 
cinta kasih sayang seorang bapak kepada anak-anaknya. Yang membedakan derajat murid dan santri dihadapan beliau adalah 
kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada perjuangan Nahdlatul Wathan, 
seperti wasiat beliau yang selalu dijadikan pedoman dan tolak ukur oleh 
para murid dan santrinya, yaitu :
ان اكرمكم عندى انفعكم لنهضة الوطن وان شركم عندى اضركم بنهضةالوطن
Artinya:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisiku ialah yang 
paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, dan yang 
paling jahat ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul 
Wathan”.
Kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dengan 
murid, inilah yang sulit memisahkan beliau dengan para murid-muridnya, 
dan barangkali belum ada figur pimpinan selain beliau yang selalu 
menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan 
murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid, 
akan tetapi kebanyakn murid yang membuang guru.
Adanya penekanan dan jalinan pola hubungan guru dengan murid dalam 
kepemimpinan beliau, menyebabkan tidak terdapatnya kesenjangan antara 
beliau sebagai guru dan juga sebagai pemimpin dengan warga dan 
murid-muridnya dan antara murid dengan murid, yang selalu diikat oleh 
khittah perjuangan Nahdlatul Wathan.
Demikian pula dalam setiap gerak dan langkah, beliau selalu 
memberikan contoh dan suri tauladan yang baik dan selalu memberikan 
keyakinan akan kebenaran perjuangan Nahdlatul Wathan dengan memberikan 
contoh yang jelas dan praktis untuk diikuti dan dilaksanakan oleh 
seluruh murid dan santrinya. Sikap kasih sayang terhadap para murid dan 
santri utamanya yang memiliki dan menunjukkan nilai positif untuk 
perjuangan Nahdlatul Wathan tetap terlihat dalam sikap dan prilaku 
beliau dan tetap terdengar dari ucapan-ucapan beliau. Semua murid dan 
santri mendapat cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang sama, selama
 mereka tidak merusak hubungan baiknya dengan beliau sebagai guru dan 
juga kepada perjuangan Nahdlatul Wathan.
Pola pendekatan dan bentuk kepemimpinan yang dimiliki beliau 
menyebabkan kharisma yang beliau miliki dan kecintaan murid terhadap 
beliau tidak pernah pudar. Beliau tetap mendo’akan para murid dan 
santrinya agar agar menjadi murid yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, 
berbuat baik kepada ibu bapak dan guru. Beliau tetap memesankan dan 
menekankan hubungan baik dengan guru.
Beliau senantiasa menanamkan keyakinan dan kesetiaan murid kepada 
gurunya. Karena keberkatan ilmu sangat bergantung pada kesetiaan dan 
hubungan baik murid dengan gurunya, dan kerugiaan yang sangat besar bagi
 seorang murid apabila merusak hubungan baik dengan gurunya.
Beliau mendidik para murid dan santrinya agar selalu mencintai orang 
yang baik-baik utamanya para ulama’ dan aulia’ seperti Al ‘Alimul 
‘Allamah Al Magfurulah Al’Arifubillah Asy Syaikh Hasan Muhammad Al 
Masyayath.
Demikian juga beliau mengajarkan kepada para murid dan santrinya 
untuk selalu berbaik sangka kepada semua orang dan berbuat baik terhadap
 orang yang pernah berbuat baik kepada Nahdiatui Wathan. Ajaran beliau, 
apabila seseorang berbuat baik satu kali, maka harus dibalas sepuluh 
kali, bahkan seratus kali kebaikan. Jasa baik seseorang tetap dibalas 
dengan kebaikan. Kebaikan seseorang selalu diingat dan dikenang. Akan 
tetapi kebaikan diri kepada seseorang hendaknya dilupakan. Dan apabila 
ada orang berbuat jahat kepada kita, hendaklah dibalas dengan sabar, 
kalau tidak tahan, balaslah dengan seimbang, tidak boleh lebih.
Sebagai pemimpin  ummat,  beliau mempunyai pendirian dan sikap tegas,
 sportif dan konsekuen terhadap apa yang beliau putuskan. Dalam 
menetapkan suatu masalah utamanya yang bersifat prinsipil beliau selalu 
mengkajinya secara mendalam, tidak hanya melalui pertimbangan akan 
pikiran pribadi, akan tetapi dengan musyawarah, dan setelah 
dipertimbangkan dengan matang berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqlinya 
manthuq dan mafhumnya untung ruginya, mashlahat dan mafsadatnya, barulah
 beliau menempuh jalan yang terakhir yaitu melalui shalat Istikharah 
sampai memperoleh suatu keputusan yang meyakinkan. Keputusan tersebut 
beliau laksanakan dan terapkan dengan penuh keyakinan dan sportifitas 
tinggi serta diupayakan untuk menjadi suatu garis atau ketetapan yang 
secara murni dan konsekuen dilaksanakan oleh seluruh murid dan santri 
beliau.
Dalam melaksanakan missi dan tugas organisasi, beliau senantiasa 
memberikan bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan kepada semua kader 
dan selalu membesarkan jiwa dan semangat pengabdian kepada para murid 
dan santrinya dengan jiwa iman dan taqwa, ikhlas dan istiqamah, jujur 
dan memiliki sifat syaja’ah (keberanian) serta memiliki jiwa rela 
berkorban untuk kepentingan ummat. Sedangkan yang paling tidak 
dibenarkan dan tidak berkenan di hati beliau adalah sikap pessimistis, 
apatis, pengecut, cari muka dan ingkar janji.
Demikian pula sebagai panutan ummat beliau selalu menunjukkan sikap 
yang konsekuen terhadap masalah- masalah yang telah difatwakannya dan 
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Beliau juga selalu mem- 
berikan harapan-harapan segar yang meyakinkan serta menyejukkan hati 
kepada para murid dan santrinya untuk menambah semangat juang dan 
pengabdiannya kepada agama, nusa dan bangsa melalui jalur organisasi 
Nahdlatul Wathan.
Titik tekan dari perjuangan dan kepemimpinan beliau selalu bertujuan 
untuk kepentingan ummat dalam upaya mendapatkan kebahagiaan dan 
keselamatan duniawi dan ukhrawi. Beliau sebagai pejuang dan peimimpin 
yang tangguh, dari semua ucapan, pengarahan dan prilaku beliau selalu 
terdengar dan terlihat sikap untuk maju dan terus maju. Misalnya dari 
gubahan lagu/nasyid yang beliau ciptakan selalu memancarkan jiwa jihad 
yang tinggi dan bermakna, baik dalam upaya memerangi kebodohan, 
keterbelakangan maupun dalam memerangi dan membasmi  segala macam 
khurafat yang berbahaya bagi ummat Islam. Dalam lagu/nasyid tersebut 
tercermin sifat dan sikap mental yang beliau miliki dan perlu diwariskan
 kepada para murid dan santri beliau sebagai generasi dan kader penerus 
perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang yaitu tekun dalam berjuang, 
ikhlas dalam beramal dan berkarya serta selalu dilandasi dengan jiwa 
iman dan taqwa yang merupakan muara dan pokok pangkal perjuangan 
Nahdlatul Wathan. Beliau selalu menekankan bahwa dalam perjuangan itu 
hendaknya dilandasi dengan “Tiga I”, yaitu Iman, Islam dan Ihsan; 
danjangan berjuang karena mengharapkan “tiga si”, yaitu kaki kursi, nasi
 basi dan sambal terasi.
Kegairahan dalam berjuang dan menuntut ketinggian ilmu pengetahuan 
dan ketinggian martabat hidup, baik sebagai warga Nahdiatui Wathan 
maupun sebagai ummat Islam untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi tetap 
terdengar dari fatwa-fatwa yang beliau sampaikan dan tetap terlukis 
dalam karangan beliau, baik yang berbahasa Arap maupun yang berbahasa 
Indonesia dan berbahasa Sasak.
JABATAN YANG TELAH DIEMBAN DAN JASA-JASANYA.
Sejak beliau kembali dari Makkah Al Mukarramah yaitu setelah 
menamatkan studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah, cukup banyak jabatan 
yang telah beliau emban, baik yang formal maupun non formal dalam 
Republik ini.
Demikian juga pengabdian dan jasa-jasanya dalam upaya ikut serta 
mengambil bagian dalam pembangunan agama, nusa dan bangsa agaknya dapat 
disejajarkan dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya yang telah banyat 
berkiprah dalam negara Pancasila terdnta ini.
Mengemukakan tentang jabatan yang telah diemban dan jasa-jasa yang 
telah beliau darma baktikan di bumi pertiwi ini, sesungguhnya bukanlah 
bertujuan untuk menonjolkan pribadi beliau dan bukan pula untuk mencari 
popularitas yang justeru kurang berkenan dan sesuai dengan falsafah 
hidup beliau. Karena popularitas tidak diharapkan dalam perjuangan. Akan
 tetapi tujuan kami mengetengahkan dan menampilkannya hanyalah untuk 
dapat menjadi gambaran bagi kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan, 
sekaligus dijadikan sebagai motivasi dan dorongan bagi para murid dan 
santri beliau dalam upaya meningkatkan semangat juangnya dalam ikut 
serta berkiprah dan berkhidmat kepada agama, nusa dan bangsa.
Dalam pada itu, jasa-jasa beliau yang telah diabadikan kepada 
Republik ini, akan selalu diingat, dikenang dan dicatat dengan tinta 
emas dalam sejarah perjuangan Nahdlatul Wathan oleh para pewaris dan 
penerus perjuangan beliau. Orang-orang bijak mengatakan “Bangsa yang 
besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan pejuangnya”.
Pengalaman kerja dan jabatan yang pernah beliau emban dan merupakan 
jasa beliau dalam negara tercinta ini adalah sebagai berikut :
1. Pada tahun 1934 mendirikan Pondok Pesantren Al Mujahidin
2. Pada tahun 1936 mendirikan Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah)
3. Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI(Nahdlatul  Banat Diniyah Islamiyah)
4. Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok.
5. Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur.
6. Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Hajji ke Makkah dari NIT (Negara Indonesia Timur)
7. Pada tahun 1948/1949 anggota delegasi NIT ke Saudi Arabia
8. Pada tahun 1950 Konsulat NU (Nahdlatul  Ulama’) Sunda Kecil
9. Pada tahun 1952 Ketua Badan Penasihat Masyumi Daerah Lombok
10. Pada tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan.
11. Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
12. Pada tahun 1953 merestui terbentuknya NU dan PSII di Lombok
13. Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
14. Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil PEMILU I (1955)
15. Pada tahun 1964 mendirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan
16. Pada tahun 1965 mendirikan Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al Majidiyah Asy Syafi’iyah Nahdlatul Wathan
17. Pada tahun 1971 – 1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III dari Fraksi Gologan Karya
18. Pada tahun 1971-1982 Anggota Penasihat Majlis Ulama Indonesia
19. Pada tahun 1974 mendirikan Ma’had lil Banat
20. Pada tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
21. Pada tahun 1977 mendirikan Universitas HAMZANWADI
22. Pada tahun 1977 Rektor Universitas HAMZANWADI
23. Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas HAMZANWADI
24. Pada tahun 1978 mendirikan STKIP HAMZANWADI
25. Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) HAMZANWADI
26. Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan HAMZANWADI
27. Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
28. Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu hukum HAMZANWADI
RINTISAN-RINTISAN (AWWALIYAT)NYA
Sebagai seorang ulama’ dan pemimpin ummat, Tuan Guru Kiai Haji 
Muhammad Zainuddin Abdul Majid sangat produktif dan selalu mempunyai 
kreasi baru. Baru dalam arti sesungguhnya dan baru dalam arti untuk 
daerah Nusa Tenggara Barat pada masanya. Ide dan kreasi baru beliau 
tidak kurang dari pada 25 buah, diantaranya :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Agama Islam di daerah NTB dengan sistem madrasi.
2. Membuka lembaga pendidinan khusus bagi kaum wanita.
3. Mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adhha dengan mendatangi, bukan didatangi.
4. Menyelenggarakan pengajian umum secara bebas (tanpa batasan umur) dengan tanpa memakai kitab.
5. Mengadakan gerakan do’a dengan berhizib.
6. Mengadakan Syafa’atui Kubro.
7. Mengadakan thariqat yaitu thariqat hizib Nahdlatul Wathan.
8. Membuka sekolah umum disamping madrasah di NTB.
9. Menyusun nadham berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia seperti Batu Ngompal.
10. Dan lain-lain.
