Friday, July 29, 2016

Biografi : TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid
KELAHIRAN, KELUARGA DAN SILSILAH KETURUNANNYA

Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama kecil beliau Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah beliau sendiri, yaitu Haji Abdul Majid. Nama itu diambil dari nama seorang ulama’ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlaq dan kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak. Beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan Hajjah Halimatus Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah. Ayahandanya yang terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan terkenal pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah; sedangkan ibundanya terkenal sangat shaleh.

Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan kalau ayah-bundanya memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecintaan serta kasih sayang demikian besar kepada beliau. Ketika beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke tanah suci. Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali belajar di Masjidil Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatussa’diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta itu berpulang ke Rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu’alla Makkah.

Tentang silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh, karena dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari garis yang terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di dalam perkawinannya sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau sendiri sangat menginginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah wal Jama’ah melalui organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugrahi dua orang anak dan keduanya putri, yaitu :
1. Hajjah Siti Rauhun dari Ummi Jauhariyah
2. Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatulloh.
Karena hanya mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun wa Raihanun”.

PENDIDIKANNYA

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid, TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lombok Timur. Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam disiplin pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.

Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram. Ayahandanya sangat selektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

Di Masjidil Haram beliau belajar sangat tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman itu. Kemudian pada tahun 1928 beliau melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah, pendiri madrasah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan telah banyak menghasilkan ulama’-ulama’ besar. Di Madrasah Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.

Syaikh Zakaria Abdullah Bila, seorang ulama’ besar kota suci Makkah, teman sekelas beliau mengatakan : “Saya teman seangkatan Syaikh Zainuddin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun. Saya sangat kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, akhlaqnya mulia. Dia sangat tekun belajar, sampai-sampai jam keluar main pun diisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdiskusi dengan kawan-kawannya”.
Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai tingkat kecerdasan (IQ) yang sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang terpandang, kasih sayang serta keikhlasan kedua orang tua dan doa restu dari para gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan, sehingga berhasil dengan gemilang menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Syaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat sangat memuaskan Kenyataan ini tertera dalam Ijazah beliau yang khusus ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangat memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya yang mengagumkan itu.

Keberhasilan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau mendapat banyak pujian baik dari mahagurunya sendiri maupun dari kawan-kawan yang seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama’ terkemuka lainnya.Pujian itu, antara lain disampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al “allamah Al Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan syair berbahasa Arab yang maksudnya : 

Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi
dan kecerdasannya yang tiada tertandingi
Jasanya semerbak di mana-mana
menunjukkan satu-satunya permata
yang tersimpan pada moyangnya
Buah tangannya indah lagi menawan
penaka bunga-bungaan
yang tumbuh teratur di lereng pegunungan

Demikian pula pujian yang disampaikan oleh maha gurunya yang lain, yaitu Al ‘Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan ucapannya : “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin”.

Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila. Beliau mengatakan :
“Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin adalah manusia ajaib dikelasku karena kegeniusannya yang sangat tinggi. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia diukirnya, telah berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang dihasilkannya. Saya tahu, dia adalah mukhlis (orang ikhlas) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman segenerasinya. Kelebihan yang dia miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah, utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.

Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh mahagurunya yang paling dicintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam perjuangannya, yaitu Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath, dengan ucapan beliau : “Saya tidak akan berdoa ke hadlirat Allah S.W.T. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di depanku dan bersamaku”. Beliau juga mengatakan bahwa beliau mencintai setiap orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada beliau.

Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Al Mukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan membenci siapa saja yang benci kepada beliau.

Fadlilatul “Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad “Alawi “Abbas Al Maliki Al Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak ada seorang pun ahli ilmu di tanah suci Makkah AlMukarramah baik thullab maupun ulama’ yang tidak kenal akan kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam sedunia.Demikianlah pujian yang telah diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan seperguruan beliau maupun mahaguru dan ulama-ulama lainnya Walillahil hamdu.

KARYA-KARYANYA

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain tergolong tokoh ulama’ dengan bobot keilmuan yang dalam, beliau juga penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini, tumbuh dan berkembang dari sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah. Akan tetapi karena padat dan banyaknya acara kegiatan keagamaan dalam masyarakat yang harus diisi beliau, maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan dan karangannya tampaknya tidak pernah ada.

Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan, beliau mengungkapkan keadaan seperti ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada kawan seperjuangannya di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah yang juga telah tergolong ulama’ besar dan pengarang terkenal seperti Maulanasy Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Maulanasy Syaikh Yasin Padang dan lain-lain. Mereka sekarang ini memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis menulis dan karang-mengarang.

Akan tetapi TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pemah berkecil hati, walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam bidang tersebut. Beliau menyadari akan hal ini, karena situasi dan kondisi kehidupan ummat dan masyarakat yang dihadapi sangat jauh berbeda, yaitu masyarakat Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di pihak lain. Beliau pernah mengatakan “Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak, seperti yang telah dimiliki Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Syaikh Yasin Padang, Syaikh Ismail dan ulama’-ulama’ lain tamatan Madrasah Asy Shaulatiyah Makkah”.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid sekarang ini, tampaknya memang tidak cukup waktu dan kesempatan untuk mengarang dan menulis, karena sebagian besar dan bahkan seluruh waktu dan kehidupan beliau hanya dipakai dan dimanfaatkan untuk mengajar dan terus mengajar, berdakwah keliling untuk membina ummat dalam upaya menanamkan iman dan taqwa.
Bertitik pangkal dari jiwa dan semangat kelahiran Nahdatul Wathan yang selalu bermuara pada iman dan taqwa, beliau dengan semangat yang tak kunjung padam menghabiskan waktunya berjuang untuk kepentingan ummat, sebagaimana ucapan dan ikrar beliau sendiri “Aku wakafkan diriku untuk ummat”.

Kendatipun demikian, di tengah-tengah kesibukan itu beliau masih menyempatkan diri untuk mencoba mengembangkan bakat dan kemampuannya. Bagi beliau, mengarang dan tulis menulis, bukanlah suatu tugas dan pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan bakat dan kemampuan dasar yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Bakat dan kemampuan dasar inilah yang terus tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah, sehingga tidak mengherankan kalau beliau mendapat pujian dari salah seorang maha gurunya, seorang penyair dan pujangga besar Arab, yaitu Maulanasy Syaikh As Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi yang sudah dikemukakan pada uraian yang terdahulu.
Di antara Karya Tulis dan Karangan beliau adalah :

Dalam Bahasa Arab
1. Risalatut Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2. Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqih)
3. Nahdlatuz Zainiyah dalam bentuk nadham (Ilmu Faraidl)
4. At Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu Faraidl)
5. Al Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu Faraidl)
6. Mi’rajush Shibyan ila Sama-i Ilmil Bayan (Ilmu Balaghah)
7. An Nafahat ‘alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalahul Hadits)
8. Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9. Hizbu Nahdlatul Wathan (Do’a dan Wirid)
10. Hizbu Nahdlatul Banat (Do’a dan Wirid kaum wanita)
11. Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah
12. Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13. Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14. Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat iftitah)
15. Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan do’a)
16. Shalawat Mab’utsi Rahmatan lil “Alamin (Wirid dan do’a)
17. Dan lain-lainnya.

Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak:
1. Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
2. Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3. Wasiat Renungan Masa I & II (Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga NW)

Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia dan Sasak
1. Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
2. Imamunasy Syafl’i
3. Ya Fata Sasak
4. Ahlan bi wafdizzairin
5. Tanawwar
6. Mars Nahdlatul Wathan
7. Bersatulah Haluan
8. Nahdlatain
9. Pacu gama’
10. Dan lain-lainnya.

PERJUANGAN DAN KEPEMIMPINANNYA

Keberhasilan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seseorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya. Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling kait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang digunakan dalam kepemimpinan itu baik, dan kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan melahirkan keberhasilan perjuangan.

Dalam bagian ini akan dikemukakan tentang perjuangan yang dilakukan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam menegakkan agama, serta membangun nusa dan bangsa, dan bagaimana pola pendekatan dan type kepemimpinan beliau.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain menjadi tokoh pendidikan dan tokoh ulama’ juga pejuang agama, nusa dan bangsa dengan semangat dan militansi yang tidak pernah pudar. Beliau adalah perintis kemerdekaan di NTB dengan gerakan “Al Mujahidinnya” yang bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat pembela kemerdekaan lainnya.

Pejuang dan Perintis Kemerdekaan dalam perjuangan membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari cengkeraman penjajah Belanda dan Jepang Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Jiwa perjuangan, patriotisme dan semangat pantang menyerah tetap beliau kobarkan di dada para murid dan santri serta guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI. Karena itu, tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha untuk menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.

Pada zaman penjajahan Jepang, Tuan Guru Kiai Muhammad Zainuddin Abdul Majid berkali-kali dipanggil untuk segera menutup dan membubarkan kedua madrasah tersebut, dengan alasan bahwa kedua madrasah ini digunakan sebagai tempat menyusun taktik dan strategi untuk menghadapi bangsa penjajah tersebut, disamping dianggap sebagai wadah yang berindikasi bangsa asing, karena diajarkannya Bahasa Arab dikedua madrasah ini.

Kepada Pemerintah Pascis Jepang beliau mengemukakan beberapa penjelasan. Di antaranya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an, bahasa Islam dan bahasa Umat Islam, bahasa yang dipakai dalam melaksanakan ibadah. Ibadah Ummat Islam menjadi rusak kalau tidak menggunakan Bahasa Arab. Itulah sebabnya Bahasa Arab diajarkan di Madrasah NWDI dan NBDI. Dikedua Madrasah ini juga dididik calon-calon “Penghulu dan Imam”, yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur peribadatan dan perkawinan ummat Islam.

Setelah mendengar penjelasan beliau, segeralah Pemerintah Jepang yang ada di Pulau Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya di Singaraja Bali. Tidak lama kemudian terbitlah surat keputusan di Singaraja dalam bentuk surat kawat, yang berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI dibenarkan untuk tetap dibuka dengan ketentuan supaya nama madrasah ini diubah menjadi “Sekolah Penghulu dan Imam”.
Kemudian sesudah beberapa bulan kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, mendaratlah tentara NICA di Pulau Lombok. NICA adalah singkatan dari Netherlands Indies Civil Administrations, yaitu Pemerintah Sipil Belanda yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Negara-negara Sekutu di masa Perang Dunia II.

Kebiadaban dan keganasan tentara NICA yang sangat terkenal itu menimbulkan kemarahan Bangsa Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia bangkit dan melakukan perlawanan di mana-mana. Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid bersama murid, santri dan guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama “Gerakan Al Mujahidin”. Gerakan Al Mujahidin ini selanjutnya bergabung dengan gerakan rakyat pembela kemerdekaan Indonesia yang ada di Pulau Lombok seperti Gerakan Banteng Hitam, Gerakan Bambu Runcing, BKR, Api dan lain-lainnya untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Dalam pada itu, akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan pengkhianat-pengkhianat bangsa dan negara yang berjiwa budak dan menjadi kaki tangan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI diblacklist sebagai markas gelap yang menentang penjajah. Beberapa orang guru NWDI dan NBDI ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Di antaranya TGH Ahmad Rifa’i Abdul Majid (adik kandung TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid) dipenjarakan di Ambon Maluku, TGH Muhammad Yusi Muhsin Aminullah dipenjarakan di Praya Lombok Tengah dan beberapa orang lainnya dikirim ke penjara di Bali. Di samping itu, dalam suatu sidang resmi yang diadakan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI diputuskan untuk ditutup. Namun sebelum keputusan itu sempat dilaksanakan, terjadilah peristiwa 8 Juni 1946, yaitu penyerbuan Tangsi Militer NICA di Selong di bawah pimpinan adik kandung Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, yaitu TGH Muhammad Faishal Abdul Majid. Dalam peristiwa ini gugurlah TGH Muhammad Faishal Abdul Majid dan dua orang santri yaitu Sayyid Muhammad Shaleh dan Abdullah sebagai Syuhada’ kesuma bangsa yang menjadi pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong{ Lombok Timur). Dengan terjadinya peristiwa 8 Juni 1946 tersebut keputusan NICA untuk menutup Madrasah NWDI dai NBDI tidak jadi dilaksanakan. Akan tetapi ancaman dan intimidasi dari pihak NICA bersama kaki tangannya semakin gencar dan langsung ditujukan kepada pribadi Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majic namun berkat perlindungan dan pertolongan Allah SWT, semua perbuatan biadab itu gagal total, sesuai dengan penegasan Allah Swt di dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 54:

ومكروا ومكرالله والله خيرالماكرين

Artinya : “Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.

Di dalam menghadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang bertubi-tubi itu, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid sebagai pejuang tidak pernah gentar dan tidak pernah mundur walaupun setapak dari gelanggang perjuangan. Beliau tetap tegak dan tegar dengan semangat yang berkobar-kobar.

PENCETUS DAN PELOPOR SISTEM SEKOLAH/MADRASAH DI NTB

Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain beliau dikenal sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan, juga dikenal sebagai inovator (tokoh pembaharu) dalam bidang pendidikan, utamanya di Nusa Tenggara Barat.

Sesudah beliau kembali ke Indonesia yaitu setelah menamatkan studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah tahun 1934 M/1352 H, mula-mula beliau mendirikan Pesantren Al Mujahidin (1934 M) kemudian pada tahun 1936 beliau mendirikan Madrasah NWDI.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi beliau mendirikan Madrasah/sekolah yaitu keadaan umum ummat Islam yang terbelakang dan berada dalam kebodohan dan sistem pendidikan halaqah dan pengajian tradisional yang sejak lama berkembang di Pulau Lombok khususnya dianggapnya kurang efektif dan efesien untuk memajukan masyarakat dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan.

Keadaan inilah yang mendorong beliau berupaya mendirikan lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah sebagai tempat memperdalam pengetahuan agama dan umum serta meningkatkan mutu pendidikan, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi dan memiliki semangat perjuangan yang dilandasi iman dan taqwa. Dasar pertimbangan lainnya yang mendasari beliau mendirikan madrasah yaitu pendapat beliau bahwa mengembangkan Islam melalui pendidikan adalah fardlu ‘ain dan mendidik masyarakat utamanya dalam bidang agama adalah tugas mulia. Karena dengan pendidikan lahirlah manusia yang mampu mengembangkan diri dan keluarga serta masyarakat bangsanya.

Kendati pun beliau mendapat reaksi dari masyarakat atas perjuangannya yang mulia ini, akan tetapi sebagai pejuang, beliau tetap tenang dan tegar menghadapi segala macam rintangan dan cobaan. Beliau berprinsip bahwa “Seorang pejuang harus rela berkorban, karena perjuangan adalah pengorbanan. Seorang pejuang hendaklah dapat menempatkan diri sebagai figur yang tidak takut terhadap ancaman dan caci maki orang”.
Karena ketekunan beliau dalam bidang pendidikan dengan bantuan do’a dari para mahagurunya serta bantuan tenaga dari santri dan jemaahnya, maka madrasah/ sekolah Nahdatul Wathan tumbuh dan berkembang sampai dengan Perguruan Tinggi.

KEPEMIMPINANNYA

Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dikenal sebagai ulama’ besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki beliau luas dan mendalam. Demikian pula kharisma beliau sebagai sosok figur ulama’ demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan ummat. Penghargaan dan penghormatan yang beliau berikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya, terutama kepada guru-guru beliau, diujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada ummat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaan beliau kepada mahagurunya yang paling dicintai dan disayangi, Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur, penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah rencanakan untuk mendirikan sebuah pondok pesantren di Lombok Barat.

Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pimpinan yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.
Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogis dalam artian bersifat mendidik. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian pula halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam flkiran murid dan santrinya.

Pembawaan dan sikap hidup beliau yang selalu menunjukkan kesederhanaan inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan kharisma yang beliau miliki. Keluhan dan rintihan yang disampaikan para muidnya ditampung, didengar dan dicarikan jalan penyelesaian dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Untuk melanjutkan gerak juang Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun dari segi bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya, agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lebih tinggi dari pada ilmu pengetahuan yang dimiliki beliau. Demikian motivasi yang selalu beliau kumandangkan, agar para murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam memperdalam ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam menghadapi dan menerima para santri dan muridnya, beliau tidak pernah membeda-bedakan yang satu dengan lainnya. Semua murid dan santrinya diberikan cinta dan kasih sayang yang sama besarnya seperti cinta kasih sayang seorang bapak kepada anak-anaknya. Yang membedakan derajat murid dan santri dihadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada perjuangan Nahdlatul Wathan, seperti wasiat beliau yang selalu dijadikan pedoman dan tolak ukur oleh para murid dan santrinya, yaitu :

ان اكرمكم عندى انفعكم لنهضة الوطن وان شركم عندى اضركم بنهضةالوطن

Artinya:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, dan yang paling jahat ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan”.

Kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dengan murid, inilah yang sulit memisahkan beliau dengan para murid-muridnya, dan barangkali belum ada figur pimpinan selain beliau yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid, akan tetapi kebanyakn murid yang membuang guru.

Adanya penekanan dan jalinan pola hubungan guru dengan murid dalam kepemimpinan beliau, menyebabkan tidak terdapatnya kesenjangan antara beliau sebagai guru dan juga sebagai pemimpin dengan warga dan murid-muridnya dan antara murid dengan murid, yang selalu diikat oleh khittah perjuangan Nahdlatul Wathan.

Demikian pula dalam setiap gerak dan langkah, beliau selalu memberikan contoh dan suri tauladan yang baik dan selalu memberikan keyakinan akan kebenaran perjuangan Nahdlatul Wathan dengan memberikan contoh yang jelas dan praktis untuk diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh murid dan santrinya. Sikap kasih sayang terhadap para murid dan santri utamanya yang memiliki dan menunjukkan nilai positif untuk perjuangan Nahdlatul Wathan tetap terlihat dalam sikap dan prilaku beliau dan tetap terdengar dari ucapan-ucapan beliau. Semua murid dan santri mendapat cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang sama, selama mereka tidak merusak hubungan baiknya dengan beliau sebagai guru dan juga kepada perjuangan Nahdlatul Wathan.

Pola pendekatan dan bentuk kepemimpinan yang dimiliki beliau menyebabkan kharisma yang beliau miliki dan kecintaan murid terhadap beliau tidak pernah pudar. Beliau tetap mendo’akan para murid dan santrinya agar agar menjadi murid yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berbuat baik kepada ibu bapak dan guru. Beliau tetap memesankan dan menekankan hubungan baik dengan guru.

Beliau senantiasa menanamkan keyakinan dan kesetiaan murid kepada gurunya. Karena keberkatan ilmu sangat bergantung pada kesetiaan dan hubungan baik murid dengan gurunya, dan kerugiaan yang sangat besar bagi seorang murid apabila merusak hubungan baik dengan gurunya.

Beliau mendidik para murid dan santrinya agar selalu mencintai orang yang baik-baik utamanya para ulama’ dan aulia’ seperti Al ‘Alimul ‘Allamah Al Magfurulah Al’Arifubillah Asy Syaikh Hasan Muhammad Al Masyayath.

Demikian juga beliau mengajarkan kepada para murid dan santrinya untuk selalu berbaik sangka kepada semua orang dan berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat baik kepada Nahdiatui Wathan. Ajaran beliau, apabila seseorang berbuat baik satu kali, maka harus dibalas sepuluh kali, bahkan seratus kali kebaikan. Jasa baik seseorang tetap dibalas dengan kebaikan. Kebaikan seseorang selalu diingat dan dikenang. Akan tetapi kebaikan diri kepada seseorang hendaknya dilupakan. Dan apabila ada orang berbuat jahat kepada kita, hendaklah dibalas dengan sabar, kalau tidak tahan, balaslah dengan seimbang, tidak boleh lebih.

Sebagai pemimpin ummat, beliau mempunyai pendirian dan sikap tegas, sportif dan konsekuen terhadap apa yang beliau putuskan. Dalam menetapkan suatu masalah utamanya yang bersifat prinsipil beliau selalu mengkajinya secara mendalam, tidak hanya melalui pertimbangan akan pikiran pribadi, akan tetapi dengan musyawarah, dan setelah dipertimbangkan dengan matang berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqlinya manthuq dan mafhumnya untung ruginya, mashlahat dan mafsadatnya, barulah beliau menempuh jalan yang terakhir yaitu melalui shalat Istikharah sampai memperoleh suatu keputusan yang meyakinkan. Keputusan tersebut beliau laksanakan dan terapkan dengan penuh keyakinan dan sportifitas tinggi serta diupayakan untuk menjadi suatu garis atau ketetapan yang secara murni dan konsekuen dilaksanakan oleh seluruh murid dan santri beliau.

Dalam melaksanakan missi dan tugas organisasi, beliau senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan kepada semua kader dan selalu membesarkan jiwa dan semangat pengabdian kepada para murid dan santrinya dengan jiwa iman dan taqwa, ikhlas dan istiqamah, jujur dan memiliki sifat syaja’ah (keberanian) serta memiliki jiwa rela berkorban untuk kepentingan ummat. Sedangkan yang paling tidak dibenarkan dan tidak berkenan di hati beliau adalah sikap pessimistis, apatis, pengecut, cari muka dan ingkar janji.

Demikian pula sebagai panutan ummat beliau selalu menunjukkan sikap yang konsekuen terhadap masalah- masalah yang telah difatwakannya dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Beliau juga selalu mem- berikan harapan-harapan segar yang meyakinkan serta menyejukkan hati kepada para murid dan santrinya untuk menambah semangat juang dan pengabdiannya kepada agama, nusa dan bangsa melalui jalur organisasi Nahdlatul Wathan.

Titik tekan dari perjuangan dan kepemimpinan beliau selalu bertujuan untuk kepentingan ummat dalam upaya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan duniawi dan ukhrawi. Beliau sebagai pejuang dan peimimpin yang tangguh, dari semua ucapan, pengarahan dan prilaku beliau selalu terdengar dan terlihat sikap untuk maju dan terus maju. Misalnya dari gubahan lagu/nasyid yang beliau ciptakan selalu memancarkan jiwa jihad yang tinggi dan bermakna, baik dalam upaya memerangi kebodohan, keterbelakangan maupun dalam memerangi dan membasmi segala macam khurafat yang berbahaya bagi ummat Islam. Dalam lagu/nasyid tersebut tercermin sifat dan sikap mental yang beliau miliki dan perlu diwariskan kepada para murid dan santri beliau sebagai generasi dan kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang yaitu tekun dalam berjuang, ikhlas dalam beramal dan berkarya serta selalu dilandasi dengan jiwa iman dan taqwa yang merupakan muara dan pokok pangkal perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau selalu menekankan bahwa dalam perjuangan itu hendaknya dilandasi dengan “Tiga I”, yaitu Iman, Islam dan Ihsan; danjangan berjuang karena mengharapkan “tiga si”, yaitu kaki kursi, nasi basi dan sambal terasi.

Kegairahan dalam berjuang dan menuntut ketinggian ilmu pengetahuan dan ketinggian martabat hidup, baik sebagai warga Nahdiatui Wathan maupun sebagai ummat Islam untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi tetap terdengar dari fatwa-fatwa yang beliau sampaikan dan tetap terlukis dalam karangan beliau, baik yang berbahasa Arap maupun yang berbahasa Indonesia dan berbahasa Sasak.

JABATAN YANG TELAH DIEMBAN DAN JASA-JASANYA.

Sejak beliau kembali dari Makkah Al Mukarramah yaitu setelah menamatkan studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah, cukup banyak jabatan yang telah beliau emban, baik yang formal maupun non formal dalam Republik ini.

Demikian juga pengabdian dan jasa-jasanya dalam upaya ikut serta mengambil bagian dalam pembangunan agama, nusa dan bangsa agaknya dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya yang telah banyat berkiprah dalam negara Pancasila terdnta ini.
Mengemukakan tentang jabatan yang telah diemban dan jasa-jasa yang telah beliau darma baktikan di bumi pertiwi ini, sesungguhnya bukanlah bertujuan untuk menonjolkan pribadi beliau dan bukan pula untuk mencari popularitas yang justeru kurang berkenan dan sesuai dengan falsafah hidup beliau. Karena popularitas tidak diharapkan dalam perjuangan. Akan tetapi tujuan kami mengetengahkan dan menampilkannya hanyalah untuk dapat menjadi gambaran bagi kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan, sekaligus dijadikan sebagai motivasi dan dorongan bagi para murid dan santri beliau dalam upaya meningkatkan semangat juangnya dalam ikut serta berkiprah dan berkhidmat kepada agama, nusa dan bangsa.

Dalam pada itu, jasa-jasa beliau yang telah diabadikan kepada Republik ini, akan selalu diingat, dikenang dan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan Nahdlatul Wathan oleh para pewaris dan penerus perjuangan beliau. Orang-orang bijak mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan pejuangnya”.

Pengalaman kerja dan jabatan yang pernah beliau emban dan merupakan jasa beliau dalam negara tercinta ini adalah sebagai berikut :
1. Pada tahun 1934 mendirikan Pondok Pesantren Al Mujahidin
2. Pada tahun 1936 mendirikan Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah)
3. Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI(Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah)
4. Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok.
5. Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur.
6. Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Hajji ke Makkah dari NIT (Negara Indonesia Timur)
7. Pada tahun 1948/1949 anggota delegasi NIT ke Saudi Arabia
8. Pada tahun 1950 Konsulat NU (Nahdlatul Ulama’) Sunda Kecil
9. Pada tahun 1952 Ketua Badan Penasihat Masyumi Daerah Lombok
10. Pada tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nahdlatul Wathan.
11. Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
12. Pada tahun 1953 merestui terbentuknya NU dan PSII di Lombok
13. Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
14. Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil PEMILU I (1955)
15. Pada tahun 1964 mendirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan
16. Pada tahun 1965 mendirikan Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al Majidiyah Asy Syafi’iyah Nahdlatul Wathan
17. Pada tahun 1971 – 1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III dari Fraksi Gologan Karya
18. Pada tahun 1971-1982 Anggota Penasihat Majlis Ulama Indonesia
19. Pada tahun 1974 mendirikan Ma’had lil Banat
20. Pada tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
21. Pada tahun 1977 mendirikan Universitas HAMZANWADI
22. Pada tahun 1977 Rektor Universitas HAMZANWADI
23. Pada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas HAMZANWADI
24. Pada tahun 1978 mendirikan STKIP HAMZANWADI
25. Pada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) HAMZANWADI
26. Pada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan HAMZANWADI
27. Pada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
28. Pada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu hukum HAMZANWADI

RINTISAN-RINTISAN (AWWALIYAT)NYA

Sebagai seorang ulama’ dan pemimpin ummat, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid sangat produktif dan selalu mempunyai kreasi baru. Baru dalam arti sesungguhnya dan baru dalam arti untuk daerah Nusa Tenggara Barat pada masanya. Ide dan kreasi baru beliau tidak kurang dari pada 25 buah, diantaranya :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Agama Islam di daerah NTB dengan sistem madrasi.
2. Membuka lembaga pendidinan khusus bagi kaum wanita.
3. Mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adhha dengan mendatangi, bukan didatangi.
4. Menyelenggarakan pengajian umum secara bebas (tanpa batasan umur) dengan tanpa memakai kitab.
5. Mengadakan gerakan do’a dengan berhizib.
6. Mengadakan Syafa’atui Kubro.
7. Mengadakan thariqat yaitu thariqat hizib Nahdlatul Wathan.
8. Membuka sekolah umum disamping madrasah di NTB.
9. Menyusun nadham berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia seperti Batu Ngompal.
10. Dan lain-lain.

Inspiratif : Lulus Cumlaude, Anak Pemulung Berpeluang ke Singapura

Firna Larasati dan Ibu
Keberhasilan Firna Larasati, 21, menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cumlaude, mendapat apresiasi dari pihak Universitas Negeri Semarang (Unnes). Melengkapi kisah inspiratif putrid pemulung dan buruh cuci yang lulus Cumlaude itu, Unnes berencana memberikan kesempatan kepada Firna beasiswa kuliah S2 di Singapura.

Rektor Unnes, Fathur Rokhman, menyatakan akan memfasilitasi mahasiswa yang mampu menebar kisah inspiratif itu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia bahkan akan berkonsultasi dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M. Nasir, terkait rencana tersebut.

“Nanti akan kami sampaikan ke Pak Menteri, kalau ada mahasiswa Unnes yang anaknya pemulung tapi bisa lulus dengan predikat terbaik dan ingin melanjutkan S2. Kami akan memfasilitasi, seperti mempersiapkan dia dari segi [penguasaan] Bahasa Inggris,” ujar Fathur Rokhman saat dijumpai Semarangpos.com seusai proses wisuda Unnes di Auditorium Unnes, Rabu (26/7/2016).

Fathrur lebih lanjut mengatakan bahwa Firna berpeluang masuk program magister di Singapura melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Di Singapura, Firna bisa masuk di Fakultas Sosial selanjutnya bisa menjadi dosen seperti yang diidam-idamkannya selama ini. “Maka itu saya sampaikan bahwa kemiskinan bukanlah halangan untuk menggapai cita-cita. Justru kebodohan itu yang jadi halangan. 

Asal berprestasi, meski miskin pasti akan ada jalan,” imbuhnya.
Firna merupakan satu dari 1.460 mahasiswa yang diwisuda Unnes, Rabu pagi. Putri pasangan Misianto dan Siti Siswati yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung dan buruh cuci itu menyelesaikan studi di Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Unnes hanya dalam rentang waktu tiga tahun 10 bulan.
Ia juga lulus dengan predikat cumlaude setelah meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,77. 

Melengkapi kisah inspiratifnya, Mirna menempatkan skripsinya yang berjudul Marketing Politik Pasangan Calon Wali Kota Hendrar Prihadi dan Hevearita Gunaryati sebagai salah satu karya terbaik.

Terpisah, Firna mengaku prestasi itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Gadis yang juga acapkali membantu ayahnya mengumpulkan barang-barang bekas itu mengaku masih memiliki cita-cita yang harus diwujudkan. “Saya ingin kuliah ilmu politik lagi [S2]. Kalau enggak ke UGM, saya ingin sekali ke National University of Singapore,” ujar Firna.

#Sumber: Semarangpos.com

Inspiratif : Miskin dan berpenyakit, tapi berprestasi

Miskin bukan lah dosa apalagi untuk dicerca. Setidaknya itu prinsip yang dapat dipetik dari pengalaman Mulk. Keluarga Mulk percaya bahwa agama mendekatkan rezeki dan mampu mengangkat derajat keluarganya dengan ridho Ilahi. Maka dengan uang saku Rp 20 ribu, ayah Mulk meninggalkan Mulk di pesantren Mojosari Nganjuk.

Di pesantren Mulk menempuh masa-masa sulit. "Mulai minimnya uang saku, kerinduan pada orang tua hingga penyakit kudisan yang bersemayam selama dua tahun," ungkap Mulk dalam buku Mutiara Terpendam terbitan pendidikan Islam Menag, Senin (23/3).

Akibat penyakit ini, Mulk dijauhi teman-temannya karena merasa jijik. Kendati demikian, cobaan itu malah makin memoles kegemilangan Mulk. "Ia hafal semua materi pelajaran walaupun tanpa menulis," sambung buku tersebut.

Cobaan yang dia alami sempat membuatnya ingin keluar dari pesantren. Namun niat itu dia urungkan saat cobaan lebih besar datang ke keluarga kecilnya di kampung. Lapak kecil di pasar desa milik ayahnya gulung tikar, lahan pertanian pun hancur karena cuaca buruk. Sementara kebutuhan untuk masuk madrasah tsanawiyah dia perlukan.

Akhirnya ayah Mulk ke kota menjadi kuli bangunan untuk sekolah. Ibunya menggantikan peran ayah mencakul, menyiangi tanaman sendirian.
"Itu lah ibuku, seorang ibu yang hebat, sabar dan tak mengenal putus asa. Semoga Allah selalu menjaganya," ungkap Mulk dalam buku itu.

Beruntung Mulk mendapat beasiswa baik di MTS maupun di pesantren. Tekadnya semakin membulat karena perjuangan keluarganya yang tak mudah untuk pendidikan Mulk.

Dengan meminjam uang pendaftaran beasiswa Kemenag sebesar Rp 150 ribu, harapan Mulk tak sia-sia. Doa yang tak kunjung putus dan lelah tak berkesudahan dari orangtuanya terbayar. Mulk mendapat beasiswa tersebut, Mulk menjadi orang satu-satunya yang masuk perguruan negeri di kampungnya dan kini telah duduk di universitas ternama di Surabaya.
#Sumber: Merdeka.com

Thursday, July 28, 2016

Biografi : Thomas Alva Edison


Thomas Alva Edison merupakan salah satu penemu yang paling memberikan kontribusi besar bagi dunia berkat temuannya yaitu lampu pijar. Thomas Alva Edison dilahirkan di Milan, Ohio pada tanggal 11 Februari 1847. Tahun 1854 orang tuanya pindah ke Port Huron, Michigan. Edison pun tumbuh besar di sana. Sewaktu kecil Edison hanya sempat mengikuti sekolah selama 3 bulan. Gurunya memperingatkan Edison kecil bahwa ia tidak bisa belajar di sekolah sehingga akhirnya Ibunya memutuskan untuk mengajar sendiri Edison di rumah. Kebetulan ibunya berprofesi sebagai guru. Hal ini dilakukan karena ketika di sekolah Edison termasuk murid yang sering tertinggal dan ia dianggap sebagai murid yang tidak berbakat.

Biografi Thomas Alva Edison
Meskipun tidak sekolah, Edison kecil menunjukkan sifat ingin tahu yang mendalam dan selalu ingin mencoba. Sebelum mencapai usia sekolah dia sudah membedah hewan-hewan, bukan untuk menyiksa hewan-hewan tersebut, tetapi murni didorong oleh rasa ingin tahunya yang besar. Pada usia sebelas tahun Edison membangun laboratorium kimia sederhana di ruang bawah tanah rumah ayahnya. Setahun kemudian dia berhasil membuat sebuah telegraf yang meskipun bentuknya primitif tetapi bisa berfungsi.

Tentu saja percobaan-percobaan yang dilakukannya membutuhkan biaya yang lumayan besar. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, pada usia dua belas tahun Edison bekerja sebagai penjual koran dan permen di atas kereta api yang beroperasi antara kota Port Huron dan Detroit. Agar waktu senggangnya di kereta api tidak terbuang percuma Edison meminta ijin kepada pihak perusahaan kereta api, “Grand Trunk Railway”, untuk membuat laboratorium kecil di salah satu gerbong kereta api. Di sanalah ia melakukan percobaan dan membaca literatur ketika sedang tidak bertugas.

Tahun 1861 terjadi perang saudara antara negara-negara bagian utara dan selatan. Topik ini menjadi perhatian orang-orang. Thomas Alva Edison melihat peluang ini dan membeli sebuah alat cetak tua seharga 12 dolar, kemudian mencetak sendiri korannya yang diberi nama “Weekly Herald”. Koran ini adalah koran pertama yang dicetak di atas kereta api dan lumayan laku terjual. Oplahnya mencapai 400 sehari.

Pada masa ini Edison hampir kehilangan pendengarannya akibat kecelakaan. Tetapi dia tidak menganggapnya sebagai cacat malah menganggapnya sebagai keuntungan karena ia banyak memiliki waktu untuk berpikir daripada untuk mendengarkan pembicaraan kosong. Tahun 1868 Edison mendapat pekerjaan sebagai operator telegraf di Boston. Seluruh waktu luangnya dihabiskan untuk melakukan percobaan-percobaan tehnik. Tahun ini pula ia menemukan sistem interkom elektrik.

Penemuan Lampu Pijar oleh Thomas Alva Edison
Pada tahun 1877, ia menyibukkan diri dengan masalah yang pada waktu itu menjadi perhatian banyak peneliti yaitu lampu pijar. Edison menyadari betapa pentingnya sumber cahaya semacam itu bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu Edison mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya, serta menghabiskan uang sebanyak 40.000 dollar yang didapat dari hasil menjual penemuannya ke perusahaan-perusahaan dan dalam kurun waktu dua tahun ia melakukan percobaan membuat lampu pijar.
Biografi Thomas Alva Edison
Model lampu temuan Thomas Alva Edison
Persoalannya ialah bagaimana menemukan bahan yg bisa berpijar ketika dialiri arus listrik tetapi tidak terbakar. Total ada sekitar 6000 bahan yang dicobanya. Melalui usaha keras Edison, akhirnya pada tanggal 21 Oktober 1879 lahirlah lampu pijar listrik pertama yang mampu menyala selama 40 jam.
 
Penemuan Lain dari Thomas Alva Edison
Thomas Alva Edison mendapat hak paten pertamanya untuk alat electric vote recorder tetapi tidak ada yang tertarik membelinya sehingga ia beralih ke penemuan yang bersifat komersial. Penemuan pertamanya yang bersifat komersial adalah pengembangan stock ticker. Edison menjual penemuaannya ke sebuah perusahaan dan mendapat uang sebesar 40000 dollar. Uang ini digunakan oleh Edison untuk membuka perusahaan dan laboratorium di Menlo Park, New Jersey. Di laboratorium inilah ia menelurkan berbagai penemuan yang kemudian mengubah pola hidup sebagian besar orang-orang di dunia. Tahun 1877 ia juga menemukan phonograph.

Masih banyak lagi hasil penemuan Edison yang bermanfaat. Secara keseluruhan Edison telah menghasilkan 1.039 hak paten. Penemuannya yang jarang disebutkan antara lain : telegraf cetak, pulpen elektrik, proses penambangan magnetik, torpedo listrik, karet sintetis, baterai alkaline, pengaduk semen, mikrofon, transmiter telepon karbon dan proyektor gambar bergerak.

Thomas Edison juga berjasa dalam bidang perfilman. Ia menggabungkan film fotografi yang telah dikembangkan George Eastman menjadi industri film yang menghasilkan jutaan dolar seperti saat ini. Dia pun membuat Black Maria, suatu studio film bergerak yang dibangun pada jalur berputar. Melewati tahun 1920-an kesehatannya kian memburuk dan beliau meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 1931 pada usia 84 tahun.

FAKTA UNIK TENTANG THOMAS ALVA EDISON
Di antara berbagai kisah sukses pendiri General Electric itu terselip beberapa fakta menarik. Berikut ini kami sajikan 10 diantaranya sebagai berikut :
  1. Thomas Alva Edison Sulit Mendengar, Bukan Tuli, Edison kerap kali disebut tuli. Padahal ia bukan sama sekali tidak bisa mendengar, namun memiliki kesulitan untuk mendengar secara sempurna. Penyebabnya berbeda menurut beberapa sumber. Ada yang menyebut karena demam ketika ia masih kecil serta beberapa kali infeksi bagian tengah telinga yang tidak diobati. Ada juga yang menyebutkan karena telinganya dipukul kondektur kereta api ketika laboratorium kimianya di gerbong barang terbakar.
  2. Surat kabar di atas kereta pertama, Kegemaran Edison bereksperimen di gerbong kereta api membuatnya memiliki laboratorium di dalam gerbong barang meski akhirnya laboratorium itu terbakar. Edison kemudian membangun kembali laboratorium kimia dan percetakan di bagasi mobil. Dari sinilah ia mempublikasikan Grand Trunk Herald yang merupakan surat kabar pertama yang dipublikasikan di atas kereta.
  3. Dot dan Dash, Edison memiliki 3 orang anak dari pernikahannya dengan Mary Stilwell. Dua orang anaknya diberi nama panggilan unik, Dot (Marion Estelle Edison) dan Dash (Thomas Alva Edison Junior), yang diduga diambilnya dari lambang yang digunakan dalam sandi Morse yaitu titik “.” dan garis “-”.
  4. Melamar Mina dengan kode Morse, Setelah Mary Stilwell meninggal dunia, Edison bertemu Mina Miller yang adalah seorang anak penemu, Lewis Miller. Ia mengajari Mina kode Morse agar mereka dapat berkomunikasi secara rahasia dengan ketukan kode di tangan mereka. Suatu hari Edison bertanya kepada Mina: .- – ..- .-.. -.. -.- – ..- – .- .-. .-. -.- – . yang kemudian dijawab Mina dengan: -.- . … Tak lama kemudian, keduanya pun menikah.
  5. Menolak disebut gagal, Edison memprotes sebuah surat kabar yang memuat judul berita utama: “Setelah 9.955 kali gagal menemukan bola lampu pijar, Edison akhirnya berhasil menemukan lampu yang menyala”. Ia meminta judul berita itu diganti. Keesokan harinya, atas permintaan Edison, surat kabar itu mengganti judul berita utamanya menjadi: “Setelah 9.955 kali berhasil menemukan lampu yang gagal menyala, Edison akhirnya berhasil menemukan lampu yang menyala”
  6. Paten pertama yang gagal, Pada tahun 1869, di usianya yang ke-22, Edison memperoleh paten pertamanya untuk mesin perekam suara telegrafik yang dirancangnya untuk badan legislatif. Dengan alat itu, setiap anggota badan legislatif cukup menggerakkan satu tombol pada mesin yang akan merekam RUU yang dipilihnya. Sayangnya, alat tersebut ditolak badan legislatif karena cara kerjanya yang lambat.
  7. Mesin tato, Pada tahun 1876, Edison mematenkan Stencil-pens, sebuah alat yang kemudian dimodifikasi Samuel O’Reilly untuk menjadi mesin tato pertama. Namun ia tetap dianugerahi penghargaan atas penemuan mesin tato yang pertama.
  8. Laboratorium riset industri pertama, Setelah menjual quadruplex telegraf yang dibeli Western Union seharga $10 ribu, Edison menggunakan uang yang diperolehnya untuk membangun sebuah tempat yang sengaja akan dikhususkannya untuk terus menghasilkan serta mengembangkan produk inovasi teknologi. Tempat yang terletak di Menlo Park, New Jersey itu akhirnya berkembang menjadi laboratorium riset industri pertama di dunia.
  9. Penyihir Menlo Park, Julukan tersebut didapat Edison setelah berhasil menemukan fonograf pada tahun 1877 sekaligus mengangkat popularitasnya. Pencapaian itu sangat tidak disangka-sangka oleh banyak orang sehingga tampak seperti sihir. Fonograf pertamanya berhasil merekam suara pada kertas timah yang mengelilingi sebuah silinder beralur. Namun kulitas suara yang dihasilkan masih buruk dan hasil rekamannya hanya bisa diputar ulang beberapa kali saja.
  10. Listrik untuk semua, Konsep dan implementasi pembangkit tenaga listrik beserta pendistribusiannya ke rumah, kantor, dan pabrik sangat penting dalam perkembangan dunia industrialisasi modern. Edison lah yang pertama kali muncul dengan konsep itu. Pembangkit tenaga listriknya yang pertama dibangun di Manhattan Island, New York pada 1882.
#Source :www.biografiku.com

Kisah Teladan Khalifah Umar Bin Khattab : Prihatin pada Rakyat Miskin

Pelajaran mana yang lebih baik daripada sebuah keteladanan? Terlebih dalam kondisi ketika banyak pemimpin negeri kita yang tak amanah. Namun tak selayaknya kita berputus asa, justru kita wajib berdoa. Semoga Allah kan hadirkan sosok pemimpin teladan seperti sejarah merekam Umar bin Khattab dan kepemimpinan beliau dalam banyak kisah, salah satunya adalah sebagai berikut...

***
Krisis ekonomi pernah melanda Madinah. Korban sudah banyak berjatuhan. Jumlah orang-orang miskin terus bertambah. Khalifah Umar Bin Khatab yang berkuasa pada zaman itu merasa paling bertanggung jawab terhadap musibah itu, memerintahkan menyembelih hewan ternak untuk dibagi-bagikan pada penduduk.

Ketika tiba waktu makan, para petugas memilihkan untuk Umar bagian yang menjadi kegemarannya: punuk dan hati unta. Ini merupakan kegemaran Umar sebelum masuk islam. “Dari mana ini?” Tanya Umar.

“Dari hewan yang baru disembelih hari ini,” jawab mereka.

“Tidak! Tidak!” kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari hadapannya. “Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat.”

Kemudian Umar menuruh salah seorang sahabatnya,” Angkatlah makanan ini, dan ambilkan saya roti dan minyak biasa!” Beberapa saat kemudian, Umar menyantap yang dimintanya.

Kisah yang dipaparkan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya ar-Rijal Haular Rasul itu menggambarkan betapa besar perhatian Umar terhadap rakyatnya. Peristiwa seperti itu bukan hanya terjadi sekali saja. Kisah tentang pertemuan Umar dengan seorang ibu bersama anaknya yang sedang menangis kelaparan, begitu akrab di telinga kita. Ditengah nyenyaknya orang tidur. Ia berkeliling dan masuk sudut-sudut kota Madinah. Ketika bertemu seorang ibu dan anaknya yang sedang kelaparan, Umar sendiri yang pergi mengambil makanan. Ia sendiri juga yang memanggulnya, mengaduknya, memasaknya dan menghidangkannya untuk anak-anak itu.

Keltika kelaparan mencapai puncaknya Umar pernah disuguhi remukan roti yang dicampur samin. Umar memanggil seorang badui dan mengajaknya makan bersama. Umar tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum badui itu melakukannya terlebih dahulu. Orang badui sepertinya sangat menikmati makanan itu. “Agaknya Anda tidak pernah merasakan lemak?” Tanya Umar.

“Benar,” kata badui itu. “Saya tidak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun. Saya juga sudah lama tidak menyaksikan orang-orang memakannya sampai sekarang,” tambahnya.

Mendengar kata-kata sang badui, Umar bersumpah tidak akan makan lemak sampai semua orang hidup seperti biasa. Ucapannya benar-benar dibuktikan. Kata-katanya diabadikan sampai saat itu, “Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku kekenayangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya.”

Padahal saat itu Umar bisa saja menggunakan fasilitas Negara. Kekayaan Irak dan Syam sudah berada ditangan kaum Muslimin. Tapi tidak. Umar lebih memilih makan bersama rakyatnya.

Pada kesempatan lain, Umar menerima hadiah makanan lezat dari Gubernur Azerbeijan, Utbah bin Farqad. Namun begitu mengetahui makanan itu biasanya disajikan untuk kalangan elit, Umar segera mengembalikannya. Kepada utusan yang mengantarkannya Umar berpesan, “Kenyangkanlah lebih dulu rakyat dengan makanan yang biasa Anda makan.”

Sikap seperti itu tak hanya dimiliki Umar bin Khattab. Ketika mendengar dari Aisyah bahwa Madinah tengah dilanda kelaparan. Abdurrahman bin Auf yang baru pulang dari berniaga segera membagikan hartanya pada masyarakat yang sedang menderita. Semua hartanya dibagikan.

Ironisnya, sikap ini justru amat jauh dari para pejabat sekarang. Penderitaan demi penderitaan yang terus melanda bangsa ini, tak meyadarkan mereka. Naiknya harga kebutuhan pokok sebelum harga BBM naik dan meningkatnya jumlah orang-orang miskin, tak menggugah hati mereka. Bahkan, perilaku boros mereka kian marak.

Anggota Dewan yang ditunjuk rakyat sebagai wakil, justru banyak yang berleha-leha. Santai dan mencari aman. Pada saat yang sama, para pejabat yang juga dipilih langsung, tak pernah memikirkan rakyat. Yang ada dalam benak mereka , bagaimana bisa aman selama lima tahun ke depan.

Mereka yang dulu vocal mengkritik para pejabat korup dan zalim, justru kini diam. Ia takut kalau kursi yang saat ini didudukinya lepas. Sungguh jauh beda dengan Abu Dzar al-Ghifari, seorang sahabat Rasulullah saw. Ketika suatu saat dia cukup pedas mengkritik para pejabat di Madinah, Ustman bn Affan memindahkannya ke Syam agar tak muncul konflik. Namun, ditempat inipun ia melakukan kritik tajam pada Muawiyah bin Abu Sufyan agar menyantuni fakir miskin.

Muawiyah pernah mengujinya dengan mengirimkan uang. Namun ketika esok harinya uang itu ingin diambilnya kembali, ternyata Abu Dzar telah membagikannya pada fakir miskin.

Sesungguhnya, negeri kita ini tidak miskin. Negari kita kaya. Bahkan teramat kaya. Tapi karena tidak dikelola dengan baik, kita menjadi miskin. Negeri kita kaya, tapi karena kekayaan itu hanya berada pada orang-orang tertentu saja, rakyat menjadi miskin. Kekayaan dimonopoli oleh para pejabat, anggota parlemen dan para pengusaha tamak.

Di tengah suara rintihan para pengemis dan orang-orang terlantar, kita menyaksikan para pejabat dan orang-orang berduit dengan ayik melancong ke berbagai negari. Mereka seolah tanpa dosa menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang serba mewah.

Ditengah gubuk-gubuk reot penuh tambalan kardus bekas, kita menyaksikan gedung-gedung menjulang langit. Diantara maraknya tengadah tangan-tangan pengemis, mobil-mobil mewah dengan santainya berseleweran. Pemandangan kontras yang selalu memenuhi hari-hari kita.

Dimasa Umar bin Abdul azis, umat islam pernah mengalami kejayaan. Kala itu sulit mencari mustahiq (penerima) zakat. Mereka merasa sudah mampu, bahkan harus mengeluarkan zakat. Mereka tidak terlalu kaya. Tapi, kekayaan dimasa itu tidak berkumpul pada orang-orang tertentu saja.

Disinilah peran zakat, infak dan shadaqah. Tak hanya untuk ‘membersihkan’ harta si kaya, tapi juga menuntaskan kemiskinan.

Jika ini tidak kita lakukan, kita belum menjadi mukmin sejati. Sebab, seorang Mukmin tentu takkan membiarkan tetanggana kelaparan. Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman seseorang yang dirinya kenyang, sementara tetangganya kelaparan.” (HR. Muslim)
#Dikutip dari Majalah Sabili no 7 Th XIII

Buku Paket



Istilah buku paket terbentuk dari dua kata yaitu kata “buku” dan “paket”.Buku berarti lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sementara, paket   berarti   sejumlah  buku   yang   dibungkus dikirimkan   atau   dijual   secara keseluruhan sebagai satu nomor (Depdikbud, 1988:132).

Pengertian di atas agaknya didasarkan pada proses munculnya buku tersebut di sekolah-sekolah, yaitu dipaketkan lewat jasa pengiriman (JNE, umpamanya). Namun,  istilah  ini  dibatasi  hanya  untuk buku  yang  djpaketkan  oleh  pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, kepada sekolah-sekolah. 

Untuk buku-buku yang dijual di pasaran oleh para penerbit (Tiga Serangkai,. Erlangga, Intan  Pariwara,  dan  sebagainya)  disebut  buku  penunjang.  Buku  paket  berisi pelajaran, ditulis oleh para pakar, relevan dengan mata pelajaran tertentu, memiliki kualitas standar, mempunyai tujuan umum pengajaran, dilengkapi dengan sarana penunjang, untuk tingkat satuan pendidikan tertentu, dan mempunyai tujuan khusus untuk menunjang pengajaran tertentu (umpamanya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia).

Berdasarkan   karakteristik   yang   dimiliki   oleh   buku   paket,   maka   pada hakikatnya buku paket dapat disebut pula buku teks.  Hal ini didasarkan pada definisi buku teks yang diungkapkan oleh para pakar antara lain sebagai berikut:
 Hall Quest (dalam Tarigan, 1986:11) mengemukakan buku teks adalah buku yang  disusun  untuk  tujuan instruksional.  Sementara,     Lange  (dalam  Tarigan,1986:11) mendefinisikan buku teks adalah buku standar untuk bidang tertentu yang terdiri atas buku pokok dan buku tambahan.   Selanjutnya, Bacon (dalam 
Tarigan,1986:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang dengan cermat, disiapkan oleh para pakar dalam bidang terkait; dan dilengkapi dengan sarana yang sesuai dan serasi.  Pakar lain mengungkapkan buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang program pengajaran  (Buckingham  dalam  Tarigan,  1986:11).       

Dari  beberapa  pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa buku teks atau buku paket adalah buku pelajaran dalam mata pelajaran tertentu merupakan buku standar,  disusun oleh oleh para ahli di bidangnya, untuk tujuan instruksional, dilengkapi dengan sarana pembelajaran yang serasi,  mudah dipahami oleh penggunanya di sekolah.

Jenis-jenis Buku Paket

Penjenisan    buku  paket  dilakukan  atas  dasar  mata  pelajaran,  mata  kuliah, penulisannya, dan jumlah penulisnya (Tarigan, 1986: 29).  Dalam buku ajar ini hanya disebutkan jenis buku paket didasarkan pada nama mata pelajaran saja.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), jenis buku paket meliputi buku paket mata pelajaran:
  1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
  2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
  3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN),
  4. Matematika,
  5. Bahasa Indonesia,
  6. Seni Budaya dan Keterampilan,
  7. Pendidikan Jasmani Olahraga,
  8. Bahasa Inggris, dan
  9. Teknologi Industri dan Komunikasi.
Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka buku paket juga sudah merambah ke dunia internet dalam bentuk Buku Sekolah Elektronik ( BSE ). BSE banyak disediakan oleh banyak website/ blog yang dapat didapat/didownload secara gratis ataupun berbayar. Salah satu website yang menyediakan  Buku Sekolah Elektronik ( BSE ) secara gratis adalah http://www.bukupaket.com. Silakan kunjungi situs web tersebut untuk bisa mendapatkan BSE untuk semua jenjang ( SD/MI, SMP/MTs. SMA/MA dan SMK ) secara gratis.
Semoga bermanfaat.