Saturday, August 6, 2016

Farida Jaeka, Anak Sopir Engkel Asal NTB Berhasil Menjuarai Cabang Musabaqah Menulis Ilmiah Al Qur’an

Farida Jaeka
 Farida Jaeka, S.Pd merupakan juara satu MTQ Nasional pada cabang Musabaqah Menulis Ilmiah Al Qur’an (M2IQ). Sebuah cabang yang melombakan kecerdasan menggali landasan teori atas permasalahan-persmasalahan kekinian.
 
Farida yang merupakan alumni FKIP Universitas Mataram Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesialahir dan dibesarkan di keluarga sederhana. Namun, kesederhanaan itu telah membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang tangguh. Ayahnya adalah sopir engkel jurusan Mataram-Lombok Timur.
Berikut petikan wawancara Lombok Post edisi 21 Juli 2016 dengan Sang Juara dan orang tuanya, sebelum MTQN 26 digelar.
“Saya berusaha mendidiknya dengan lemah lembut dan kasih sayang. Jika salah tidak pernah saya marahi, tapi saya jelaskan mana yang benar dan salah, itu saja,” kata Jamaludin, ayah Farida.
Kasih sayang Jamaluddin itu kini membuahkan hasil. Menjadikan Farida yang baru saja mengantongi beasiswa melanjutkan pendidikan magister di Universitas Indonesia akan berlaga di panggung tertinggi MTQ Nasional yang akan dihelat di Kota Mataram.
Bagaimana rasanya punya ayah sopir engkel hebat seperti Jamaluddin? “Bangga, bahkan saya sangat bangga,” tukas Farida cepat.
Farida tak butuh waktu lama menjawab pertanyaan itu. Ia malah terlihat heran saat ditanya, apakah malu punya ayah seorang sopir Engkel di tengah segudang prestasinya. Baginya, pekerjaan sang Ayah, levelnya sama saja dengan menjadi Kepala Negara.
“Masing-masing orang punya kelebihan, punya kekurangan,” ujar Farida, filosofis.
Dia kembali tersenyum. Ia ceria sekali. Entahlah, sepertinya setiap hari, ia selalu ceria. Persis, seperti jawabannya, saat ditanya tentang pengalaman paling berkesan dalam hidupnya.
“Semua berkesan ya mas… Apalagi saat-saat kalau ada lomba seperti saat ini (MTQ),” jawab dia. Farida sepertinya memang tipikal perempuan yang menghargai setiap momentum waktu dalam hidupnya.
Farida mengenang kala MTQ di tingkat provinsi yang digelar di Kota Bima tahun lalu, yang membuka jalan Farida melenggang ke MTQ Nasional. Saat itu, ia hampir saja gagal meraih juara pertama dalam kategori M2IQ.
“Waktu itu saya tidak punya referensi apapun. Buku juga tidak ada. Nyaris saya menyerah lebih dulu,” kenangnya.
Tapi, motivasi dari orang tua, membuat gadis yang selalu berprestasi sejak duduk di bangku madrasah itu, mampu membalikan dunia persepsinya sendiri.
Ia yang tadinya nyaris patah arang, tiba-tiba jadi semangat dan siap bertarung habis-habisan dengan seluruh kemampuan yang ia miliki.
“Orang tua saya bilang, ‘kesempatan ini (masuk final) tidak dimiliki semua orang’, jadi saya gunakan sebaik-baiknya,” kenangnya. Sampai akhirnya ia keluar menjadi yang terbaik.
Oh ya, ngomong-ngomong apa materi yang akan di persentasikan nanti di MTQ nanti? Farida mengakus ebetulnya materi itu rahasia. Namun, dia mau berbagi klue sedikit soal materinya. Dia akan mengangkat tema yang berat. Budaya Patriarki.
Bagi Farida, budaya feodal masyarakat dulu, telah keterlaluan memasung perempuan. Padahal dalam beberapa hal, kelayakan dan kesempatan laki-laki dan perempuan dalam urusan kemanusiaan atau dalam bahasa islaminya, insaniah punya kesempatan yang sama. Ia tak hanya sekadar adu wacana. Melainkan rujukannya pun punya dalil kuat di dalam Alquran surat An Nisa ayat 1.
“Saya mau gugat itu,” ujarnya berani. Tetapi dengan nada santun.
Dalam kasus paling dekat misalnya, feodalisme telah menempatkan wanita pada kelompok kelas dua, setelah laki-laki. Contohnya misalnya dalam pekerjaan, pendidikan dan kesempatan untuk berekspresi.
“Misalnya, karena saya wanita saya harus bantu ibu. Padahal saya punya saudara laki-laki kenapa tidak ditekankan hal yang sama,” katanya.
“Atau dalam hal pendidikan, hanya karena pekerjaan wanita tidak jauh-jauh dari sumur, dapur dan kasur lalu pendidikan sebaiknya tidak usah tinggi-tinggi,” lanjutnya.
Ia melihat, Islam melalui dalil Alquran telah mempelopori perlawanan terhadap budaya feodalisme. Setiap wanita punya kesempatan yang sama untuk berbuat dalam hal kemanusiaan. Kecuali urusan ibadah.
 
#Source : http://www.infoedukasi.net/

No comments:

Post a Comment