A. Riwayat hidup Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar As Siddiq lahir di Mekah pada tahun
573 M. Nama aslinya Abdul Ka’bah. Ayahnya bernama Abi Quhafah bin Amir. Ibunya
bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr bin Amir. Ayah dan ibunya berasal dari
Suku Qurays, dari Bani Tamim. Suku yang terpandang di Arab karena banyak
melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
Oleh Rasulullah nama Abdul Ka’bah diganti
dengan “Abdullah”. Nama Abu Bakar adalah nama kauniyah atau nama julukan.
Mengapa ia mendapat julukan itu ? Karena Abu Bakar termasuk golongan Assabiqunal
Awwalun yaitu orang yang pertama masuk Islam. Abu artinya bapak, dan Bakar
artinya segera. Ia merupakan orang dewasa pertama yang masuk Islam setelah
diajak oleh Rasulullah. Tepatnya orang keempat yang masuk Islam setelah
Khadijah, istri Rasulullah, Ali bin Abi Thalib keponakan Rasulullah dan Zaid bin Haritsah anak angkat Rasulullah. Banyak
pula para sahabat yang masuk Islam karena ajakannya, seperti Usman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Saad bin Abi
Waqas, Thalhah bin Ubaidilah, Abu Ubaidah bin Jarah dan Al Arqam bin Abil
Arqam.
Abu Bakar juga mendapat gelar “As Siddiq” yang
artinya membenarkan. Mengapa demikian ? Karena ia selalu membenarkan segala
tindakan dan ucapan Rasulullah terutama tentang peristiwa Isra’ Mi’raj, ia
langsung mempercayainya begitu mendengar cerita dari Rasulullah.
Pada masa kecilnya Abu Bakar dikenal sebagai
anak yang baik, jujur, lemah lembut dan sabar yang membuatnya disukai oleh
masyarakat. Ia sudah bersahabat dengan Rasulullah sejak kecil. Mereka sama-sama
membenci minuman keras dan berhala. Oleh karena itulah, Abu Bakar segera
menyambut ajakan Rasulullah untuk memeluk Islam.
Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan
Rasulullah. Ia selalu mendampingi
Rasulullah dalam berdakwah. Ia yang paling sering mendapat kepercayaan dari
Rasulullah. Ketika Rasulullah sakit, beliau mempercayakan Abu Bakar untuk
menjadi imam salat menggantikan Rasulullah. Dan Rasulullah pun menikahi putri
Abu Bakar yang bernama Aisyah.
Abu Bakar adalah pedagang yang sukses dan
sangat terkenal. Ia termasuk pedagang yang giat dan sangat jujur. Karena
kejujuran dan ketulusan hatinya, membuat ia menjadi saudagar yang kaya raya.
Abu Bakar sering berdagang sampai ke luar Mekah. Ia banyak bergaul dengan para
bangsawan diluar suku Qurays. Karena pergaulannya itu, ia memiliki wawasan dan pengetahuan yang
semakin luas, sering menyedekahkan hartanya untuk orang lain. Sehingga ia tidak
hanya dikenal sebagai seorang hartawan, tetapi juga sebagai seorang yang
dermawan.
B.
Kepribadian Abu Bakar As Siddiq
Abu Bakar terkenal sebagai seorang yang berbudi
luhur, rendah hati, dermawan, ikhlas, pemberani dan pandai berbicara di depan
umum. Abu Bakar memiliki badan kurus, mata tajam, kulit putih, rambutnya lebat
dan keningnya lebar.
Ia seorang yang kaya raya dan dermawan, sangat
menyayangi anak yatim dan fakir miskin, namun kehidupannya tetap sederhana. Ia
banyak memberikan hartanya untuk kepentingan kemajuan agama Islam.
Abu Bakar juga membebaskan beberapa budak yang
disiksa oleh majikannya karena ketahuan memeluk agama Islam. Mereka itu adalah:
Labibah budak dari Bani Muammal bin Habib Ady, Abu Fukaihah budak dari Sofyan
bin Umayah, Amir bin Fuhairah budak dari Thufail bin Abdullah, Bilal bin Rabah
budak dari Umayah bin Khalaf. Mereka
dibeli oleh Abu Bakar dengan harga yang tinggi dari majikan mereka. Selanjutnya
oleh Abu Bakar mereka dibebaskan. Bilal bin Rabah akhirnya diangkat menjadi
muadzin oleh Rasulullah.
Abu Bakar juga seorang yang lemah lembut namun
pemberani, ketika masuk Islam ia menyatakan keislamannya secara terang-terangan.
Ia tidak takut kepada orang-orang Qurays karena ia telah masuk Islam.
Abu Bakar adalah orang pertama yang mengajak
orang-orang Qurays masuk Islam secara terang-terangan. Walaupun akhirnya ia
mendapat perlawanan dari kaum Qurays hingga badannya terluka.
Abu Bakar juga menyelamatkan Rasulullah ketika
leher beliau dijerat dengan tali oleh Uqbah bin Muith pada waktu salat. Ia
mengetahui hal ini dan langsung melarang Uqbah bin Muith agar tidak mengganggu
Rasulullah. Uqbah bin Muith melawan Abu Bakar dan terjadilah perkelahian
diantara mereka dan Abu Bakar pun sampai mengalami luka-luka di tubuhnya.
Karena kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki
Abu bakar sangat luas, Rasulullah sering meminta pendapatnya dalam memutuskan
suatu perkara dan Abu Bakar sering dimintai pendapat oleh kaum muslimin semasa
hidupnya.
Selain itu ia juga terkenal pandai berbicara di
depan umum. Ia paling mengerti tentang Al Qur’an dan paling baik bacaannnya,
sehingga Rasulullah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi Imam salat bagi
sahabat yang lain dan menggantikan Rasulullah pada saat beliau sakit.
C.
Kesabaran Abu Bakar As Siddiq menemani
Rasulullah hijrah ke Madinah
Abu Bakar sebelum diangkat menjadi khalifah, ia
selalu menemani Rasulullah baik dalam keadaan suka maupun duka, termasuk pada
saat menemani Rasulullah hijrah ke Madinah karena rumah beliau sudah dikepung
oleh kaum kafir Qurays yang akan membunuhnya.
Ketika Rasulullah memerintahkan para sahabat
untuk berhijrah ke Madinah, Abu Bakar minta ijin untuk ikut berhijrah, namun
Rasulullah mencegah dan membujuknya agar mau bersabar untuk menunggu waktu yang
tepat.
Pada suatu hari Rasulullah mendatangi Abu Bakar
dan mengajaknya untuk hijrah. Dengan senang hati Abu Bakar menerima ajakan
itu., kemudian ia menyiapkan segala perlengkapannya termasuk unta terbaik yang
dimilikinya untuk transportasi
Rasulullah hijrah ke Madinah.
Pada malam harinya Rasulullah menyuruh Ali bin
Abi Thalib untuk menjaga rumah beliau. Sementara Abu Jahal telah merencanakan
untuk menangkap Rasulullah dengan cara mengepung rumah Beliau dan telah
menyiapkan 100 orang pilihan untuk menangkap Beliau. Abu Jahal yakin dapat
menangkap Rasulullah.
Apakah Abu Jahal dapat menangkap Rasulullah ?
Tidak ! Mengapa? Karena yang tidur di tempat tidur Rasulullah adalah Ali bin
Abi Thalib.
Abu Bakar dan Rasulullah berangkat hijrah tidak
langsung menuju Madinah, namun mereka beristirahat dan sembunyi dahulu di Gua
Tsur selama tiga hari. Putri Abu Bakar yang mengirim makanan kepada mereka
berdua selama berada di dalam gua. Abu Bakar pun telah menyewa seorang penunjuk
jalan ke Madinah yaitu Abdullah bin Uraiqis.
Begitu masuk di Gua Tsur, Abu Bakar langsung
membersihkan gua terlebih dahulu dan ingin memastikan bahwa gua itu aman untuk
tempat bersembunyi, karena Abu Bakar takut ada sesuatu yang akan mencelakakan
Rasulullah.
Abu Bakar menutupi lubang gua dengan bajunya,
namun ada lubang yang tidak ditutup karena tempat bersembunyinya seekor ular.
Lalu Rasulullah dipersilahkan masuk dan tidur di pangkuan Abu Bakar. Mereka
beristirahat, namun Abu Bakar merasakan kakinya sakit digigit ular. Karena
sakitnya, Abu Bakar meneteskan air mata dan jatuh ke wajah Rasululllah. Dengan
terkejut Rasulullah bangun dan bertanya “mengapa kamu menangis?”. Abu Bakar
menjawab karena kakiku sakit digigit ular. Rasulullah bertanya: “Mengapa kamu
tidak mengatakannya kepadaku ?” Abu Bakar menjawab:”Saya takut membangunkanmu
ya Rasulullah”
Pada pagi harinya, setelah fajar Rasulullah
melihat kaki Abu Bakar luka bengkak akibat gigitan ular, lalu beliau mengusapnya
dengan tangan, luka Abu Bakar pun berangsur sembuh. Lalu Rasulullah berdoa:”Ya
Allah, jadikan derajat Abu Bakar seperti derajatku di surga nanti”.
Sementara itu, setelah mengetahui Rasulullah
tidak berada di rumah, kaum kafir Qurays mencari Rasulullah dan Abu Bakar ke
setiap tempat. Beberapa orang Qurays sudah berada di depan Gua Tsur sementara
Rasulullah dan Abu Bakar berada di dalamnya. Abu Bakar merasa sangat khawatir
takut kalau orang-oarang kafir Qurays itu berhasil menemukan mereka berdua, pasti
mereka akan dibunuhnya.
Karena kekuasaan Allah SWT, orang-orang kafir
Qurays itu tidak masuk ke Gua Tsur, karena mereka melihat ada sarang laba-laba
yang masih utuh dan dua merpati liar yang menetaskan telurnya di mulut gua.
Orang -orang kafir Qurays itu berfikir, kalau ada orang yang masuk gua pastilah
sarang laba-laba itu rusak. Lalu mereka pergi meninggalkan gua. Setelah merasa
aman, Rasulullah dan Abu Bakar melanjutkan perjalanannya ke Madinah.
Begitulah kesetiaan Abu Bakar terhadap
Rasulullah. Dengan sabar ia menemani Rasulullah hijrah ke Madinah. Walaupun
menempuh perjalanan yang sangat jauh, dikejar-kejar oleh kaum kafir Qurays yang
akan membunuh mereka berdua. Bahkan ia harus meninggalkan harta bendanya yang
sangat banyak untuk menemani Rasulullah hijrah ke Madinah. Namun semua dilakukan
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
D.
Abu Bakar As Siddiq menerima berita Isra’
Mi’raj
Kalian tentu masih ingat tentang peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam hari dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian dengan ijin Allah naik ke langit
sampai ke Sidratul Muntaha. Dari sana Rasulullah kembali ke Mekah dengan
membawa perintah salat lima waktu dari Allah untuk umat manusia. Kejadian ini hanya
berlangsung selama semalam pada tanggal 27 Rajab.
Firman
Allah Swt:
Yang artinya:“Maha suci Allah yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan
kepadanya sebagian dari ayat-ayat Kami sesungguhnya, Dialah Yang Maha Mendengar
serta Maha Melihat”. (QS. Al Isra’/17:1)
Pada pagi harinya, Rasulullah mendatangi tempat
berkumpulnya orang-orang kafir Qurays. Rasulullah menceritakan apa yang telah
dialaminya semalam. Dalam menghadapi peristiwa ini, ada yang pro dan kontra.
Bagi kaum kafir Qurays sudah jelas mereka tidak percaya termasuk para pembesar
- pembesarnya. Abu Jahal dan kawan-kawannya lalu pergi menemui Abu Bakar agar
mau datang ke masjid.
Setelah bertemu dengan Abu Bakar, Abu Jahal
berkata : ” Hai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu tentang cerita sahabatmu yang kamu cintai bahwa ia
semalam telah pergi ke Baitul Maqdis dan pagi ini telah berada di Mekah bersama
kita ?”
Abu Bakar menjawab:”Apakah ia benar mengatakan
demikian ?” Abu Jahal:”Ya, ia telah berkata demikian di depan orang banyak di
masjid. Oleh karena itu, agar kamu mendengar langsung ucapan sahabatmu itu.”
Abu Bakar menjawab:”Jika benar ia berkata
demikian , maka sungguh ia memang benar dan tidak akan pernah berdusta.”
Abu
Jahal dan kawan-kawannya berkata:” Apakah kamu membenarkan perkataannya bahwa
ia telah pergi ke Baitul Maqdis semalam, dan kembali ke Mekah sebelum Fajar?”
Abu Bakar menjawab:” Ya, aku membenarkan
perkataannya dan aku akan membenarkan ia meskipun lebih jauh daripada itu. Aku
akan membenarkan berita dari langit, baik diwaktu pagi ataupun sore yang datang
darinya.”
Abu Bakar kemudian meminta Rasulullah untuk
menggambarkan kejadian itu. Rasulullah pun menggambarkan seluruh peristiwa yang
dialaminya secara detail, dan Abu Bakar berkata:”Engkau benar, aku bersaksi
bahwa engkau utusan Allah.” Kemudian Rasulullah berkara:”Engkau adalah Abu
Bakar As Siddiq.” Sejak saat itulah Rasulullah memberi gelar “As Siddiq” kepada
Abu Bakar.
Mengapa
Rasulullah memberi gelar As Siddiq yang berarti membenarkan kepada Abu
Bakar ? Karena disaat orang lain tidak
mempercayai ucapan Rasulullah tentang peristiwa Isra’ Mi’raj, ia membenarkannya
sendiri dan yakin bahwa Rasulullah tidak akan pernah berbohong karena
Rasulullah selalu dijaga kesucian hatinya oleh Allah SWT.
E.
Abu Bakar As Siddiq diangkat menjadi Khalifah
Nabi Muhammad meninggal pada tahun 632 M. Pada
saat itu penduduk Jazirah Arab telah memeluk agama Islam. Namun, kaum Muslimin menghadapi
masalah yang sulit, karena Rasulullah tidak meninggalkan pesan apapun tentang
siapa yang akan menggantikan beliau untuk memimpin umat Islam. Oleh karena itu,
waktu jenazah Rasulullah belum dimakamkan, timbul perbedaan pendapat tentang
siapa yang berhak menjadi khalifah. Permasalahan muncul karena kaum Ansar dan kaum
Muhajirin menghendaki pemimpin dipilih dari salah satu diantara mereka. Keadaan
itu dapat menimbulkan perpecahan umat Islam.
Pada saat itu terdapat tiga golongan yang
menginginkan jabatan khalifah. Kaum Ansar mengusulkan agar khalifah diangkat dari golongan mereka
dan mencalonkan Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Kaum Muhajirin berpendapat
bahwa Abu Bakar As Siddiq adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah.
Sedangkan Bani Hasyim mengajukan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah.
Kaum Ansar saat itu mengadakan musyawarah di
Saqifah Bani Saidah atau Balai Bani Saidah
dan menetapkan Saad bin Ubadah sebagai calon khalifah pengganti
Rasulullah.
Karena mendengar berita tersebut, maka kaum
Muhajirin yang saat itu sedang mempersiapkan pemakaman Rasulullah di Masjid
Nabawi, segera mengutus Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah
bin Jarrah untuk menghadiri pertemuan itu. Ketika mereka datang, kaum Ansar
telah siap membaiat Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Maka terjadilah
perdebatan di antara dua golongan itu. Mereka mengemukakan alasan masing-masing
dalam menetapkan khalifah.
Setelah menyampaikan pendapatnya masing-masing,
kaum Ansar dan Kaum Muhajirin sepakat untuk mengangkat Abu Bakar As Siddiq
menjadi khalifah. Maka dengan segera wakil dari Kaum Ansar yaitu Basyir bin
Saad dan wakil dari Kaum Muhajirin Abu Ubaidah bin Jarah membaiat atau menetapkan Abu Bakar As Siddiq sebagai
khalifah yang selanjutnya diikuti oleh para tokoh terkemuka dari dua golongan
tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa terpilihnya
Abu Bakar As Siddiq menjadi khalifah karena dua faktor yaitu:
1.
Menurut
pendapat umum pada waktu itu, seorang khalifah hendaklah berasal dari suku
Qurays.
2.
Kaum
muslimin berpendapat bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki beberapa keutamaan antara
lain:
a.
Sahabat
yang pertama–tama masuk Islam dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun
b.
Sahabat
yang selalu paling awal dalam mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah
c.
Sahabat
yang pertama kali mempercayai dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj pada saat
orang-orang masih meragukannya
d.
Sahabat
yang paling setia menemani dan melindungi Rasulullah pada saat hijrah
e.
Sahabat yang rela memberikan seluruh hartanya untuk
kepentingan Islam
f.
Sahabat
yang dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi imam ketika beliau sedang sakit.
Setelah acara pemakaman selesai, pada malam
harinya menjelang Salat Isya, Kaum Ansar
dan Kaum Muhajirin berkumpul di Masjid Nabawi. Mereka membaiat kembali Abu
Bakar As Siddiq di depan masyarakat umum. Dengan demikian Abu Bakar As Siddiq secara
resmi diangkat menjadi Khalifah pada tanggal 12 Rabiul awal tahun 11 Hijriyah.
Pengangkatan Abu Bakar As Siddiq ini didukung oleh seluruh kaum muslimin, baik
golongan Ansar maupun Muhajirin.
F.
Abu Bakar As Siddiq memerangi Kaum Murtad dan Nabi
Palsu
Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar As
Siddiq mengalami masa sulit. Setelah Rasulullah meninggal dunia, timbul
beberapa golongan pembangkang yaitu: golongan orang murtad, golongan orang yang
ingkar atau tidak mau membayar zakat, golongan orang yang mengaku dirinya
menjadi nabi.
Apakah yang dimaksud dengan Murtad ? dan
mengapa hal ini terjadi setelah
Rasulullah wafat ?
Murtad adalah orang yang keluar dari agama
Islam.Timbulnya orang-orang murtad karena mereka belum memahami benar tentang Islam. Sehingga mereka mudah sekali
terpengaruh oleh situasi. Ada diantara mereka yang masuk Islam karena
ikut-ikutan, ada pula yang menganggap bahwa Islam adalah agama Nabi Muhammad,
maka setelah Rasulullah meninggal dunia mereka kembali menganut ajaran
mereka sebelumnya.
Untuk golongan kedua, orang yang tidak mau membayar
zakat. Mengapa mereka tidak mau membayar zakat setelah Rasulullah meninggal
dunia ? Mereka berpendapat bahwa zakat hanya kepada Rasulullah dan selama
Rasulullah masih hidup. Oleh karena itu setelah Rasulullah wafat, mereka merasa
tidak wajib lagi untuk membayar zakat, golongan ini sebagian besar berasal dari
daerah sekitar Madinah.
Sedangkan untuk golongan ketiga, yaitu adanya
orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi, sebenarnya sudah ada sejak
masa-masa akhir kehidupan Rasulullah, hanya saja mereka tidak mau terang-terangan.
Setelah Rasulullah wafat, mereka mengumumkan kepada masyarakat bahwa mereka itu
diangkat menjadi nabi bersamaan dengan Nabi Muhammad untuk menyampaikan
ajarannya. Mereka itulah yang disebut nabi- nabi palsu.
Diantaranya adalah:
1.
Muzailamah
al Kadzab dari Bani Hanifah di Yamamah
2.
Sajjah
bin Tamimiyah dari Bani Tamim yang akhirnya menikah dengan Muzailamah al
Kadzab.
3.
Thulaihah
bin bin Khuwailid al Asadi dari Bani
Asad
4.
Aswad al
Ansi dari Yaman.
Untuk menghadapi ketiga golongan tersebut, Abu
Bakar As Siddiq bermusyawarah dengan para sahabat untuk memerangi mereka sampai
mereka kembali kepada ajaran yang benar. Oleh karena itu Abu Bakar membentuk 11
pasukan tentara yang dipimpin oleh seorang panglima. Panglima yang ditugaskan untuk
memerangi nabi palsu itu adalah:
1.
Khalid
bin Walid, ditugaskan untuk memerangi Thulaihah bin Khuwailid al Asadi dan para
pengikutnya yang berasal dari Bani Asad, Bani Gatafan, dan Bani Amir.
Pertempuran terjadi di dekat sumur Buzakhah. Pasukan Islam berhasil mengalahkan
mereka.
2.
Ikrimah
bin Abu Jahal, ditugaskan memerangi Muzailamah al Kadzab dan para pengikutnya dari
Bani Hanifah di Yamamah. Muzailamah al Kadzab menikah dengan Sajjah bin
Tamimiyah yang mengaku sebagai nabi dari golongan Kristen. Ikrimah dibantu oleh
pasukan Khalid bin Walid dan pasukan Surahbil bin Hasanah. Dalam peperangan ini
Muzailamah al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, dia adalah orang
yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib paman Nabi Muhammad pada saat Perang Uhud sebelum
Wahsyi bin Harb masuk Islam.
3.
Al
Muhajir bin Abi Umayah ditugaskan untuk memerangi pasukan Aswad al Ansi yang
berada di Yaman. Aswad al Ansi meninggal dunia karena dibunuh oleh saudara
Gubernur Yaman.
4.
Surahbil
bin Hasanah, diperintahkan membantu pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dalam
memerangi Muzailamah al Kadzab karena pasukannya sangat kuat.
5.
Huzairah
bin Muhsin Al Ghalfani, ditugaskan menghadapi penduduk wilayah Daba dan Oman
pada pesisir selatan Arabia.
6.
Arfajah
bin Harsamah, ditugaskan memerangi para pembangkang di negeri Murrah
7.
Suwaid
bin Muqran, ditugaskan untuk menghadapi kaum Riddah di wilayah Tihamah Yaman.
8.
Al Ula
bin Hadrami, ditugaskan menghadapi kaum Riddah di Bahrain.
9.
Thuraifah
bin Hajiz, ditugaskan ke Bani Salim dan Hawazin
10. Amru bin Ash, ditugaskan menghadapi suku
Qudhaah, Wadhiah, dan Al Harist
11. Khalid bin Said, ditugaskan menghadapi kaum murtad
di perbatasan Syam.
Serangkaian peeperangan dalam memerangi kaum
murtad ini disebut dengan “Perang Riddah”. Dalam peperang ini dimenangkan
oleh kaum muslimin dengan gemilang
Kesebelas pasukan perang ini, berhasil
menjalankan tugas dengan baik. Dalam menghadapi ketiga golongan pembangkang
ini, mereka memerlukan waktu kurang
lebih satu tahun. Sikap tegas Abu Bakar As Siddiq akhirnya dapat mengembalikan kepercayaan bangsa Arab terhadap Islam
setelah Rasulullah wafat.
G. Perluasan Wilayah Islam pada masa Abu Bakar As
Siddiq
Setelah berhasil mengatasi para pembangkang
agama, Abu Bakar As Siddiq bersama para sahabat lainnya bermusyawarah untuk
perluasan wilayah Islam. Abu Bakar As Siddiq menyiapkan pasukan perang yang
dipimpin oleh panglima perang yang hebat.
Perluasan wilayah Islam pada masa Abu Bakar As
Siddiq ini berusaha menaklukkan beberapa daerah hingga keluar Jazirah Arab,
terutama untuk membebaskan Irak yang saat itu dijajah oleh Persia dan wilayah
Syiria yang pada saat itu dijajah oleh Bangsa Romawi.
H. Abu
Bakar As Siddiq mengumpulkan Al Qur’an
Pada masa Rasulullah, Al Qur’an belum dibukukan
seperti yang kita kenal dan lihat saat sekarang ini. Mengapa demikian? Karena pada saat itu Al Qur’an masih berupa
lembaran-lembaran yang disimpan di rumah para sahabat. Lembarannya bukan berupa
kertas seperti sekarang, namun ayat-ayat
Al Qur’an itu ditulis pada kulit kayu, tulang, pelepah kurma dan sebagainya.
Para sahabat kebanyakan menghafalnya atau ditulis dan disimpan sendiri.
Melihat keadaan seperti itu, Umar bin Khattab
lalu mengusulkan agar ayat-ayat Al Qur’an itu dikumpulkan. Karena banyak para
sahabat penghafal Al Qur’an yang gugur pada saat perang. Seperti pada saat
perang Yamamah, sahabat yang meninggal sebanyak 70 orang.
Abu Bakar menyetujui usul dari Umar bin
Khattab, dan dibentuklah panitia pengumpulan Al Qur’an yang diketuai oleh
sahabat Zaid bin Tsabit. Ia adalah orang yang dipercaya Rasulullah untuk
menuliskan setiap wahyu yang telah beliau terima.
Setelah kurang lebih satu tahun, Zaid bin
Tsabit dibantu anggota lainnya berhasil mengumpulkan lembaran-lembaran Ayat Al
Qur’an. Kemudian disusunlah lembaran-lembaran itu seperti yang diajarkan Rasulullah
kepadanya. Himpunan ayat-ayat Al Qur’an itu diserahkan kepada Abu Bakar As Siddiq
dan akhirnya disimpan di rumah Hafshah binti Umar.
I.
Akhir Hayat Abu Bakar As Siddiq
Setelah Abu Bakar As Siddiq memerintah selama
dua tahun tiga bulan, pada saat perang Yarmuk masih berlangsung, Abu Bakar As
Siddiq jatuh sakit. Pada saat itu Abu Bakar As Siddiq merasa perlu untuk
menunjuk penggantinya nanti, untuk menghindari perpecahan umat Islam.
Khalifah Abu Bakar As Siddiq kemudian menunjuk
Umar bin Khattab sebagai penggantinya jika dia meninggal nanti. Hal itu sudah
dimusyawarahkan dengan para sahabat yang lain, dan mereka menyetujui penunjukan
Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar As Siddiq kalau sudah meninggal nanti.
Abu Bakar As Siddiq sakit selama 15 hari, dan
akhirnya meninggal dunia pada hari Senin 23 Agustus 634 M atau 21 Jumadil Akhir
tahun 13 H. Abu Bakar As Siddiq dimakamkan di Masjid Nabawi di samping makam
Rasulullah.
No comments:
Post a Comment