Saturday, September 3, 2016

Khalifah Abu Bakkar As Siddiq



A. Riwayat hidup Abu Bakar As Siddiq

Abu Bakar As Siddiq lahir di Mekah pada tahun 573 M. Nama aslinya Abdul Ka’bah. Ayahnya bernama Abi Quhafah bin Amir. Ibunya bernama Ummu Khair Salma binti Sakhr bin Amir. Ayah dan ibunya berasal dari Suku Qurays, dari Bani Tamim. Suku yang terpandang di Arab karena banyak melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
Oleh Rasulullah nama Abdul Ka’bah diganti dengan “Abdullah”. Nama Abu Bakar adalah nama kauniyah atau nama julukan. Mengapa ia mendapat julukan itu ? Karena Abu Bakar termasuk golongan Assabiqunal Awwalun yaitu orang yang pertama masuk Islam. Abu artinya bapak, dan Bakar artinya segera. Ia merupakan orang dewasa pertama yang masuk Islam setelah diajak oleh Rasulullah. Tepatnya orang keempat yang masuk Islam setelah Khadijah, istri Rasulullah, Ali bin Abi Thalib keponakan Rasulullah dan Zaid  bin Haritsah anak angkat Rasulullah. Banyak pula para sahabat yang masuk Islam karena ajakannya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Saad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidilah, Abu Ubaidah bin Jarah dan Al Arqam bin Abil Arqam.
Abu Bakar juga mendapat gelar “As Siddiq” yang artinya membenarkan. Mengapa demikian ? Karena ia selalu membenarkan segala tindakan dan ucapan Rasulullah terutama tentang peristiwa Isra’ Mi’raj, ia langsung mempercayainya begitu mendengar cerita dari Rasulullah.
Pada masa kecilnya Abu Bakar dikenal sebagai anak yang baik, jujur, lemah lembut dan sabar yang membuatnya disukai oleh masyarakat. Ia sudah bersahabat dengan Rasulullah sejak kecil. Mereka sama-sama membenci minuman keras dan berhala. Oleh karena itulah, Abu Bakar segera menyambut ajakan Rasulullah untuk memeluk Islam.
Abu Bakar adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah. Ia selalu  mendampingi Rasulullah dalam berdakwah. Ia yang paling sering mendapat kepercayaan dari Rasulullah. Ketika Rasulullah sakit, beliau mempercayakan Abu Bakar untuk menjadi imam salat menggantikan Rasulullah. Dan Rasulullah pun menikahi putri Abu Bakar yang bernama Aisyah.
Abu Bakar adalah pedagang yang sukses dan sangat terkenal. Ia termasuk pedagang yang giat dan sangat jujur. Karena kejujuran dan ketulusan hatinya, membuat ia menjadi saudagar yang kaya raya. Abu Bakar sering berdagang sampai ke luar Mekah. Ia banyak bergaul dengan para bangsawan diluar suku Qurays. Karena pergaulannya  itu, ia memiliki wawasan dan pengetahuan yang semakin luas, sering menyedekahkan hartanya untuk orang lain. Sehingga ia tidak hanya dikenal sebagai seorang hartawan, tetapi juga sebagai seorang yang dermawan.

B.   Kepribadian Abu Bakar As Siddiq

Abu Bakar terkenal sebagai seorang yang berbudi luhur, rendah hati, dermawan, ikhlas, pemberani dan pandai berbicara di depan umum. Abu Bakar memiliki badan kurus, mata tajam, kulit putih, rambutnya lebat dan keningnya lebar.
Ia seorang yang kaya raya dan dermawan, sangat menyayangi anak yatim dan fakir miskin, namun kehidupannya tetap sederhana. Ia banyak memberikan hartanya untuk kepentingan kemajuan agama Islam.
Abu Bakar juga membebaskan beberapa budak yang disiksa oleh majikannya karena ketahuan memeluk agama Islam. Mereka itu adalah: Labibah budak dari Bani Muammal bin Habib Ady, Abu Fukaihah budak dari Sofyan bin Umayah, Amir bin Fuhairah budak dari Thufail bin Abdullah, Bilal bin Rabah budak dari  Umayah bin Khalaf. Mereka dibeli oleh Abu Bakar dengan harga yang tinggi dari majikan mereka. Selanjutnya oleh Abu Bakar mereka dibebaskan. Bilal bin Rabah akhirnya diangkat menjadi muadzin oleh Rasulullah.
Abu Bakar juga seorang yang lemah lembut namun pemberani, ketika masuk Islam ia menyatakan keislamannya secara terang-terangan. Ia tidak takut kepada orang-orang Qurays karena ia telah masuk Islam.
Abu Bakar adalah orang pertama yang mengajak orang-orang Qurays masuk Islam secara terang-terangan. Walaupun akhirnya ia mendapat perlawanan dari kaum Qurays hingga badannya terluka.
Abu Bakar juga menyelamatkan Rasulullah ketika leher beliau dijerat dengan tali oleh Uqbah bin Muith pada waktu salat. Ia mengetahui hal ini dan langsung melarang Uqbah bin Muith agar tidak mengganggu Rasulullah. Uqbah bin Muith melawan Abu Bakar dan terjadilah perkelahian diantara mereka dan Abu Bakar pun sampai mengalami luka-luka di tubuhnya.
Karena kepandaian dan pengetahuan yang dimiliki Abu bakar sangat luas, Rasulullah sering meminta pendapatnya dalam memutuskan suatu perkara dan Abu Bakar sering dimintai pendapat oleh kaum muslimin semasa hidupnya.
Selain itu ia juga terkenal pandai berbicara di depan umum. Ia paling mengerti tentang Al Qur’an dan paling baik bacaannnya, sehingga Rasulullah memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi Imam salat bagi sahabat yang lain dan menggantikan Rasulullah pada saat beliau sakit.
 
C.   Kesabaran Abu Bakar As Siddiq menemani Rasulullah hijrah ke Madinah

Abu Bakar sebelum diangkat menjadi khalifah, ia selalu menemani Rasulullah baik dalam keadaan suka maupun duka, termasuk pada saat menemani Rasulullah hijrah ke Madinah karena rumah beliau sudah dikepung oleh kaum kafir Qurays yang akan membunuhnya.
Ketika Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah, Abu Bakar minta ijin untuk ikut berhijrah, namun Rasulullah mencegah dan membujuknya agar mau bersabar untuk menunggu waktu yang tepat.
Pada suatu hari Rasulullah mendatangi Abu Bakar dan mengajaknya untuk hijrah. Dengan senang hati Abu Bakar menerima ajakan itu., kemudian ia menyiapkan segala perlengkapannya termasuk unta terbaik yang dimilikinya  untuk transportasi Rasulullah hijrah ke Madinah.
Pada malam harinya Rasulullah menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menjaga rumah   beliau. Sementara Abu Jahal telah merencanakan untuk menangkap Rasulullah dengan cara mengepung rumah Beliau dan telah menyiapkan 100 orang pilihan untuk menangkap Beliau. Abu Jahal yakin dapat menangkap Rasulullah.
Apakah Abu Jahal dapat menangkap Rasulullah ? Tidak ! Mengapa? Karena yang tidur di tempat tidur Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib.
Abu Bakar dan Rasulullah berangkat hijrah tidak langsung menuju Madinah, namun mereka beristirahat dan sembunyi dahulu di Gua Tsur selama tiga hari. Putri Abu Bakar yang mengirim makanan kepada mereka berdua selama berada di dalam gua. Abu Bakar pun telah menyewa seorang penunjuk jalan ke Madinah yaitu Abdullah bin Uraiqis.
Begitu masuk di Gua Tsur, Abu Bakar langsung membersihkan gua terlebih dahulu dan ingin memastikan bahwa gua itu aman untuk tempat bersembunyi, karena Abu Bakar takut ada sesuatu yang akan mencelakakan Rasulullah.
Abu Bakar menutupi lubang gua dengan bajunya, namun ada lubang yang tidak ditutup karena tempat bersembunyinya seekor ular. Lalu Rasulullah dipersilahkan masuk dan tidur di pangkuan Abu Bakar. Mereka beristirahat, namun Abu Bakar merasakan kakinya sakit digigit ular. Karena sakitnya, Abu Bakar meneteskan air mata dan jatuh ke wajah Rasululllah. Dengan terkejut Rasulullah bangun dan bertanya “mengapa kamu menangis?”. Abu Bakar menjawab karena kakiku sakit digigit ular. Rasulullah bertanya: “Mengapa kamu tidak mengatakannya kepadaku ?” Abu Bakar menjawab:”Saya takut membangunkanmu ya Rasulullah”
Pada pagi harinya, setelah fajar Rasulullah melihat kaki Abu Bakar luka bengkak akibat gigitan ular, lalu beliau mengusapnya dengan tangan, luka Abu Bakar pun berangsur sembuh. Lalu Rasulullah berdoa:”Ya Allah, jadikan derajat Abu Bakar seperti derajatku di surga nanti”.
Sementara itu, setelah mengetahui Rasulullah tidak berada di rumah, kaum kafir Qurays mencari Rasulullah dan Abu Bakar ke setiap tempat. Beberapa orang Qurays sudah berada di depan Gua Tsur sementara Rasulullah dan Abu Bakar berada di dalamnya. Abu Bakar merasa sangat khawatir takut kalau orang-oarang kafir Qurays itu berhasil menemukan mereka berdua, pasti mereka akan dibunuhnya.
Karena kekuasaan Allah SWT, orang-orang kafir Qurays itu tidak masuk ke Gua Tsur, karena mereka melihat ada sarang laba-laba yang masih utuh dan dua merpati liar yang menetaskan telurnya di mulut gua. Orang -orang kafir Qurays itu berfikir, kalau ada orang yang masuk gua pastilah sarang laba-laba itu rusak. Lalu mereka pergi meninggalkan gua. Setelah merasa aman, Rasulullah dan Abu Bakar melanjutkan perjalanannya ke Madinah.
Begitulah kesetiaan Abu Bakar terhadap Rasulullah. Dengan sabar ia menemani Rasulullah hijrah ke Madinah. Walaupun menempuh perjalanan yang sangat jauh, dikejar-kejar oleh kaum kafir Qurays yang akan membunuh mereka berdua. Bahkan ia harus meninggalkan harta bendanya yang sangat banyak untuk menemani Rasulullah hijrah ke Madinah. Namun semua dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.


D.   Abu Bakar As Siddiq menerima berita Isra’ Mi’raj

Kalian tentu masih ingat  tentang peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada waktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian dengan ijin Allah naik ke langit sampai ke Sidratul Muntaha. Dari sana Rasulullah kembali ke Mekah dengan membawa perintah salat lima waktu dari Allah untuk umat manusia. Kejadian ini hanya berlangsung selama semalam pada tanggal 27 Rajab.
Firman Allah Swt:
Yang artinya:“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari ayat-ayat Kami sesungguhnya, Dialah Yang Maha Mendengar serta Maha Melihat”. (QS. Al Isra’/17:1)
Pada pagi harinya, Rasulullah mendatangi tempat berkumpulnya orang-orang kafir Qurays. Rasulullah menceritakan apa yang telah dialaminya semalam. Dalam menghadapi peristiwa ini, ada yang pro dan kontra. Bagi kaum kafir Qurays sudah jelas mereka tidak percaya termasuk para pembesar - pembesarnya. Abu Jahal dan kawan-kawannya lalu pergi menemui Abu Bakar agar mau datang ke masjid.
Setelah bertemu dengan Abu Bakar, Abu Jahal berkata : ” Hai Abu Bakar, bagaimana pendapatmu tentang  cerita sahabatmu yang kamu cintai bahwa ia semalam telah pergi ke Baitul Maqdis dan pagi ini telah berada di Mekah bersama kita ?”
Abu Bakar menjawab:”Apakah ia benar mengatakan demikian ?” Abu Jahal:”Ya, ia telah berkata demikian di depan orang banyak di masjid. Oleh karena itu, agar kamu mendengar langsung ucapan sahabatmu itu.”
Abu Bakar menjawab:”Jika benar ia berkata demikian , maka sungguh ia memang benar dan tidak akan pernah berdusta.”
 Abu Jahal dan kawan-kawannya berkata:” Apakah kamu membenarkan perkataannya bahwa ia telah pergi ke Baitul Maqdis semalam, dan kembali ke Mekah sebelum Fajar?”
Abu Bakar menjawab:” Ya, aku membenarkan perkataannya dan aku akan membenarkan ia meskipun lebih jauh daripada itu. Aku akan membenarkan berita dari langit, baik diwaktu pagi ataupun sore yang datang darinya.”
Abu Bakar kemudian meminta Rasulullah untuk menggambarkan kejadian itu. Rasulullah pun menggambarkan seluruh peristiwa yang dialaminya secara detail, dan Abu Bakar berkata:”Engkau benar, aku bersaksi bahwa engkau utusan Allah.” Kemudian Rasulullah berkara:”Engkau adalah Abu Bakar As Siddiq.” Sejak saat itulah Rasulullah memberi gelar “As Siddiq” kepada Abu Bakar.
Mengapa  Rasulullah memberi gelar As Siddiq yang berarti membenarkan kepada Abu Bakar ? Karena  disaat orang lain tidak mempercayai ucapan Rasulullah tentang peristiwa Isra’ Mi’raj, ia membenarkannya sendiri dan yakin bahwa Rasulullah tidak akan pernah berbohong karena Rasulullah selalu dijaga kesucian hatinya oleh Allah SWT.


E.   Abu Bakar As Siddiq diangkat menjadi Khalifah

Nabi Muhammad meninggal pada tahun 632 M. Pada saat itu penduduk Jazirah Arab telah memeluk agama Islam. Namun, kaum Muslimin menghadapi masalah yang sulit, karena Rasulullah tidak meninggalkan pesan apapun tentang siapa yang akan menggantikan beliau untuk memimpin umat Islam. Oleh karena itu, waktu jenazah Rasulullah belum dimakamkan, timbul perbedaan pendapat tentang siapa yang berhak menjadi khalifah. Permasalahan muncul karena kaum Ansar dan kaum Muhajirin menghendaki pemimpin dipilih dari salah satu diantara mereka. Keadaan itu dapat menimbulkan perpecahan umat Islam.
Pada saat itu terdapat tiga golongan yang menginginkan jabatan khalifah. Kaum Ansar mengusulkan  agar khalifah diangkat dari golongan mereka dan mencalonkan Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Kaum Muhajirin berpendapat bahwa Abu Bakar As Siddiq adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah. Sedangkan Bani Hasyim mengajukan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah.
Kaum Ansar saat itu mengadakan musyawarah di Saqifah Bani Saidah atau Balai Bani Saidah  dan menetapkan Saad bin Ubadah sebagai calon khalifah pengganti Rasulullah.
Karena mendengar berita tersebut, maka kaum Muhajirin yang saat itu sedang mempersiapkan pemakaman Rasulullah di Masjid Nabawi, segera mengutus Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menghadiri pertemuan itu. Ketika mereka datang, kaum Ansar telah siap membaiat Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Maka terjadilah perdebatan di antara dua golongan itu. Mereka mengemukakan alasan masing-masing dalam menetapkan khalifah.
Setelah menyampaikan pendapatnya masing-masing, kaum Ansar dan Kaum Muhajirin sepakat untuk mengangkat Abu Bakar As Siddiq menjadi khalifah. Maka dengan segera wakil dari Kaum Ansar yaitu Basyir bin Saad dan wakil dari Kaum Muhajirin Abu Ubaidah bin Jarah  membaiat atau menetapkan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah yang selanjutnya diikuti oleh para tokoh terkemuka dari dua golongan tersebut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa terpilihnya Abu Bakar As Siddiq menjadi khalifah karena dua faktor yaitu:
1.      Menurut pendapat umum pada waktu itu, seorang khalifah hendaklah berasal dari suku Qurays.
2.      Kaum muslimin berpendapat bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki beberapa keutamaan antara lain:
a.       Sahabat yang pertama–tama masuk Islam dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun
b.      Sahabat yang selalu paling awal dalam mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
c.       Sahabat yang pertama kali mempercayai dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj pada saat orang-orang masih meragukannya
d.      Sahabat yang paling setia menemani dan melindungi Rasulullah pada saat hijrah
e.       Sahabat  yang rela memberikan seluruh hartanya untuk kepentingan Islam
f.       Sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi imam ketika beliau sedang sakit.

Setelah acara pemakaman selesai, pada malam harinya menjelang Salat  Isya, Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin berkumpul di Masjid Nabawi. Mereka membaiat kembali Abu Bakar As Siddiq di depan masyarakat umum. Dengan demikian Abu Bakar As Siddiq secara resmi diangkat menjadi Khalifah pada tanggal 12 Rabiul awal tahun 11 Hijriyah. Pengangkatan Abu Bakar As Siddiq ini didukung oleh seluruh kaum muslimin, baik golongan Ansar maupun Muhajirin.
F.    Abu Bakar As Siddiq memerangi Kaum Murtad dan Nabi Palsu

Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar As Siddiq mengalami masa sulit. Setelah Rasulullah meninggal dunia, timbul beberapa golongan pembangkang yaitu: golongan orang murtad, golongan orang yang ingkar atau tidak mau membayar zakat, golongan orang yang mengaku dirinya menjadi nabi.
Apakah yang dimaksud dengan Murtad ? dan mengapa hal ini terjadi  setelah Rasulullah wafat ?
Murtad adalah orang yang keluar dari agama Islam.Timbulnya orang-orang murtad karena mereka belum memahami benar tentang  Islam. Sehingga mereka mudah sekali terpengaruh oleh situasi. Ada diantara mereka yang masuk Islam karena ikut-ikutan, ada pula yang menganggap bahwa Islam adalah agama Nabi Muhammad, maka setelah Rasulullah meninggal dunia mereka kembali menganut  ajaran  mereka sebelumnya.
Untuk golongan kedua, orang yang tidak mau membayar zakat. Mengapa mereka tidak mau membayar zakat setelah Rasulullah meninggal dunia ? Mereka berpendapat bahwa zakat hanya kepada Rasulullah dan selama Rasulullah masih hidup. Oleh karena itu setelah Rasulullah wafat, mereka merasa tidak wajib lagi untuk membayar zakat, golongan ini sebagian besar berasal dari daerah sekitar Madinah.
Sedangkan untuk golongan ketiga, yaitu adanya orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi, sebenarnya sudah ada sejak masa-masa akhir kehidupan Rasulullah, hanya saja mereka tidak mau terang-terangan. Setelah Rasulullah wafat, mereka mengumumkan kepada masyarakat bahwa mereka itu diangkat menjadi nabi bersamaan dengan Nabi Muhammad untuk menyampaikan ajarannya. Mereka itulah yang disebut nabi- nabi palsu.
Diantaranya adalah:
1.      Muzailamah al Kadzab dari Bani Hanifah di Yamamah
2.      Sajjah bin Tamimiyah dari Bani Tamim yang akhirnya menikah dengan Muzailamah al Kadzab.
3.      Thulaihah bin  bin Khuwailid al Asadi dari Bani Asad
4.      Aswad al Ansi dari Yaman.

Untuk menghadapi ketiga golongan tersebut, Abu Bakar As Siddiq bermusyawarah dengan para sahabat untuk memerangi mereka sampai mereka kembali kepada ajaran yang benar. Oleh karena itu Abu Bakar membentuk 11 pasukan tentara yang dipimpin oleh seorang panglima. Panglima yang ditugaskan untuk memerangi nabi palsu itu adalah:
1.      Khalid bin Walid, ditugaskan untuk memerangi Thulaihah bin Khuwailid al Asadi dan para pengikutnya yang berasal dari Bani Asad, Bani Gatafan, dan Bani Amir. Pertempuran terjadi di dekat sumur Buzakhah. Pasukan Islam berhasil mengalahkan mereka.
2.      Ikrimah bin Abu Jahal, ditugaskan memerangi Muzailamah al Kadzab dan para pengikutnya dari Bani Hanifah di Yamamah. Muzailamah al Kadzab menikah dengan Sajjah bin Tamimiyah yang mengaku sebagai nabi dari golongan Kristen. Ikrimah dibantu oleh pasukan Khalid bin Walid dan pasukan Surahbil bin Hasanah. Dalam peperangan ini Muzailamah al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, dia adalah orang yang membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib  paman Nabi Muhammad pada saat Perang Uhud sebelum Wahsyi bin Harb masuk Islam.
3.      Al Muhajir bin Abi Umayah ditugaskan untuk memerangi pasukan Aswad al Ansi yang berada di Yaman. Aswad al Ansi meninggal dunia karena dibunuh oleh saudara Gubernur Yaman.
4.      Surahbil bin Hasanah, diperintahkan membantu pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dalam memerangi Muzailamah al Kadzab karena pasukannya sangat kuat.
5.      Huzairah bin Muhsin Al Ghalfani, ditugaskan menghadapi penduduk wilayah Daba dan Oman pada pesisir selatan Arabia.
6.      Arfajah bin Harsamah, ditugaskan memerangi para pembangkang di negeri Murrah
7.      Suwaid bin Muqran, ditugaskan untuk menghadapi kaum Riddah di wilayah Tihamah Yaman.
8.      Al Ula bin Hadrami, ditugaskan menghadapi kaum Riddah di Bahrain.
9.      Thuraifah bin Hajiz, ditugaskan ke Bani Salim dan Hawazin
10.  Amru bin Ash, ditugaskan menghadapi suku Qudhaah, Wadhiah, dan Al Harist
11.  Khalid bin Said, ditugaskan menghadapi kaum murtad di perbatasan Syam.

Serangkaian peeperangan dalam memerangi kaum murtad ini disebut dengan “Perang Riddah”. Dalam peperang ini dimenangkan oleh kaum muslimin  dengan gemilang

Kesebelas pasukan perang ini, berhasil menjalankan tugas dengan baik. Dalam menghadapi ketiga golongan pembangkang ini, mereka memerlukan waktu  kurang lebih satu tahun. Sikap tegas Abu Bakar As Siddiq akhirnya dapat mengembalikan  kepercayaan bangsa Arab terhadap Islam setelah Rasulullah wafat.

G.   Perluasan Wilayah Islam pada masa Abu Bakar As Siddiq

Setelah berhasil mengatasi para pembangkang agama, Abu Bakar As Siddiq bersama para sahabat lainnya bermusyawarah untuk perluasan wilayah Islam. Abu Bakar As Siddiq menyiapkan pasukan perang yang dipimpin oleh panglima perang yang hebat.
Perluasan wilayah Islam pada masa Abu Bakar As Siddiq ini berusaha menaklukkan beberapa daerah hingga keluar Jazirah Arab, terutama untuk membebaskan Irak yang saat itu dijajah oleh Persia dan wilayah Syiria yang pada saat itu dijajah oleh Bangsa Romawi.



H.  Abu Bakar As Siddiq mengumpulkan Al Qur’an

Pada masa Rasulullah, Al Qur’an belum dibukukan seperti yang kita kenal dan lihat saat sekarang ini. Mengapa demikian? Karena pada saat itu Al Qur’an masih berupa lembaran-lembaran yang disimpan di rumah para sahabat. Lembarannya bukan berupa kertas seperti sekarang, namun  ayat-ayat Al Qur’an itu ditulis pada kulit kayu, tulang, pelepah kurma dan sebagainya. Para sahabat kebanyakan menghafalnya atau ditulis dan disimpan sendiri.
Melihat keadaan seperti itu, Umar bin Khattab lalu mengusulkan agar ayat-ayat Al Qur’an itu dikumpulkan. Karena banyak para sahabat penghafal Al Qur’an yang gugur pada saat perang. Seperti pada saat perang Yamamah, sahabat yang meninggal sebanyak 70 orang.
Abu Bakar menyetujui usul dari Umar bin Khattab, dan dibentuklah panitia pengumpulan Al Qur’an yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit. Ia adalah orang yang dipercaya Rasulullah untuk menuliskan setiap wahyu yang telah beliau terima.
Setelah kurang lebih satu tahun, Zaid bin Tsabit dibantu anggota lainnya berhasil mengumpulkan lembaran-lembaran Ayat Al Qur’an. Kemudian disusunlah lembaran-lembaran itu seperti yang diajarkan Rasulullah kepadanya. Himpunan ayat-ayat Al Qur’an itu diserahkan kepada Abu Bakar As Siddiq dan akhirnya disimpan di rumah Hafshah binti Umar.


I.      Akhir Hayat Abu Bakar As Siddiq

Setelah Abu Bakar As Siddiq memerintah selama dua tahun tiga bulan, pada saat perang Yarmuk masih berlangsung, Abu Bakar As Siddiq jatuh sakit. Pada saat itu Abu Bakar As Siddiq merasa perlu untuk menunjuk penggantinya nanti, untuk menghindari perpecahan umat Islam.
Khalifah Abu Bakar As Siddiq kemudian menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya jika dia meninggal nanti. Hal itu sudah dimusyawarahkan dengan para sahabat yang lain, dan mereka menyetujui penunjukan Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar As Siddiq  kalau sudah meninggal nanti.
Abu Bakar As Siddiq sakit selama 15 hari, dan akhirnya meninggal dunia pada hari Senin 23 Agustus 634 M atau 21 Jumadil Akhir tahun 13 H. Abu Bakar As Siddiq dimakamkan di Masjid Nabawi di samping makam Rasulullah.

No comments:

Post a Comment