A. Riwayat hidup Umar
bin Khattab
Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, yaitu suku yang terpandang
sebagai suku yang mulia dan memiliki martabat yang tinggi di kalangan bangsa
Arab. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail. Umar bin Khattab
lahir pada tahun 584 M, 13 tahun lebih muda dari Rasulullah. Ayahnya bernama
Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam.
Umar bin Khattab termasuk orang yang gagah berani, tegas dan cerdas.
Pada saat remaja, ia terkenal sebagai seorang pegulat yang perkasa. Ia sering
menampilkan kemampuannya itu dalam acara pesta tahunan Pasar Ukaz.
Umar bin Khattab tumbuh sebagai orang yang keras
sebagaimana didikan dari orang tuanya yang sangat disiplin terhadap
anak-anaknya. Sehingga tidaklah heran apabila suku Qurays yang lain sangat
segan dan takut terhadap keluarga Umar bin Khattab. Ayahnya bukanlah termasuk orang
yang kaya, namun terkenal sebagai seorang yang memiliki kepemimpinan yang baik
dan cerdas dalam berfikir. Sifat inilah yang juga dimiliki oleh Umar bin
Khattab.
Umar bin Khattab sangat halus tutur bahasanya dan sangat
fasih dalam berbicara, sehingga ia sering diberi kepercayaan menjadi utusan
Qurays dalam perundingan dengan suku-suku lainnya. Kelebihannya inilah yang
membuatnya semakin terkenal di kalangan Bangsa Arab.
Rasulullah mengakui kelebihan – kelebihan yang dimiliki
Umar bin Khattab. Ia terkenal sebagai pemuda yang gagah berani, kemauannya
keras dan tidak pernah merasa takut, tabah pendiriannya. Dalam sebuah riwayat,
bahwa Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah! Kuatkanlah Islam dengan salah
seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab.” Doa Rasulullah dikabulkan
oleh Allah dengan masuk Islamnya Umar bin Khattab pada tahun 616 M.
B.
Kepribadian Umar bin Khattab
Umar bin Khattab memiliki postur tubuh yang tinggi,
matanya hitam, kulitnya kuning. Kehidupannya sangat sederhana, namun ia
memiliki wibawa yang sangat besar setelah masuk Islam.
Ia seorang yang pemberani dan teguh pendiriannya.
Sebelum masuk Islam, ia sangat menentang ajaran Islam dan sangat memusuhi kaum Muslimin.
Ia tidak segan-segan menyiksa Bani Ady yang diketahui memeluk agama Islam,
bahkan ia pernah menyiksa Zinirah dan Labibah yaitu budak keluarga Bani Ady
karena diketahui masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Umar bin Khattab sangat membela
umat Islam dan mendukung Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia berani
melakukan perlawanan terhadap orang-orang Qurays yang mengganggu umat Islam.
Sebelum masuk Islam tidak ada sahabat yang berani salat di Ka’bah, namun
setelah masuk Islam, Umar bin Khattab yang pertama kali mengajak kaum muslimin
salat berjamaah di Ka’bah dan tidak ada orang kafir Qurays yang berani
melarangnya.
Kehidupan Umar bin Khattab sangat sederhana. Ia
menerapkan hidup sederhana ini dalam keluarganya pula. Apabila mengetahui
anaknya hidup berlebihan ia segera menegurnya. Ia juga nenganjurkan hidup
sederhana kepada para pejabatnya selama ia memerintah atau menjadi khalifah.
Apabila Umar bin
Khattab mengangkat pejabat, ia selalu mengadakan perjanjian dengan para pejabat
tersebut yang isinya antara lain:
·
Tidak akan
makan dengan makanan yang mahal
·
Tidak akan
memakai baju yang lembut
·
Tidak akan
menutup pintu rumahnya apabila ada orang yang datang untuk meminta
pertolongannya.
Begitulah kepribadian Umar bin Khattab, ia seorang
khalifah yang tegas, pemberani dan sangat sederhana. Pemberani dalam hal
memerangi musuh, namun ia tetap lemah lembut apabila mendapati orang yang hidup
susah apalagi fakir miskin. Ia menjalankan amanat sebagai khalifah dengan penuh
tanggung jawab. Umar bin Khattab tidak pernah berkhianat terhadap rakyatnya,
karena ia seorang yang sangat takut kepada Allah.
C.
Umar bin Khattab masuk Islam
Pada waktu remajanya, Umar bin Khattab ikut berdagang
orang tuanya dan terkadang sampai ke negeri Syam. Ketika Rasulullah mulai
berdakwah, banyak orang Qurays yang menentangnya, termasuk Umar bin Khattab,
bahkan ia ikut mengancam akan membunuh semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad
SAW.
Sebelum masuk Islam, ia sangat membenci Rasulullah
seperti orang-orang Qurays lainnya. Suatu hari Umar bin Khattab sedang berjalan
menuju Ka’bah. Ia bertemu Abu Jahal yang sedang berpidato di hadapan orang
banyak. Abu Jahal menghasut kaum Qurays untuk membenci Nabi Muhammad dan kaum Muslimin.
Abu Jahal mengumumkan akan memberi imbalan kepada orang yang dapat membunuh
Nabi Muhammad. Umar bin Khatab tertarik dengan tawaran itu, dan mendatangi Abu
Jahal untuk membuat perjanjian.
Dengan penuh kebencian dalam hatinya, Umar bin Khattab
berjalan menuju rumah Nabi Muhammad. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan
Nuaim bin Abdullah. Nuaim adalah seorang dari Bani Adi yang telah masuk Islam
terlebih dahulu, namun masih menyembunyikan keislamannya karena takut ancaman dari
orang-orang Qurays. Nuaim bertanya kepada Umar :” Mau kemana engkau wahai Umar
?” Umar menjawab:”Aku akan membunuh Muhammad.” Mendengar jawaban itu Nuaim bin
Abdullah berusaha menenangkan Umar bin Khattab dan mencari cara agar Umar bin
Khattab membatalkan niatnya.
Nuaim berkata:” Kalau kamu membunuh Muhammad, maka
orang-orang Bani Hasyim akan menuntut balas. Sebaiknya kamu selesaikan masalah
keluargamu dahulu !” Umar bin Khattab lalu bertanya:”Ada apa dengan keluargaku ?” Nuaim lalu
menjelaskan bahwa Fatimah, adik Umar bin Khattab telah masuk Islam bersama
suaminya , Said bin Zaid.
Umar bin Khattab langsung meninggalkan Nuaim dan
berjalan menuju rumah Fatimah dengan perasaan marah yang luar biasa. Ketika
hampir sampai di rumah Fatimah, Umar bin
Khattab mendengar bacaan ayat Al Qur’an surat
Ath Thaha ayat 1-8 yang dibacakan oleh Khabbab bin Arts. Karena saat itu
Khabbab sedang mengajarkan Al Qur’an kepada Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid
Umar bin Khattab langsung masuk ke rumah Fatimah dengan
rasa marah. Suasana seisi rumah menjadi tegang. Dengan suara keras Umar bin Khattab
menanyakan bacaan yang baru saja ia dengar. Namun Said bin Zaid dan Fatimah
berusaha untuk menutupinya.
Kemudian Umar bin Khattab berkata:” Kalian tidak usah
berbohong, aku sudah tahu bahwa kalian telah masuk Islam dan mengikuti ajaran
Muhammad.” Umar bin Khattab lalu menampar Said bin Zaid dan Fatimah pun bangkit
untuk melindungi suaminya, namun Fatimah ikut ditampar pula oleh Umar bin
Khattab sehingga wajahnya berlumuran darah. Fatimah lalu berkata:” Ya, kami
telah masuk Islam dan telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya ! Sekarang
lakukanlah apa yang engkau mau dari kami.
Begitu melihat adiknya berlumuran darah, ia merasa
menyesal. Tiba-tiba Umar bin Khattab merasa gemetar dan berkata dengan suara
pelan :”Wahai Fatimah, berikanlah kepadaku apa yang telah kalian baca tadi, aku
ingin tahu ajaran apa yang dibawa oleh Muhammad. ”Lalu Fatimah menjawab:”
Tidak, aku takut engkau akan merusaknya, engkau kotor, sesungguhnya Al Qur’an
hanya boleh disentuh oleh orang yang suci.” Umar bin Khattab berusaha
meyakinkan adiknya, bahwa ia tidak akan merusaknya.
Setelah Umar bin Khattab mandi, lembaran-lembaran ayat
Al Qur’an itu diserahkan kepadanya. Ia lalu membaca lembaran tersebut yang
berisi bunyi surat
Ath Thaha ayat 1-8.
Setelah membaca ayat tadi, Umar bin Khattab hatinya
merasa tersentuh dan tidak terasa meneteskan air mata. Lalu ia berkata kepada
adiknya: ” Alangkah indah dan mulia kalimat ini. Kemudian Umar bin Khattab minta
ditunjukkan keberadaan Nabi Muhammad saat itu untuk menyatakan diri masuk Islam
di hadapannya. Khabbab bin Arts memberitahukan bahwa Nabi Muhammad berada di rumah Al Arqam bin Abil Arqam yang
ada di Bukit Shafa.
Setelah sampai di rumah Al Arqam, Umar bin Khattab
langsung mengetuk pintu. Seorang sahabat langsung berdiri dan memberitahu Nabi
Muhammad bahwa yang datang adalah Umar bin Khattab. Mengetahui yang dating
adalah Umar bin Khattab, para sahabat merasa ketakutan, hanya Hamzah bin Abdul
Muthalib yang tidak takut. Ia adalah paman Nabi Muhammad. Hamzah bin Abdul
Muthalib mohon kepada Rasulullah agar ia saja yang membukakan pintu. Apabila
Umar berniat baik maka dia akan diperbolehkan masuk, dan apabila berniat jahat
maka akan dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Setelah mengetahui niatnya
ingin menemui Rasulullah dan bermaksud memeluk agama Islam, maka ia
diperbolehkan untuk masuk. Di hadapan
Rasulullah, Umar bin Khattab menyatakan niatnya untuk masuk Islam. Rasulullah
langsung bertakbir mendengar ucapan Umar bin Khattab itu yang langsung diikuti oleh para sahabat
yang berada disitu. Umar bin Khattab segera mengucapkan dua kalimat
syahadat di hadapan Nabi Muhammad.
Setelah Umar bin khattab masuk Islam, istri dan anaknya
segera mengikutinya masuk Islam, yaitu Zainab binti Mahzun dan Abdullah.
Setelah Umar bin Khattab masuk Islam, tokoh-tokoh Qurays yang lain banyak yang
mengikuti jejaknya. Dalam waktu singkat, pemeluk Islam meningkat dengan pesat .
Kaum muslimin menjadi lega dan senang karena dengan
masuk Islamnya dua orang tokoh yang
gagah berani yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab akan mampu melindungi
Nabi Muhammad dari ancaman dan tindakan keji kaum Qurays yang memusuhi beliau.
Masuk Islamnya Umar bin Khattab, telah membawa perubahan
besar bagi umat Islam, mereka mulai berani menjalankan salat secara
terang-terangan. Umar bin Khattab mulai mengajak umat muslim menjalankan salat
berjamaah di ka’bah secara terang-terangan. Kaum muslimin tidak lagi merasa
takut dalam menghadapi orang-orang Qurays. Suatu ketika Umar bin Khattab
mengajak kaum muslimin keluar rumah Al Arqam menuju ka’bah untuk menyeru orang-orang Qurays dengan
terang-terangan. Ternyata tidak ada seorangpun yang berani mengganggunya. Sejak
saat itulah Umar bin Khattab mendapat
gelar “Al Faruq” yang artinya
pembeda. Yaitu, ia telah membedakan antara yang hak dan yang batil. Umar bin
Khattab pun berani membela orang-orang Islam yang dianiaya oleh orang-orang kafir.
D. Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah
Pada saat Khalifah Abu Bakar As Siddiq sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, maka ia memanggil
beberapa sahabat untuk dimintai pendapatnya tentang penggantinya kelak dalam
memimpin umat Islam. Abu Bakar As Siddiq sudah merencanakan untuk menunjuk Umar
bin Khattab sebagai penggantinya.
Setelah mendengar pendapat para sahabat tentang
penunjukan Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar As Siddiq kelak, dan
para sahabat telah menyetujuinya. Maka Abu Bakar As Siddiq pun menyuruh Usman
bin Affan untuk menuliskan dan mengumumkan kepada kaum Muslimin bahwa Umar bin Khattab
diangkat menjadi Khalifah menggantikan Abu Bakar As Siddiq.
Kaum Muslimin menyambut dengan gembira dan mendukung
atas pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah menggantikan Khalifah Abu
Bakar As Siddiq. Dengan dukungan kaum Muslimin baik dari Kaum Ansar maupun Kaum
Muhajirin, Umar bin Khattab dibaiat menjadi khalifah kedua di Masjid Nabawi
pada Hari Selasa, tanggal 23 Jumadil
Akhir 13 H atau tanggal 13 Agustus 632 M, sehari setelah Abu Bakar As Siddiq
meninggal dunia. Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menggunakan gelar “Amirul Mukminin.”
E. Perluasan Wilayah Islam pada masa Umar
bin Khattab
Umar bin Khattab bagaikan mutiara dalam Islam. Mengapa demikian?
Karena pada saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, wilayah Islam menjadi luas
sampai ke Persi.
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab
meneruskan kebijakan Abu Bakar As Siddiq untuk memperluas wilayah Islam ke luar
semenanjung Arab. Pada masa itu perluasan Islam terjadi secara besar-besaran
dan dikenal sebagai periode “ Futuhat Al
Islamiyah”. Secara berturut-turut, pasukan Islam dapat menguasai Suriah, Persia
dan Mesir.
Pertempuran pertama antara kaum Muslimin dengan Bangsa Persia
terjadi di sebuah tempat yang bernama An Namariq. Pasukan Abu Ubaidah bin
Jarrah berhasil mengalahkan bangsa Persia dan menawan panglima mereka.
Kemudian peperangan terus berlanjut ke tempat-tempat kekuasaan Persia
yang lainnya.
Penaklukan Persia
berlangsung dari tahun 13 – 23 H. Waktu yang diperlukan sangat lama karena
wilayah Persia
sangat luas dan kekuatannya sangat besar.
Peperangan terbesar dalam penaklukan Persia terjadi pada tahun 21 H, dimana kaum Muslimin
sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Persia. Kerajaan Persia dapat diduduki oleh Kaum Muslimin
dengan pertempuran yang sengit. Kemenangan Umat Islam atas Persia ini disebut dengan “Fathul Futuh” artinya kemenangan yang
paling besar diantara kemenangan- kemenangan yang lain.
F. Kebijakan
Umar bin Khattab dalam Bidang Ekonomi
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ia banyak
melakukan perubahan– perubahan. Salah satu kebijakannya adalah melakukan banyak
perubahan dalam bidang ekonomi. Dalam rangka memajukan bidang ekonomi, Khalifah
Umar bin Khattab membentuk lembaga-lembaga kepentingan masyarakat.
Lembaga-lembaga ini dibentuk dengan tujuan agar kehidupan rakyat menjadi damai
dan sejahtera. Kebijakan - kebijakan yang diambil antara lain:
Ø Membentuk jawatan Pos, yang bertugas
menyampaikan berita dari pusat pemerintahan di Madinah ke daerah- daerah
kekuasaan Islam, begitu juga sebaliknya.
Ø Mendirikan Baitul Mal, yaitu untuk menyimpan
kekayaan negara.
Ø mendirikan Diwan Al Kharaj, yaitu suatu dewan
yang mengurusi pajak tanah
Ø Mendirikan Diwan Al Jund, yaitu suatu dewan yang mengurusi keuangan
untuk militer
Ø Perbaikan jalan-jalan umum, terutama jalan yang
ramai dilalui untuk para pedagang dan masyarakat umum
Ø Membentuk lembaga yang mengurusi untuk memberi
santunan kepada anak yatim
Ø Memperbaiki masjid, yaitu Masjid Nabawi di
Madinah, Masjidil Haram di Mekah dan Masjidil Aqsa di Palestina
G. Kebijakan
Umar bin Khattab dalam Bidang Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, negara dalam
keadaan aman, tenteram, damai dan makmur. Kebijakan Khalifah Umar bin Khattab
dalam bidang pemerintahan antara lain yaitu:
Ø Membagi wilayah Islam menjadi delapan provinsi.
Mengangkat gubernur untuk memimpin setiap provinsi dan bertanggung jawab kepada
khalifah. Kedelapan provinsi itu adalah: Mekah, Madinah, Jazirah, Suriyah,
Basrah, Kufah, Mesir,dan Palestina.
Ø Membentuk Dewan Militer yang mengurusi keamanan
negara
Ø Membentuk Badan Permusyawaratan para sahabat
yang memberikan kesaksian dan pendapat terhadap permasalahan yang timbul demi
kemajuan pemerintahan
Ø Membentuk Dewan Hakim yang bertugas untuk
memutuskan perkara baik di pemerintahan pusat maupun di daerah. Setiap Gubernur
didampingi oleh seorang dewan hakim.
Ø Menetapkan Kalender Islam yaitu menetapkan
tanggal 1 Muharam sebagai tahun baru hijriyah dihitung berdasarkan peredaran
bulan dan dimulai pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah.
H. Akhir Hayat Khalifah
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab pada saat melaksanakan Salat Subuh bersama
Kaum Muslimin yang pada saat itu sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah,
tiba-tiba ia ditikam dengan pisau hingga berlumuran darah oleh seorang beragama
Majusi yang tinggal di Romawi bernama Abu Lu’luah Fairuz. Ia seorang budak
milik Al Mughirah bin Syu’bah. Dia menikam khalifah karena dendam dan sakit
hati Persia
jatuh ke tangan Umat Islam.
Umar bin Khattab lalu menyuruh Abdurrahman bin Auf
menggantikannya menjadi imam salat. Kemudian Abu Lu’luah lari ke belakang
sambil menikam sahabat lainnya. Abdullah bin Auf berhasil menangkap Abu Lu’luah.
Setelah tertangkap Abu Lu’luah lalu bunuh diri.
Merasa ajalnya semakin dekat, Umar bin Khattab
mewasiatkan kepada para sahabat agar memilih salah seorang dari enam orang yang
ia tunjuk untuk menggantikannya nanti. Mereka itu adalah:
1.
Usman bin
Affan
2.
Ali bin
Abi Thalib
3.
Sa’ad bin
Abi Waqas
4.
Zubair bin
Awwam
5.
Abdurrahman
bin Auf
6.
Thalhah
bin Ubaidilah
Tiga hari setelah peristiwa itu, Umar bin Khattab meninggal dunia dalam
usia 63 tahun pada hari Ahad, tanggal 1 Muharam 23 H atau 644 M. Umar bin
Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan yaitu tahun 13-23 H atau 634-644 M.
No comments:
Post a Comment