Saturday, September 3, 2016

Khalifah Ummar Bin Khattab



A. Riwayat hidup Umar  bin Khattab
Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, yaitu suku yang terpandang sebagai suku yang mulia dan memiliki martabat yang tinggi di kalangan bangsa Arab. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail. Umar bin Khattab lahir pada tahun 584 M, 13 tahun lebih muda dari Rasulullah. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam.
Umar bin Khattab termasuk orang yang gagah berani, tegas dan cerdas. Pada saat remaja, ia terkenal sebagai seorang pegulat yang perkasa. Ia sering menampilkan kemampuannya itu dalam acara pesta tahunan Pasar Ukaz.
Umar bin Khattab tumbuh sebagai orang yang keras sebagaimana didikan dari orang tuanya yang sangat disiplin terhadap anak-anaknya. Sehingga tidaklah heran apabila suku Qurays yang lain sangat segan dan takut terhadap keluarga Umar bin Khattab. Ayahnya bukanlah termasuk orang yang kaya, namun terkenal sebagai seorang yang memiliki kepemimpinan yang baik dan cerdas dalam berfikir. Sifat inilah yang juga dimiliki oleh Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab sangat halus tutur bahasanya dan sangat fasih dalam berbicara, sehingga ia sering diberi kepercayaan menjadi utusan Qurays dalam perundingan dengan suku-suku lainnya. Kelebihannya inilah yang membuatnya semakin terkenal di kalangan Bangsa Arab.
Rasulullah mengakui kelebihan – kelebihan yang dimiliki Umar bin Khattab. Ia terkenal sebagai pemuda yang gagah berani, kemauannya keras dan tidak pernah merasa takut, tabah pendiriannya. Dalam sebuah riwayat, bahwa Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah! Kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab.” Doa Rasulullah dikabulkan oleh Allah dengan masuk Islamnya Umar bin Khattab pada tahun 616 M.


B. Kepribadian Umar bin Khattab

Umar bin Khattab memiliki postur tubuh yang tinggi, matanya hitam, kulitnya kuning. Kehidupannya sangat sederhana, namun ia memiliki wibawa yang sangat besar setelah masuk Islam.
Ia seorang yang pemberani dan teguh pendiriannya. Sebelum masuk Islam, ia sangat menentang ajaran Islam dan sangat memusuhi kaum Muslimin. Ia tidak segan-segan menyiksa Bani Ady yang diketahui memeluk agama Islam, bahkan ia pernah menyiksa Zinirah dan Labibah yaitu budak keluarga Bani Ady karena diketahui masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Umar bin Khattab sangat membela umat Islam dan mendukung Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia berani melakukan perlawanan terhadap orang-orang Qurays yang mengganggu umat Islam. Sebelum masuk Islam tidak ada sahabat yang berani salat di Ka’bah, namun setelah masuk Islam, Umar bin Khattab yang pertama kali mengajak kaum muslimin salat berjamaah di Ka’bah dan tidak ada orang kafir Qurays yang berani melarangnya.
Kehidupan Umar bin Khattab sangat sederhana. Ia menerapkan hidup sederhana ini dalam keluarganya pula. Apabila mengetahui anaknya hidup berlebihan ia segera menegurnya. Ia juga nenganjurkan hidup sederhana kepada para pejabatnya selama ia memerintah atau menjadi khalifah.
 Apabila Umar bin Khattab mengangkat pejabat, ia selalu mengadakan perjanjian dengan para pejabat tersebut yang isinya antara lain:
·         Tidak akan makan dengan makanan yang mahal
·         Tidak akan memakai baju yang lembut
·         Tidak akan menutup pintu rumahnya apabila ada orang yang datang untuk meminta pertolongannya.
Begitulah kepribadian Umar bin Khattab, ia seorang khalifah yang tegas, pemberani dan sangat sederhana. Pemberani dalam hal memerangi musuh, namun ia tetap lemah lembut apabila mendapati orang yang hidup susah apalagi fakir miskin. Ia menjalankan amanat sebagai khalifah dengan penuh tanggung jawab. Umar bin Khattab tidak pernah berkhianat terhadap rakyatnya, karena ia seorang yang sangat takut kepada Allah.


C. Umar bin Khattab masuk Islam

Pada waktu remajanya, Umar bin Khattab ikut berdagang orang tuanya dan terkadang sampai ke negeri Syam. Ketika Rasulullah mulai berdakwah, banyak orang Qurays yang menentangnya, termasuk Umar bin Khattab, bahkan ia ikut mengancam akan membunuh semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Sebelum masuk Islam, ia sangat membenci Rasulullah seperti orang-orang Qurays lainnya. Suatu hari Umar bin Khattab sedang berjalan menuju Ka’bah. Ia bertemu Abu Jahal yang sedang berpidato di hadapan orang banyak. Abu Jahal menghasut kaum Qurays untuk membenci Nabi Muhammad dan kaum Muslimin. Abu Jahal mengumumkan akan memberi imbalan kepada orang yang dapat membunuh Nabi Muhammad. Umar bin Khatab tertarik dengan tawaran itu, dan mendatangi Abu Jahal untuk membuat perjanjian.
Dengan penuh kebencian dalam hatinya, Umar bin Khattab berjalan menuju rumah Nabi Muhammad. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Nuaim bin Abdullah. Nuaim adalah seorang dari Bani Adi yang telah masuk Islam terlebih dahulu, namun masih menyembunyikan keislamannya karena takut ancaman dari orang-orang Qurays. Nuaim bertanya kepada Umar :” Mau kemana engkau wahai Umar ?” Umar menjawab:”Aku akan membunuh Muhammad.” Mendengar jawaban itu Nuaim bin Abdullah berusaha menenangkan Umar bin Khattab dan mencari cara agar Umar bin Khattab membatalkan niatnya.
Nuaim berkata:” Kalau kamu membunuh Muhammad, maka orang-orang Bani Hasyim akan menuntut balas. Sebaiknya kamu selesaikan masalah keluargamu dahulu !” Umar bin Khattab lalu bertanya:”Ada apa dengan keluargaku ?” Nuaim lalu menjelaskan bahwa Fatimah, adik Umar bin Khattab telah masuk Islam bersama suaminya , Said bin Zaid.
Umar bin Khattab langsung meninggalkan Nuaim dan berjalan menuju rumah Fatimah dengan perasaan marah yang luar biasa. Ketika hampir sampai di rumah  Fatimah, Umar bin Khattab mendengar bacaan ayat Al Qur’an surat Ath Thaha ayat 1-8 yang dibacakan oleh Khabbab bin Arts. Karena saat itu Khabbab sedang mengajarkan Al Qur’an kepada Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid
Umar bin Khattab langsung masuk ke rumah Fatimah dengan rasa marah. Suasana seisi rumah menjadi tegang. Dengan suara keras Umar bin Khattab menanyakan bacaan yang baru saja ia dengar. Namun Said bin Zaid dan Fatimah berusaha untuk menutupinya.
Kemudian Umar bin Khattab berkata:” Kalian tidak usah berbohong, aku sudah tahu bahwa kalian telah masuk Islam dan mengikuti ajaran Muhammad.” Umar bin Khattab lalu menampar Said bin Zaid dan Fatimah pun bangkit untuk melindungi suaminya, namun Fatimah ikut ditampar pula oleh Umar bin Khattab sehingga wajahnya berlumuran darah. Fatimah lalu berkata:” Ya, kami telah masuk Islam dan telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya ! Sekarang lakukanlah apa yang engkau mau dari kami.
Begitu melihat adiknya berlumuran darah, ia merasa menyesal. Tiba-tiba Umar bin Khattab merasa gemetar dan berkata dengan suara pelan :”Wahai Fatimah, berikanlah kepadaku apa yang telah kalian baca tadi, aku ingin tahu ajaran apa yang dibawa oleh Muhammad. ”Lalu Fatimah menjawab:” Tidak, aku takut engkau akan merusaknya, engkau kotor, sesungguhnya Al Qur’an hanya boleh disentuh oleh orang yang suci.” Umar bin Khattab berusaha meyakinkan adiknya, bahwa ia tidak akan merusaknya.
Setelah Umar bin Khattab mandi, lembaran-lembaran ayat Al Qur’an itu diserahkan kepadanya. Ia lalu membaca lembaran tersebut yang berisi bunyi surat Ath Thaha ayat 1-8.
Setelah membaca ayat tadi, Umar bin Khattab hatinya merasa tersentuh dan tidak terasa meneteskan air mata. Lalu ia berkata kepada adiknya: ” Alangkah indah dan mulia kalimat ini. Kemudian Umar bin Khattab minta ditunjukkan keberadaan Nabi Muhammad saat itu untuk menyatakan diri masuk Islam di hadapannya. Khabbab bin Arts memberitahukan bahwa Nabi Muhammad  berada di rumah Al Arqam bin Abil Arqam yang ada di Bukit Shafa.
Setelah sampai di rumah Al Arqam, Umar bin Khattab langsung mengetuk pintu. Seorang sahabat langsung berdiri dan memberitahu Nabi Muhammad bahwa yang datang adalah Umar bin Khattab. Mengetahui yang dating adalah Umar bin Khattab, para sahabat merasa ketakutan, hanya Hamzah bin Abdul Muthalib yang tidak takut. Ia adalah paman Nabi Muhammad. Hamzah bin Abdul Muthalib mohon kepada Rasulullah agar ia saja yang membukakan pintu. Apabila Umar berniat baik maka dia akan diperbolehkan masuk, dan apabila berniat jahat maka akan dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Setelah mengetahui niatnya ingin menemui Rasulullah dan bermaksud memeluk agama Islam, maka ia diperbolehkan  untuk masuk. Di hadapan Rasulullah, Umar bin Khattab menyatakan niatnya untuk masuk Islam. Rasulullah langsung bertakbir mendengar ucapan Umar bin Khattab  itu yang langsung diikuti oleh para sahabat yang berada disitu. Umar bin Khattab segera mengucapkan dua kalimat syahadat  di hadapan Nabi Muhammad.
Setelah Umar bin khattab masuk Islam, istri dan anaknya segera mengikutinya masuk Islam, yaitu Zainab binti Mahzun dan Abdullah. Setelah Umar bin Khattab masuk Islam, tokoh-tokoh Qurays yang lain banyak yang mengikuti jejaknya. Dalam waktu singkat, pemeluk Islam meningkat dengan pesat .
Kaum muslimin menjadi lega dan senang karena dengan masuk Islamnya dua  orang tokoh yang gagah berani yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab akan mampu melindungi Nabi Muhammad dari ancaman dan tindakan keji kaum Qurays yang memusuhi beliau.
Masuk Islamnya Umar bin Khattab, telah membawa perubahan besar bagi umat Islam, mereka mulai berani menjalankan salat secara terang-terangan. Umar bin Khattab mulai mengajak umat muslim menjalankan salat berjamaah di ka’bah secara terang-terangan. Kaum muslimin tidak lagi merasa takut dalam menghadapi orang-orang Qurays. Suatu ketika Umar bin Khattab mengajak kaum muslimin keluar rumah Al Arqam menuju ka’bah  untuk menyeru orang-orang Qurays dengan terang-terangan. Ternyata tidak ada seorangpun yang berani mengganggunya. Sejak saat itulah  Umar bin Khattab mendapat gelar “Al Faruq” yang artinya pembeda. Yaitu, ia telah membedakan antara yang hak dan yang batil. Umar bin Khattab pun berani membela orang-orang Islam yang dianiaya oleh orang-orang  kafir.


D. Umar bin Khattab diangkat  menjadi Khalifah

Pada saat Khalifah Abu Bakar As Siddiq  sakit dan merasa  ajalnya sudah dekat, maka ia memanggil beberapa sahabat untuk dimintai pendapatnya tentang penggantinya kelak dalam memimpin umat Islam. Abu Bakar As Siddiq sudah merencanakan untuk menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya.
Setelah mendengar pendapat para sahabat tentang penunjukan Umar bin Khattab sebagai pengganti Abu Bakar As Siddiq kelak, dan para sahabat telah menyetujuinya. Maka Abu Bakar As Siddiq pun menyuruh Usman bin Affan untuk menuliskan dan mengumumkan kepada kaum Muslimin bahwa Umar bin Khattab diangkat menjadi Khalifah menggantikan Abu Bakar As Siddiq.
Kaum Muslimin menyambut dengan gembira dan mendukung atas pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah menggantikan Khalifah Abu Bakar As Siddiq. Dengan dukungan kaum Muslimin baik dari Kaum Ansar maupun Kaum Muhajirin, Umar bin Khattab dibaiat menjadi khalifah kedua di Masjid Nabawi pada Hari Selasa,  tanggal 23 Jumadil Akhir 13 H atau tanggal 13 Agustus 632 M, sehari setelah Abu Bakar As Siddiq meninggal dunia. Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menggunakan gelar “Amirul Mukminin.”


E. Perluasan Wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab

Umar bin Khattab bagaikan mutiara dalam Islam. Mengapa demikian? Karena pada saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, wilayah Islam menjadi luas sampai ke Persi.
Setelah diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab meneruskan kebijakan Abu Bakar As Siddiq untuk memperluas wilayah Islam ke luar semenanjung Arab. Pada masa itu perluasan Islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai periode “ Futuhat Al Islamiyah”. Secara berturut-turut, pasukan Islam dapat menguasai Suriah, Persia dan Mesir.
Pertempuran pertama antara kaum Muslimin dengan Bangsa Persia terjadi di sebuah tempat yang bernama An Namariq. Pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah berhasil mengalahkan bangsa Persia dan menawan panglima mereka. Kemudian peperangan terus berlanjut ke tempat-tempat kekuasaan Persia yang lainnya.
Penaklukan Persia berlangsung dari tahun 13 – 23 H. Waktu yang diperlukan sangat lama karena wilayah Persia sangat luas dan kekuatannya sangat besar.
Peperangan terbesar dalam penaklukan Persia terjadi pada tahun 21 H, dimana kaum Muslimin sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Persia. Kerajaan Persia dapat diduduki oleh Kaum Muslimin dengan pertempuran yang sengit. Kemenangan Umat Islam atas Persia ini disebut dengan “Fathul Futuh” artinya kemenangan yang paling besar diantara kemenangan- kemenangan yang lain.


F. Kebijakan Umar bin Khattab dalam Bidang Ekonomi
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ia banyak melakukan perubahan– perubahan. Salah satu kebijakannya adalah melakukan banyak perubahan dalam bidang ekonomi. Dalam rangka memajukan bidang ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membentuk lembaga-lembaga kepentingan masyarakat. Lembaga-lembaga ini dibentuk dengan tujuan agar kehidupan rakyat menjadi damai dan sejahtera. Kebijakan - kebijakan yang diambil antara lain:
Ø   Membentuk jawatan Pos, yang bertugas menyampaikan berita dari pusat pemerintahan di Madinah ke daerah- daerah kekuasaan Islam, begitu juga sebaliknya.
Ø   Mendirikan Baitul Mal, yaitu untuk menyimpan kekayaan negara.
Ø   mendirikan Diwan Al Kharaj, yaitu suatu dewan yang mengurusi pajak tanah
Ø   Mendirikan Diwan Al Jund,  yaitu suatu dewan yang mengurusi keuangan untuk militer
Ø   Perbaikan jalan-jalan umum, terutama jalan yang ramai dilalui untuk para pedagang dan masyarakat umum
Ø   Membentuk lembaga yang mengurusi untuk memberi santunan kepada anak yatim
Ø   Memperbaiki masjid, yaitu Masjid Nabawi di Madinah, Masjidil Haram di Mekah dan Masjidil Aqsa di Palestina


G. Kebijakan Umar bin Khattab dalam Bidang Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, negara dalam keadaan aman, tenteram, damai dan makmur. Kebijakan Khalifah Umar bin Khattab dalam bidang pemerintahan antara lain yaitu:
Ø  Membagi wilayah Islam menjadi delapan provinsi. Mengangkat gubernur untuk memimpin setiap provinsi dan bertanggung jawab kepada khalifah. Kedelapan provinsi itu adalah: Mekah, Madinah, Jazirah, Suriyah, Basrah, Kufah, Mesir,dan Palestina.
Ø  Membentuk Dewan Militer yang mengurusi keamanan negara
Ø  Membentuk Badan Permusyawaratan para sahabat yang memberikan kesaksian dan pendapat terhadap permasalahan yang timbul demi kemajuan pemerintahan
Ø  Membentuk Dewan Hakim yang bertugas untuk memutuskan perkara baik di pemerintahan pusat maupun di daerah. Setiap Gubernur didampingi oleh seorang dewan hakim.
Ø  Menetapkan Kalender Islam yaitu menetapkan tanggal 1 Muharam sebagai tahun baru hijriyah dihitung berdasarkan peredaran bulan dan dimulai pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah.


H. Akhir Hayat Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab pada saat melaksanakan Salat Subuh bersama Kaum Muslimin yang pada saat itu sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah, tiba-tiba ia ditikam dengan pisau hingga berlumuran darah oleh seorang beragama Majusi yang tinggal di Romawi bernama Abu Lu’luah Fairuz. Ia seorang budak milik Al Mughirah bin Syu’bah. Dia menikam khalifah karena dendam dan sakit hati Persia jatuh ke tangan Umat Islam.
Umar bin Khattab lalu menyuruh Abdurrahman bin Auf menggantikannya menjadi imam salat. Kemudian Abu Lu’luah lari ke belakang sambil menikam sahabat lainnya. Abdullah bin Auf berhasil menangkap Abu Lu’luah. Setelah tertangkap Abu Lu’luah lalu bunuh diri.
Merasa ajalnya semakin dekat, Umar bin Khattab mewasiatkan kepada para sahabat agar memilih salah seorang dari enam orang yang ia tunjuk untuk menggantikannya nanti. Mereka itu adalah:
1.      Usman bin Affan
2.      Ali bin Abi Thalib
3.      Sa’ad bin Abi Waqas
4.      Zubair bin Awwam
5.      Abdurrahman bin Auf
6.      Thalhah bin Ubaidilah

Tiga hari setelah peristiwa  itu, Umar bin Khattab meninggal dunia dalam usia 63 tahun pada hari Ahad, tanggal 1 Muharam 23 H atau 644 M. Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan yaitu tahun 13-23 H atau 634-644 M.

No comments:

Post a Comment