Tuesday, September 6, 2016

Mentransformasi Pesan Moral ‘Idul Qurban Dalam Kehidupan



Ikhwanul Muslimin wal Muslimat rahimakumullah

Di pagi yang penuh berkah ini, di balik hati yang cerah ceria, kita kembali mengumandangkan takbir berulang-ulang, sebagai pernyataan yang tulus dan ikhlas akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, sekaligus sebagai pengakuan bahwa kita adalah hamba yang teramat kecil, sangat lemah dan penuh keterbatasan. Kita memuja dan memuji kepada-Nya sebagai wujud kesyukuran atas segala limpahan nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga.

Banyaknya karunia Allah yang kita rasakan membuat hati kita terenyuh. Besarnya tanda-tanda kekuasaa-Nya menjadikan hati kita tersentuh. Tanpa terasa bibir kita tergerak untuk melantunkan takbir, tahmid dan tahlil dengan khusyu’.  Pada saat kita menggunakan nikmat untuk mendekatkan diri kepada-Nya, kita merasakan ada nikmat yang ditambahkan. Kita semakin merasakan kelembutan belaian kasih sayang-Nya. Hati ini pun terasa lapang dan damai.

Alhamdulillah, kita kembali merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam suasana Idul Adha pada hari ini. Bukan untuk berpesta pora, tetapi untuk melakukan muhasabah dan mengambil ibrah dari perintah berkurban dan beribadah haji untuk mengenang kembali peristiwa bersejarah yang dilakonkan oleh Nabiyullah Ibrahim ’alaihissalam bersama Isterinya, Siti Hajar dan anaknya Ismail ’alaihissalam.
                                                                                                         
Kehidupan Nabi Ibrahim benar-benar sarat dengan keteladanan yang patut diikuti untuk mendapatkan kehidupan yang bersih dan bebas dari kesemrawutan dan kebrutalan yang melanda dunia saat ini. Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat konsen dan sabar dalam melahirkan generasi dan membina kader yang diharapkan menjadi pemimpin masa depan.

Pada usia perkawinan yang sudah sangat senja, di saat beliau dan istri sudah tua, anak yang ditunggu sebagai generasi pelanjut belum juga dikaruniakan. Dalam penantian yang panjang seperti itu, tidaklah menyebabkan Nabiyullah Ibrahim As berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Beliau tetap istiqamah, terus menerus berdo'a dan memohon kepada-NYA agar dianugerahi keturunan yang shaleh. Beliau selalu berdo’a “Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin”, Wahai Tuhan-ku karuniakanlah kepadaku anak yang shaleh. Akhirnya Allah menganugrahkan kepadanya seorang anak yang diberi nama Ismail As. 

Selengkapnya silakan download  DISINI.

No comments:

Post a Comment